Binatang Peliharaanku: Ayamku Sayang

Mengenang semua yang telah berlalu memang indah, haru, seru, dan tak jarang lucu. Dan demi menjawab permintaan mbak Artie untuk ikut Giveaway Aku dan Peliharaanku, saya akan mengenang sebuah peristiwa lucu dan penuh haru yang tidak biru: tentang AYAM.

Minette - milik keluarga Gunanto
 Jika ditanya tentang apa hewan peliharaan saya, saya perlu mengingat jauh ke belakang. Karena sudah lama saya tak punya hewan peliharaan. Bahkan tak pernah terpikir untuk punya lagi. Jika melihat ke depan, saya terpaksa membayangkan sebuah hadiah binatang peliharaan yang akan menjadi milik saya bulan depan. Teman saya dari Perancis meyakinkan saya sebelum ia pulang ke negaranya, bulan September depan ia akan memberi saya hadiah seekor kucing. Minette, kucing kesayangannya melahirkan 4 bayi kucing 2 bulan lalu dan ia sudah menyiapkan seekor kucing untuk saya nanti. Saya bahkan tak sanggup membayangkan sanggupkah saya memelihara anak Minette nanti. Sayang saya lupa tanya nama kucing yang akan diberikan pada saya. Daripada bingung, ayo deh mengenal hewan peliharaan saya. Sudah tahu kan hewan apa yang akan saya ceritakan? AYAM. Hahahaha…. Nggak banget deh ya…

Ketika Destin berusia 2 tahun (sekarang ia berusia 9 tahun), neneknya membelikan 10 ekor anak ayam. Saya sudah heboh dengan hadiah ibu ini. Bagaimana jika anak-anak ayam ini dipermainkan Destin kecil? Bagaimana jika dicekik? Bagaimana jika mati? Oh ayolah… meski saya tak suka memelihara binatang, tapi saya tak rela jika mereka dipermainkan. Hari itu juga, papanya Destin mencari kandang burung bekas dan mengurung mereka. Diterapkan aturan keras, “Lihat boleh,pegang jangan.” Beruntung Destin termasuk anak yang patuh.

Singkat cerita, anak ayam itu tumbuh besar. Dari dikurung di kandang burung beberapa hari, mereka mendapat hadiah sebuah kandang ayam yang cukup leluasa. Tiba-tiba saya dan suami punya kegiatan mengeluarkan ayam di pagi hari dan memasukkan mereka ke kandang di sore hari. Kegiatan yang awalnya terpaksa – karena tak mau mengecewakan ibu dan Destin. Lama-lama kami terima dengan lapang dada. Mereka pun menjadi 10 ayam gemuk. Rekor juga sih, memelihara 10 anak ayam dan tak ada yang mati. #Bangga? Lucu saja


Suatu malam yang mengerikan sekali, saya mendengar suara ribut di kandang ayam. Saya yang kelelahan hanya bangun sebentar dan keluar memeriksa. Setelah itu kembali tidur. Tak disangka, tak dinyana, keteledoran saya sangat mengerikan. 6 ekor ayam mati dan 2 ekor ayam luka-luka karena diserang tikus werog. Tinggal 2 ekor ayam yang masih sehat. Saya yang shock hanya berdiri saja. Suami segera mengubur 6 ekor ayam yang sudah tak keruan badannya. Ibu marah besar dan menyuruhku memasak 2 ayam yang masih hidup. Mereka memang hanya luka di kaki, tapi bekas cakaran tikus? Hi… saya terpaksa menolak perintah ibu. Sudah cukup shock saya. Setelah berdiskusi sebentar, diputuskan sisa ayam yang masih hidup disembelih dan dimasak. Saya yang sudah tak semangat mengurus ayam hanya mengiakan. “Biar dimakan para tetangga yang mau saja, bu.” Jawabku, “Kami tidak mau makan.”

