Cerita Tentang Persiapan Agar Destin Mencintai Adiknya

Seri kedua dari tips untuk orang tua yang menyiapkan anak kedua setelah seri pertama tentang persiapan memberitahu kehamilan pada anak pertama. Juga, repost lagi dari Blogsusindra yang lain.
***********************************************
Masih tentang relasi kakak beradik. Menyiapkan Destin menjadi kakak yang baik, membuatku harus mengatur strategi. (Aku memang terbiasa merencanakan setiap tindakan yang aku lakukan.)
Setelah berhasil membuat Destin mencintai calon adeknya yang masih di kandungan, pada kehamilan kesembilan, aku mulai membicarakan tentang kehadiran adeknya yang sebentar lagi nyata berada di depannya.
Aku mulai dengan menceritakan tentang mamanya yang akan tidur dengan adek bayi. Langkah pertama ini akau lakukan karena sudah 5 bulan ini Destin tidur sendiri. aku takut dia merasa tersisih jika aku tidur dengan adeknya sementara dia tidur sendiri.
Aku menceritakan tentang makanan bayi yang hanya berupa asi. Kebiasaan-kebiasaan perawatan bayi pun aku terangkan padanya, sebatas kemampuan Destin yang baru 3,5 tahun mencerna. Juga tentang keterbatasan aktivitas mamanya, berapa lama itu akan berlangsung dan mengapa.
Destin kecil mencerna cukup banyak informasi yang aku berikan. Pada hari kelahiran adeknya, aku memintanya bermain di sebelah sambil menunggu adeknya lahir. Aku melahirkan di rumah. Ketika Binbin lahir dan menangis, Destin langsung berlari ke kamar dan mencium adeknya. Dia senang sekali bertemu adeknya. Dia bangga memiliki adek laki-laki. Komentar pertamanya saat itu sangat sulit dilupakan, “Asyik! Aku punya teman bermain sepak bola! Ayo dek, kita maen!”
Usahaku berhasil. Pada bulan pertama, aku tidak mendapatkan perlawanan atau pertentangan dari Destin ketika hanya mengurus adeknya. Keberhasilan ini juga berkat ketelatenan papanya yang 100% ada untuk Destin sehingga Destin tidak merasa tersisihkan.
Tepat setelah selapan hari (36 hari), aku kembali menjadi mama Destin yang selalu ada untuknya, berjuang keras menyingkirkan rasa iri, cemburu, atau pertentangan yang biasa dialami ibu-ibu yang memiliki anak kedua tatkala anak pertamanya masih sangat membutuhkan kasih sayang. Tak jarang aku mengalah dan memberikan susu botol pada adeknya ketika sang kakak sedang mencari perhatian. Aku ingin destin berfikir bahwa aku tetap 100% ibunya, tanpa harus berbagi dengan adeknya.
Begitulah rahasiaku memiliki 2 anak dengan selisih umur yang relatif dekat. Jika rekan-rekan berencana memiliki anak lagi dengan selisih yang sangat dekat (mungkin dengan alasan repot sekaligus atau ingin memiliki keluarga besar), aku kira lebih baik tangguhkan dulu niat itu. Karena tak pernah mudah bagi anak kita. Meskipun sang anak sudah merengek meminta adek. Banyak sekali kasus kekerasan kakak kecil pada adek bayinya, mulai dari membekap bayi dengan bantal, manarik kaki mungilnya, memukul bayi, atau yang lainnya karena orang tua yang kurang bijak dalam menyiasati kebutuhan paling dasar anak , yaitu ingin dicintai tanpa berbagi. Pada usia balita, anak hanya mengenal aku dan aku, tak pernah mengenal arti kita dan kita.

8 Komentar

  1. biasa menjadi yg nomor 1 skr harus berbagi, proses berbagi juga proses belajar

    BalasHapus
  2. ternyata susah susah gampang ya jeng Sus, memelihara biar nggak ada kecemburuan diantara anak sulung ke adeknya.. saya nggak ngerasain cemburu2 gitu, soalnya dulu seneng banget pas punya adek.. jadi ada mainan baru soalnya. hahaha

    BalasHapus
  3. saya juga cuma beda 2 tahun sama adik saya mbak sus. sebagai kakak, kadang saya juga ada rasa cemburu dan gimana. Tapi ternyata saya malah jadi lebih mandiri.

    BalasHapus
  4. Sibling Rivalry ...

    Ini memang sesuatu yang harus kita hindari
    Agar tidak terjadi pada anak-anak kita

    Tantangan akan semakin besar jika mereka nanti sudah sekolah ...

    Satu pantangan kami ...
    Agar tidak membanding-bandingkan antara satu dengan lainnya ...
    Berlaku adil pada setiap mereka

    salam saya Bu Susindra

    BalasHapus
  5. Saran saya Mba Susi, ketika mereka sudah semakin bertambah besar...justru yang kecil harus lebih banyak diperhatikan. Jangan sampai kena sindrom anak kedua :D, dominasi kakaknya membuat anak kedua jadi menarik diri.

    FYI, anak pertama dan keduaku hanya selisih 14 bulan dan dominasi kakaknya luar biasa.
    Sekarang ini, kami harus berusaha keras agar dominasi kakaknya berkurang dan si Tengah bisa menjadi dirinya sendiri.

    BalasHapus
  6. junior saya trauma justru dari temannya yang tidak dipersiapkan secara mental oleh orangtuanya yang kebetulan teman saya, temannya jadi "jahat" katanya semenjak punya adek, memperbaiki persepsi ini perlu waktu yang sangat lama :(

    BalasHapus
  7. waaah ... bener-bener info yang aku butuhkan nich jeng. bentar lagi adeknya zaheer lahir, insya Allah. mudah-mudahan zaheer bisa jadi kakak yang baik, yang bisa jadi temen adenya, bukan sebagai saingan dan bahkan merasa tersisihkan.
    thanks yaa..

    BalasHapus
  8. simpen tipsnya ah...buat masa depan...hoho

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)