Masuk Neraka, Siapa Takut? #Dosa Facebook

Saya takut masuk neraka. Makanya keder menyambut tantangan Masuk Neraka dari mas Haryanto.  Saya berfikir berulang-ulang dan mencoba menghindar. ;) Sejak awal, saya memahami benar nilai dari tantangannya ini bernilai dakwah. Tapi kok judul dakwahnya ini berasa seperti sesumbar, ya. Apalagi saya sadar banget, ada jutaan perbuatan sederhana yang bisa mengantarkan kita pada pintu neraka jika kita terlambat bertaubat. Lebih jauh, saya takut jika uraian saya ini nantinya akan menjadi dosa yang lain lagi bagi para pembacanya. Bisa jadi di tangan saya terselip satu tiket menuju neraka.

Ada banyak cara untuk menggapai dosa dari facebook dan mendapat tiket gratis ke neraka. Tak percaya?
Setiap ucapan dan perbuatan manusia dicatat oleh malaikat Roqib dan Atid. Terkesan seperti hanya ucapan lisan dan perbuatan saja hingga banyak manusia yang lena. Ada yang berfikir facebook tidak termasuk keduanya, atau ada yang berfikir facebook adalah gabungan keduanya. Pihak yang pertama sering lupa diri dan sering menulis di facebook tanpa sadar ia telah melakukan beberapa dosa sekaligus. Saya sendiri cenderung ke pihak yang mengangap facebook (dan blog) adalah gabungan dari ucapan dan perbuatan yang harus dipertanggungjawabkan pada Allah kelak. Bahkan, lebih berbahaya lagi. Jika ucapan dalam hati hanya diketahui oleh Allah, kita dan malaikat penjaga kita. Jika ucapan lisan hanya diketahui Allah, kita dan pendengar (audiens) kita serta  disaksikan malaikat penjaga kita. Siapa audiens dari tulisan kita di facebook dan blog? Berapa ratus orang yang membacanya? Apa reaksi pembacanya ketika membaca tulisan kita. Terharu? Tersinggung? Marah? 

Hanya satu kalimat, “OTW ke semarang” misalnya, berhasil memutuskan pertunangan seorang teman saya. Ini kisah nyata. Saya tertawa dan terharu ketika mendengar kisah unik ini. Kisah yang seharusnya sedih telah menjad rasa syukur sejalan dengan waktu yang menyembuhkan luka. Bagaimana dengan status curcol lain? Atau sebuah gambar makanan dengan keterangan makan siang dengan menu ini sudah bisa menyakiti pembaca lain ketika berada di situasi tepat. Saya pernah menangis sesenggukan sendiri melihat foto makanan yang diupload adek saya tiap makan siang selama beberapa hari. Saya tak mau menceritakan alasannya di sini. Saya yang sangat jarang terbawa emosi merasa sangat terusik dengan foto itu dan saya menangis. 

Pertengahan tahun ini saya menyakiti hati saudara saya ketika menulis sebuah status di facebook. Status yang sangat sederhana sehingga saya merasa seperti ditampar ketika mbakyu saya marah besar dengan status saya itu. Status apa yang bisa membuat saudari saya itu marah besar? Hanya sebuah ungkapan syukur melihat kebahagiaan ibu yang setiap malam bercanda sampai tertidur dengan kedua anak saya! Kurang lebihnya saya berkata, 
“Senangnya melihat ibu tiap hari bahagia ditemani DnB Susindra (anak saya, Destin & Binbin) tiap malam. Mereka bercanda di kamar sampai tertidur. Dua anak saya ini memang cucu kesayangan ibu. Mereka selalu sigap menolong dan memberi cinta pada ibu. Alhamdulillah.” 
Saya merasa tak ada yang aneh dengan ungkapan syukur di atas. Sangat wajar ketika mensyukuri sebuah kebahagiaan hati orang lain. Karena itulah saya sangat kaget ketika tiba-tiba mbakyu saya marah sekali karena status yang mengandung kata “cucu kesayangan neneknya” itu. Bukan tanpa sebab jika mbakyu saya marah. Sebenarnya kemarahannya berasal dari ketersinggungan anak-anaknya yang tentu saja cucu ibu saya. Beberapa anak mbakyu tersinggung dengan kata cucu kesayangan disematkan pada DnB yang bukan merupakan cucu kandung ibu. Sangat wajar juga menurut saya. Tetapi tetap mengagetkan.