Sore hari, sepiring ayam masak kecap sudah tersaji di meja makan. Dada saya merasa sesak. Ayam yang saya pelihara sekarang sudah di meja makan dan siap santap. Ada rasa yang mengatakan, ini salah. Rupanya suami saya pun begitu. Hingga malam, ayam bumbu kecap itu tak tersentuh. Saya ke rumah tetangga yang memasak dan memberikan semua. Sejak saat itu sampai 2 tahun kemudian, saya tak tega makan ayam. Meski membeli ayam siap masak di pasar pun saya tak tega. Rasanya seperti memakan hewan peliharaan saya. Karena anak butuh gizi dari daging ayam, saya mulai mengeraskan hati untuk memasaknya. Tetapi saya tetap tidak mau makan ayam sampai 3 tahun. #anehnya saya.

Jika ditanya apakah sekarang saya sudah makan ayam? YA…. Saya rasa tak perlu lah bertrauma terlalu lama. Sejak saya sudah bisa memaafkan kecerobohan yang berujung pada kematian ayam-ayam itu… juga melupakan detail luka-luka sadis para tikus, saya pun mulai bisa menikmati daging ayam kembali.

Itulah cerita saya tentang binatang peliharaan. Bukan cerita yang biasa tentunya. Ada juga rasa malu, mengapa saya tak pernah memelihara binatang seperti kucing atau kelinci? Sederhana saja jawabnya, karena tikus werog di sekitar rumah orang tua saya ukurannya sebesar kucing muda, dan para kucing takut pada tikus yang rakus.

“Postingan ini diikut sertakan dalam Giveaway Aku dan Peliharaanku”

15 Komentar

  1. waduw kok bisa trauma gt ya mbak?

    Kalo ditempat saya kena virus, entah apa namanya. Awalnya 60an ekor besar kecil. Mati satu persatu sampe habis. Tersisa 1 yg kebetulan lg mengeram. Nyesek kalo ingat ayam jago dan lainnya tiba2 tergeletak tak bernyawa. Skrg memulai lagi mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga bakat punya peliharaan ya mbak. Kalo aku pelihara ayam, bisa-bisa ga makan ayam lagi. Mancing ikan di empang pak Lurah waktu KKN aja rasanya seperti membunuh. Hi.... #kemayu

      Hapus
  2. hehehe.. kayak saya dulu saat kecil mbak Sus.. jika lebaran ditawarin emak ayam, pasti nanya dulu "iki pitike awak dewe?" hehe


    sukses GA-nya ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih, uncle. Ayo cepetan tulis kisah ayamnya itu...

      Hapus
  3. di Jombang di rumah ibu saya juga melihara ayam mbk,terus ibu juga suka ngumpulin kucing2 liar terus dikasih makan hehehe....

    BalasHapus
  4. biasanya kalo sudah dipelihara jadi segan untuk memakannya ya mbak...

    BalasHapus
  5. waduh tikusnya besar2 banget ya jeng...Untunglah sekarang sdh tdk trauma lagi ya makan ayam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. ya mbak. Dulu sering mual kalo masak ayam.

      Hapus
  6. kok serem mbak? tikusnya sebesar apa? saya baru tau tikus bisa menyerang ayam. soalnya dulu waktu SD saya peliharan ayam dan ga kenapa2 sih, kalo pengen makan ya sembelih. kalo ada masalah paling ayamnya lompat ke rumah tetangga

    BalasHapus
  7. Waktu kecil sy jg pernah punya banyak ayam peliharaan. pernah juga mati beberapa ekor karena dimakan musang (dimakan tapi disisakan kepalanya saja).
    Ikut sedih juga dg nasib ayam yg dipotong u dimasak. Dulu sy sempat berpelukan dan menangis bersama ayam kesayangan (kayaknya ayam juga bisa nangis) sebelum disembelih. Setelah masak jadi opor ayam, saya ngambek ga mau makan :'(
    Semoga sukses untuk GA-nya, ya :)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)