Cita-Cita Destin Bagian Kedua

Cita-cita anak biasanya selalu berubah sejalan dengan pemahaman mereka serta pengalaman baru yang mengesankan bagi mereka. Pun Destin anakku yang saat ini mengalami sedikit perubahan cita-citanya. Memang hanya sedikit perubahannya. Jika dulu Destin memiliki 2 cita-cita (menjadi papa dan pemilik kolam ikan agar anaknya kelak bisa makan ikan tiap hari) sesuai posting cita-cita Destin bagian pertama, cita-cita Destin sekarang berkembang menjadi penjual tanah a.k.a makelar tanah dan pemilik kolam ikan yang sangat besar.

Sebenarnya cita-cita yang kurang lazim, ya? Setahuku jika anak ditanya apa cita-citanya mereka akan jawab menjadi guru, dokter, polisi, jenderal atau presiden. Tapi Destin bercita-cita menjadi papa, pemilik kolam ikan konsumsi, sekaligus makelar tanah. 3 cita-cita yang ingin dia jalani sekaligus. Entah darimana semua ide  cita-cita itu berasal.

Kamarin sore Destin bertanya padaku,
D  : Ma, mama tidak ingin menjadi dokter? Kan dapat uang banyak, Ma.
M : Destin ingin menjadi dokter?
D  : Tidak. Mama mau menjadi dokter?
M : Sudah terlambat buat mama untuk sekolah kedokteran. Tapi Destin masih bisa.
D  : Aku kan ingin menjadi pemilik kolam dan penjual tanah, mama.
M : ................

Sedikit merunut ke belakang, kelihatannya cita-cita menjadi papa karena figur papanya yang sangat kuat. Papa Destin menjadi idola bagi anak-anak. Cita-cita kedua berasal dari acara cita-citaku di Trans 7 yang kebetulan kami tonton bersama. Saat itu Destin memang terkesima dengan tayangan edisi pemilik kolam ikan yang kaya dan memiliki tambak banyak. Nah, cita-cita ketiga yaitu menjadi makelar tanah itulah yang sangat aneh bagi kami, kedua orang tuanya. 

Berkali-kali Destin mengatakan, "Ma, nanti aku akan mendapat uang yang sangat banyak setelah membantu orang menjualkan tanahnya. Nanti uangnya akan aku berikan semua pada mama. Tapi mama harus membantuku mengurus kolamku." Katanya dengan yakin dan tidak hanya sekali atau dua kali.

Memang aneh sekali cita-citanya. Terlebih cita-cita menjadi pemilik kolam ikan luas sekaligus makelar tanah. Karena kami, kedua orang tuanya tidak pernah memiliki sebidang tanah. Hanya sebuah rumah kecil peninggalan bapak yang sudah dipindah sertifikat tanah menjadi milik kakak dan kami tak berniat menggugatnya. Lebih baik menjadi kontraktor sementara sambil berusaha dan berharap kelak mendapatkan sebuah rumah indah daripada berseteru-memalukan dengan keluarga. Profesi yang telah kami tekuni selama 4 tahun ini. Mungkinkah kepasrahan kami yang membuat Destin memiliki cita-cita menjadi makelar tanah dan menjadi pemilik kolam ikan yang sangat luas? Karena Destin merindukan sebuah rumah yang bisa dia sebut rumahku, bukan rumah kontrakanku?

Oh iya, akhir-akhir ini memang Susi agak setengah hati nge-blog karena setiap kali membuat posting selalu terlihat kekalutan hati Susi hingga selalu Susi safe menjadi draft saja. Rasanya tak mudah menulis kala hati galau serta mata agak iritasi begini. Ah, lagi-lagi terselip curhat tidak pentingnya, ya. Haruskah berhenti nge-blog sementara sampai membaik?

16 Komentar

  1. kalo menurut aku sih, yang penting mbak susi nyaman ajah ketika sudah curhat, nggak menyesal ketika cerita itu sudah terpublish. meski curhat, kadang bisa jadi bahan pembelajaran bagi yang lain :)

    menyoal tanah peninggalan bapak, aku jadi teringat kata2 guru mengaji kami, harta peninggalan orang tua harus dibagi sesuai hukumnya. 2/3 untuk lelaki, dan 1/3 untuk perempuan. jadi mau nggak mau, harus diurus. kita wajib mengingatkan.
    walau dalam kenyataannya sering kali lebih berat pelaksanaannya:)
    mudah2an besok2, kita jadi orang tua yang bisa berlalu adil buat anak2 kita ya mbak :)

    BalasHapus
  2. hoho... apapun cita-citanya... asal baik, dukung lah.... semoga tercapai...
    en moga galaunya cepet berakhir mbak :)

    BalasHapus
  3. Destin mau Jadi entrepeneur ya' (eh bener ga nulisnya mbak) xixi
    Bg saya cita2 ini jauh lbh hebat dibanding jd pejabat xixi
    Ayo semangat. . . .

