Bingung Bahasa

Beberapa hari yang lalu, ketika bewe pagi-pagi, saya berkunjung ke “rumah” mbak Ita dan di sana disajikan sebuah cerita tentang Terapi wicara Dina. Topik ini sangat menarik bagi saya hingga terus saja kepikiran ingin ikut bercerita di topik yang sama. Yah, siapa tahu berguna bagi para sahabat rumah Susindra.

Banyak orang di sekitar kami yang mengatakan Binbin BISU. Orang tua, bude, tante, teman, bahkan para pegawai dan tetangga. Jika orang tua lain pastilah sudah marah dan mencak-mencak tidak keruan mendengar anggapan orang-orang tentang Binbin ini. Tapi dari dulu saya selalu tersenyum *entah manis atau getir* karena saya paling malas mengkonfirmasi sesuatu pernyataan pada seseorang yang tidak akan tertarik pada penjelasan saya. Saya tidak akan pernah menganggap level saya lebih tinggi. Saya hanya lebih tahu sedikit. Lagi pula, lebih sering penjelasan saya tentang bingung bahasa yang dialami Binbin tidak digubris hingga senyum adalah pertahanan terakhir saya agar tidak sedih. Saya juga tak berani kecewa pada Binbin karena nyaman saja berbahasa minim jika di depan orang lain. Padahal jika di rumah dia cerewet sekali. Tiap kali bicara diulang 2-3 kali.

Asal Mula
Banyak orang tua tentu mendamba anaknya pandai berbahasa Inggris. Kami pun begitu. Kami mengajarkan lagu-lagu berbahasa asing pada Destin dan Binbin. Kami memberikan video-video anak-anak yang berbahasa Inggris pada mereka. Sejak bayi Binbin akrab dengan video anak-anak berbahasa Inggris  karena Destin sering mengulang-ulang film-nya. Wall E, Neemo, Mickey, Sponge Bob, Pocoyo, masih banyak lagi. Sempat punya Bernard bear tapi diam2 saya buang karena keberatan dengan film tanpa dialog ini. Bisa-bisa Binbin nyaman berbicara tanpa kata. Ternyata inilah kesalahan awal kami. Binbin mengalami bingung bahasa dan memilih diam atau hanya menggunakan kata “gini, gini, gini, gitu” jika menjelaskan keinginannya.

Di rumah, kami tidak memiliki bahasa dominan. Bahasa Indonesia dan Jawa digunakan bergantian, tak jarang dicampur. Tak jarang kami memakai bahasa Inggris jika ingin mendiskusikan sesuatu yang kami tidak ingin anak-anak mengetahui bahan diskusi kami. Campur aduk bahasa ini membuat Binbin bingung dengan kata yang tepat guna. Dia mengganti banyak kata dengan satu kata, “itu”. Binbin sering memberi petunjuk keinginannya dengan kalimat gini-gitu di atas. Dan dia nyaman dengan kata itu karena saya sering faham dengan maksudnya dan mengabulkan permintaannya. *Huh! Mak-mak instant yang sok sibuk.

Diagnosa
Saya menyadari ada yang salah dengan Binbin dan kesimpulan awal kami adalah karena dot ketika berusia 1-2 tahun. “Ah, hanya cedal biasa karena dot. Nanti pasti bisa. Yang penting dia bisa berbicara, banyak kosakata yang digunakan.” Dan kecemasan kami sedikit berkurang karena alasan dot ini.Sebenarnya saya agak bingung juga. Untuk anak yang kami diagnosis “cedal karena dot”, Binbin mampu mengucapkan huruf R dengan baik. Konsonan rangkap seperti Krim, tri, gri, fra, dra, bisa diucapkan dengan sangat baik. Apa yang salah? Dan posting mbak Ita tentang terapi wicara lah yang menjawab penasaran saya. Sebenarnya sih hanya disinggung sedikit di bawah, tapi ada alarm berseru nyaring sekali di kepala saya dan memberi tahu “Binbin terkena BINGUNG BAHASA!!!!”. "Terima kasih, mbak Ita."

Baru sadar, padahal buktinya bertebaran dimana-mana. Contoh kecilnya Binbin bertanya, “Mama, ini, uku, rektenggel?” (Mama, ini, buku, rectangle?”, “seven.. angga…” (seven, tangga atau 7 tangga), atau Binbin lebih hafal nama warna dalam bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia. Jika saya bilang langit biru, dia akan ngeyel “angit blu!” Mengapa Destin tidak terpengaruh? Sedikit mengingat di belakang, pola asuh Destin dan Binbin memang jauh berbeda, yaitu:
Pola asuh Destin:
1.  Saya punya waktu intens untuk mengajari Destin berbicara.
2. Saya dan suami hanya berbicara bahasa Indonesia setiap hari hingga Destin hanya mengenal bahasa dominan-nya. (Bahasa Jawa mulai kami gunakan sejak tinggal di desa, tepatnya 3 tahun ini.)
3. Destin tidak kami beri video berbahasa Inggris. Jika saya ingin memperkenalkannya, saya akan membertahu “mama akan mengajarkan kamu lagu bahasa Inggris/Perancis yang pasti kamu suka”
Pola asuh Binbin:
1. Saya sangat sibuk hingga sering melalaikan perkembangan potensi mereka.
2. Tak ada bahasa dominan karena kami memakai bahasa Indonesia dan Jawa, bahkan dicampur aduk. Tak jarang saya dan suami mencampur bahasa Inggris sederhana  jika membicarakan sesuatu yang ingin kami rahasiakan dari mereka.
3. Tiap hari duo D&B menonton video anak-anak kesukaan mereka yang berbahasa Inggris.
4. Saya sering mengabulkan permintaan Binbin meski permintaan/kata-nya kurang jelas *Saya harus menyelesaikan banyak proyek!**ALASAN!!*

Sejak itu, saya mulai hunting video-video yang sama dengan koleksi duo D&B agar jika saya delete mereka tidak akan protes maupun merasa kehilangan. Perjuangan masih berlanjut sampai sekarang. Saya juga mulai mencari asisten rumah tangga agar sisa waktu saya bisa digunakan intensif untuk anak-anak. Bayangkan saja, sehari 24 jam dan saya menjalani banyak peran hingga semua keteteran sementara sifat bawaan orok saya adalah perfeksionis. Jadi ya tetap tak ada yang selesai sempurna. *kecewa*. Oh iya, saya sudah mencari beberapa bahan tentang bingung bahasa ini, semoga saya bisa sharing keesokan harinya.