Tak mudah memahami kemarahan itu kecuali mengetuhui latar belakang sebenarnya. Saya adalah anak angkat di keluarga ini. Saya diadopsi sejak berusia selapan hari (36 hari). Meski anak angkat, tetapi saya sangat disayang ibu dan almarhum bapak. Sebagai balasannya, saya mengabdi sebaik mungkin. Saya pun mewariskan pengabdian saya pada DnB anak-anak saya. Tiap fajar ibu selalu berjualan di warung dan pulang jam 8 pagi ke rumah mbakyu. Jam 4 sore baru ibu pulang ke rumah saya. Saya membiasakan anak-anak menyambut kedatangan neneknya dengan sukacita. Segera mengambil alih barang bawaan neneknya dan menemaninya di depan atau di kamar. Binbin yang masih kecil dengan polos selalu memeluk-cium neneknya. Destin yang lebih besar adalah tenaga bantu neneknya jika mengangkat barang dan belanja bahan dagangan yang sederhana sepulang sekolah. Hal-hal kecil yang luput dari perhatian ini adalah sumber kebahagiaan ibu. Sebagai gantinya, hanya mereka yang boleh masuk ke kamar ibu. Cucu dan cicit yang lain akan dimarahi ibu. Tugas harian saya untuk ibu adalah mencuci dan memasakkan bahan dagangan ibu tiap malam. Juga, dibantu suami, memastikan ibu bangun dinihari untuk memasak ketan dan menggoreng bakwan karena harus hangat-hangat. Tugas harian ini mengurangi setengah bagian dari kegiatan ibu. Wajar jika ibu selalu memuji saya sebagai anak paling berbakti di depan banyak orang atau pelanggan. Wajar bagi saya, tetapi sakit hati bagi para saudara saya. Saya tak mempunyai niat khusus ketika menyebut DnB adalah cucu kesayangan neneknya sehingga saya kaget sekali ketika dimarahi saudari saya perihal status facebook sederhana itu.

Ada jutaan dosa kecil (menurut kita) yang bisa jadi dosa besar. Seperti semut kecil yang bisa menyakiti gajah. Jika masih mengira facebook aman dari dosa, berfikir ulanglah. Facebook itu ibarat prasasti yang lebih abadi dari prasasti batu. Facebook itu adalah ucapan yang dibaca ratusan bahkan ribuan pembaca dan tetap ada di timeline facebook kita. Bisa dibaca kapan saja dan dimana saja. Sudah ada ratusan kasus pertengkaran di facebook. Terkadang penyebabnya adalah salah tafsif dari jawaban yang diterima. Perang facebook sudah lazim terjadi dan ketika tanpa sadar ikut membacanya, saya hanya berfikir, “Oh, keduanya sedang sensi. Nanti juga baikan lagi." Sebenarnya saya merasa sangat malu ketika membacanya. namun kita baru tahu informasi setelah membaca dan atau mengetahuinya kan? Karena itulah, ada kalanya saya menghindari membaca beranda facebook yang berisi status-status dan kegiatan terbaru teman facebook saya. Saya beberapa kali menghela nafas ketika membaca beranda facebook saya dan menemukan aneka pertikaian, kesombongan, sindiran, kelebaian. Apalagi ya? #Sebenarnyasayahanyasedangsensisajhinggamenghindarihilhilmustahal. Ini hastag terpanjang. hahahaha...