    BalasHapus
  4. wah hebat banget tuh cita2nya,, beda sama kebanyakan anak2 yg lain.. :D

    aduuh, jangan sampai berhenti ngeblog bu..

    BalasHapus
  5. Cita² Destin memang lucu,,bener juga mungkin karena terobsesi dengan tayangan tipi Mbak..

    Sama mbak kemaren saya juga merasa seprti itu disini ,,tapi alhamdulillah sudah lembali normal

    BalasHapus
  6. jangan berhenti ngeblog dong mbak, hanya lewat blog aku bisa berkunjung ke rumahnya mbak susi saat ini

    BalasHapus
  7. Hiatus dulu sebentar gpp mbak...daripada dipaksakan...nanti kalo pikiran udah jernih baru ngeblog lagi....krna biar bagaimanapun hati ngga bisa dibohongin...mgkin kalau masalahnya sdh beres....bisa ngeblog lagi dgn pikiran jernih......ini saran dr aku mbak...maaf kalo ngga berkenan

    BalasHapus
  8. Cita-cita yang kerap berubah pada anak-anak adalah hal yang biasa terjadi, yang terpenting selaku orang tua kita harus mengarahkan, memberikan dukungan semangat dan bila perlu kita berikan masukan tentang plus minus cita-cita yang mereka inginkan,secara anak-anak terkadang melihat sesuatu dengan cara yang sangat simpel.
    Salam gemes buat Destin.

    BalasHapus
  9. Wahhh...hebat Destin bisa bercita2 spt itu mba Sus, Aamiin...semoga kelak tercapai ya *smbl berkhayal harga tanak waktu Destin gede berapa rupiah per meternya he he*.

    Tetap semangat ngeblog mba, kadang menulis bs jd tamasya hati kalo buat saya, gpp dunk curhat kan di blog sendiri ini, dan kalo ada hikmahnya malah layak dishare bukan? ;)

    BalasHapus
  10. wah.. walaupun di lapangan aku selalu semangat buat nulis lho meski ga penting atau malah ga ada yg baca..hihi

    semangat!

    BalasHapus
  11. HHmmm ...
    Yang jelas ...
    Destin mungkin berkeinginan menjadi Insinyur atau sarjana Budidaya Perikanan ...
    Tinggal diarahkan saja Bu ...

    Yang jelas ...
    Menyimak paragraf terakhir tulisan ibu Susindra ... saya hanya bisa berharap ... Bahwa Ibu Susindra diberi kesabaran ...

    Semangat ya Bu ...

    Salam saya Bu

    BalasHapus
  12. Destin anak yang pinter ya mbak, pikirannya maju lhooo... Dia udah ngerti bahwa sebuah profesi yang akan diambilnya kelak harus bisa berguna bagi hidupnya dan keluarganya.

    Yang semangat ya mbak Susi. Terus nulis aja ya mbak...sayang kalo gak nulis, saya seneng banget lho baca2 ceritanya mbak Susi apalagi kalo tentang D&B ^_^

    BalasHapus
  13. Salam ceria dan Jakarta Mbak Susiiii... ^_^
    Mudah2an galau segera berlalu...

    Salam utk Destin dan Binbin... mudah2an kelak bisa menjadi anak2 yang membanggakan kedua orangtuanya... ^_^

    BalasHapus
  14. Destin semoga tercapai ya semua yang dicita-citakan :)

    Lanjut ngeblog Mbak ya, moga segera terhapus semua galau yang sempat hadir...

    BalasHapus
  15. Cita2 Destin sangat mulia sekali mam. Semoga apapun cita2 anak2 kita, tercapai dengan jalan yang baik ya mam.

    Maaam..keep writing ya. Nulis tentang lucunya D&B aja mbak, biar hati terhibur dari galau. Berbahagialah yang bisa curhat lewat tulisan, saya pribadi gak bisa soalnya. Keep smiling ya :-)

    BalasHapus
  16. mbak susi...menulis bagaikan terapi bagi saya. Segala kekhawatiran saya bingkai menjadi sebuah tulisan yang bikin optimis dan harapan. Memang tidak mudah, tapi setidaknya saya mendapatkan beberapa figur di dunia blogger ini yang membuat sy makin optimis. Kebahagiaan itu adalah pilihan, apabila semuanya kita sikapi dengan semangat positif insya Allah tindakannya akan positif. Makanya saya selalu salut dengan teman2 yg berwirausaha...karena semangat mereka yang begitu tinggi.....saya yakin mbak susi juga gitu khan....Tetap Semangat...
    Saya jadi inget cita2 destin yg ga biasa itu ternyata sama dengan Nedia.... dia punya list cita2....ada 11 ...hahahahaha

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)