11 Komentar

  1. bingung bahasa... istilah baru buat aku Mbak


    adikku juga membiasakan anaknya dengan dua bahasa.

    dan aku?
    memilih untuk tidak.
    karena lingkungannya tidak 2 bahasa, jadi menurutku Dija akan kesulitan. soalnya Dija kan gaulnya dengan pegawe toko juga, hehehe

    Tapi BinBin hebat ya, bahasa inggrisnya udah pinter banget tuh

    Dija kalaaaah...
    hehee

    BalasHapus
  2. Pernah baca soal ini kyknya mba Sus, tapi lambat laun pasti bisa ah, malah mungkin Binbin nantinya akan lebih jago bhs inggris hehehe.

    BalasHapus
  3. sore mbak, waduh saya pernah juga dikasi wejangan sama suami tentng maaalah ini. saya pengennnya Ara les bahasa inggris, dan banyak sekali membelikan Ara dvd kartun dengan bahasa inggris, berharap dia akan familier dengan bahasa inggris, tapi ternyata suami saya keberatan. waktu itu saya akhirnya nurut pendapat suami, jadi tidak memperkenalkan dulu bahasa inggris di usia Ara batita.

    makasih ya mbak, gara gr postingan mbak hari ini, saya jadi banyak tau, dan bisa berbagi dengn lingkungan sekitar saya yang notabene masih telat dengan hal hal seperti ini,

    BalasHapus
  4. bingung bahasa biasanya jika dalam satu rumah lebih dari satu bahasa ya mbak. teman2 aku yg tinggal di luar banyak yg mengalami ini

    BalasHapus
  5. bingung bahasa? Bayi hk malah diajari 3 bhs wajib lho. Katanya bayi bs menerima 4 bahasa. Dan hasilnya, si bocah ngomongnya campur2 kaya binbin kali ya hehe.

    Nb: trimakasih sarannya mbak, memang benar yg mbak susi katakan. mslh itu kami sudah ada planning kesana. Sdh disiapin lahan jg, kalo ada rejeki lbh. Hehe

    BalasHapus
  6. Aku pernah baca juga soal ini Mbak, ternyata mengajarkan bahasa asing pada anak perlu tips ya, agar mereka tak bingung bahasa, trims sharingnya Mbak...

    BalasHapus
  7. Syifa: Iya, memang benar. Setelah mapan bahasa Indonesianya, baru diajarkan bahasa kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
    Kasusnya Binbin, dia menerima limpahan 3 bahasa sekaligus, padahal bahasa utamanya saja belum dikuasai dengan baik.

    Mbak Yunda: Terima kasih kunjumgannya, mbak Yunda

    BalasHapus
  8. Kasusnya mungkin serupa tp tak sama..
    Anak saya justru kebingungan berkommunikasi dgn bhs jawa, dimaklumi, sehari2 ngomoongnya bhs Indonesia, wkt kecil Asisten Rmh Tngga bukan org jawa, maka bs dipastikan jarang pakai bhs jawa, sampai sekarang msh kesulitan bhs jawa, nilai sklh bhs daerah jeblog, wah bingung juga nih..., ada solusi mbak Susi?

    BalasHapus
  9. itulah sebabnya aku hanya memakai bahasa Jepang di rumah, sehingga anak-anakku tidak bingung bahasa. Tapi waktu marah, aku selalu pakai bahasa Indoensia. Jadi mereka tahu kata-kata marah dengan bahasa Indonesia, dan seandainya mereka tiru, tidak berdampak buruk dalam pergaulan (ngga ada yang ngerti). Tapi kami selalu mudik ke Indonesia satu bulan dalam setahun, dan saat itu adalah saat yang tepat untuk belajar bahasa Indonesia. Sekarang kami bicara bahasa Indonesia di luar seperti, "Jangan ini mahal" dsb sehingga orang lain tidak tahu apa yang kami bicarakan. Awalnya untuk Kai, dia menggolongkan semua bahasa asing (bukan Jepang) sebagai bahasa Inggris. Baru akhir-akhir ini aku beritahu bedanya bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kalau Riku sudah sejak usia 6 tahun bisa bedakan 3 bahasa itu.

    Bagiku sih anak-anakku cukup menguasai 3 bahasa, supaya aku masih punya cadangan bahasa belanda utk berahasia dengan keluargaku di Jakarta hahaha.

    BalasHapus
  10. Mbak dd walu juga sampe sekarang belum bisa ngomong...apa gara2 empeng yachh...kayaknya rhs dibuang jauh2 nech empengnya.....

    BalasHapus
  11. saya juga pernah dengar tentang bingung bahasa dari kakak saya.
    Dan saya memakai bahasa indonesia untuk berbicara dengan ikhsan sejak bayi, setelah itu baru bahasa jawa di usia 3 tahun. Sekarang pas usia 4 tahun, mulai perkenalan pake bahasa inggris.
    Itu aja ikhsan bahasa indonesia dan jawa kadang dicampur.
    Info yang bagus mba susi...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)