Melihat ke timeline facebook saya pada tahun 2009-2011, saya malu sendiri. Waktu itu saya seperti selebriti facebook saja, sehingga mencuci piring saja sampai woro-woro di facebook. Digigit nyamuk juga bisa menjadi status di facebook saya kala itu. Meski saya menghindari status berat yang mungkin menyakitkan, saya tetap merasa malu. Kala itu di otak saya sering terangkai aneka kalimat yang pas agar mendapat banyak like dan komentar. Saling hahahihi bersama para emak rempong dari milist infobunda dulu sangat asyik. Syukur Alhamdulillah kejenuhan itu muncul di awal-awal 2011 dan saya tak lagi aktif di facebook. Kala itu saya vakum hampir setengah tahun. Saya perlu waktu untuk menenangkan gejolak hati dan rasa malu itu. Ketika kembali ke facebook, saya sudah tidak lagi sering menulis di facebook. Tetep online, tetapi tidak aktif. Saya lebih berhati-hati menulis status atau mengomentari sesuatu. Mencoba lebih sedikit meninggalkan jejak prasasti (ucapan) di facebook. Meninggalkan sosial media yang satu ini memang sudah tidak bisa lagi karena ini adalah ladang penghasilan sabagai pemilik onlie shop. Bagaimana lagi?




24 Komentar

  1. iya ya mbak kl mo disadari ada banyak dosa2 kecil yang mungkin kita lakukan tp terkadang kita ga ngeh. mudah2an kita bs lebih introspeksi diri lg ya mbak :(

    BalasHapus
  2. Ini betul sekali Bu ...
    Ini bahasa tulisan ... sekalipun bisa di delete tetapi tetap saja ... puluhan bahkan ratusan orang membacanya ...
    dan kita tidak mengetahui apakah tulisan kita tersebut berkenan dihati orang banyak atau tidak ...

    Yang jelas ... niat yang baik ... harus selalu disertai dengan cara yang baik pula

    salam saya Bu Susi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar pak. Niat yang baik harus disertai cara yang baik pula. :)

      Hapus
  3. Masuk Neraka, Siapa Takut!!... duh.. jadi takut buat ikutan... he2

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan takut, mbak. seperti saya bilang, bisa jadi bernilai dakwah.

      Hapus
  4. kita bs belajar dr pengalaman, ya :)

    BalasHapus
  5. :D iya bgt mbak, makanya saya mikir panjaaaaang bgt klo mo bikin status di pesbuk atawa twitter :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada perubahan yang sangat besar ya mbak. dari berfikir panjang kalimat apa yang bisa mendapat banyak tanggapan ke kallimat apa yang bermanfaat dan tidak menyakiti orang lain. :)

      Hapus
  6. iya ya...tanpa sadar kadang kita nyakitin orang...
    tks for sharing mbak... :)

    BalasHapus
  7. Sentilan untuk saya dan penikmat sosmed FB. . .
    Makasih sudah diingatkan ya, Mba. Berbagi yang bermanfaat di FB. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Idah. Aku juga masih sering salah kok.

      Hapus
  8. hihih jaman awal2 fb aku juga nulis status mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. waktu itu kita sama-sama eksis banget mbak, dan saling tanggap like-komentar. hahahaha... kita insyafnya barengan.

      Hapus
  9. Saya takut ikutan ini ... dosa saya terlalu banyak hiks
    Selamat mbak Susi sudah berani mengakui ini semua ... saya belum :(

    BalasHapus
  10. duluuuuu semasa Kuliah, wuiiiih sering banget curcol di facebook :D
    tapi makin bertambah usia semakin banyak pertimbangan, nggak hanya posting di facebook, tapi juga di twitter atau blog.. takut terkena "cipratan" dosa..
    semoga kita dijauhi oleh sifat sombong (meskipun kita gak nyadar)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.....
      makin hati-hati menulisnya ya mak.

      Hapus
  11. Kita memang sering "keceplosan" dalam bersuara di fb. Baik membuat status atau berkomentar pada status orang lain. Satu hal... menyadari kesalahan adalah sebuah muhasabah diri yang baik.

    BalasHapus
  12. sama mbak karna facebook saya juga sudah berantem sama keluarga saya....

    salam kenal

    BalasHapus
  13. ngerasa tertampar sama tulisan ini hehe..
    aku pernah secara terang-terangan menyindir teman lewat facebook,, hehe

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)