Andai E-Sabak Diberlakukan....

Ketika mengunjungi blog mbak Myra beberapa waktu lalu, saya tergelitik dengan posting mengenai E-SABAK. Saya pun mencari tahu apa sih E-SABAK itu, bagaimana penerapannya, dan apa bisa diaplikasikan ke siswa sekolah secara umum. Kok rasa-rasanya, terlalu prestisius dan sulit dilaksanakan. Apalagi, berdasarkan apa yang saya baca, E-SABAK pertama kalinya akan diberlakukan untuk daerah 3T (terdepan, terluar dan terpencil). Atau kalau kita biasa menyingkatnya dengan daerah tertinggal. Yang terpilih adalah Kalimantan, Papua dan Nusa Tenggara yang memiliki daerah perbatasan dengan negara tetangga. Masa sih? Apa bisa berjalan sementara di sana listrik saja tidak ada. Duh.. saya sudah bicara macam-macam sebelum menjelaskan apa itu E-SABAK ya? 


E-SABAK itu perangkat tablet yang berisi e-book dan aplikasi belajar interaktif untuk proses belajar mengajar. Jadi, rencananya, setiap satu siswa di daerah 3T akan dipinjami sebuah tablet untuk memudahkan mereka belajar. Cara ini diklaim lebih irit daripada menggunakan buku pelajaran yang kita kenal. Jadi materi belajar dan e-book buku pelajaran akan disematkan di tablet sehingga tablet tersebut akan menjadi pengganti semua buku. Terlebih, untuk urusan distribusi soal ujian yang sering terkendala penyaluran karena daeerah 3T ini relatif sulit dijangkau. E-Sabak akan sangat membantu karena soal tes/ujian tinggal di donlot saja. Makanya, program e-sabak ini bekerja sama dengan mengkominfo dan PT Telkom. Apa iya begitu? Hmm... kira-kira, tingkat kecurangannya berapa persen ya? Hanya tanya saja kok.

Saya yang punya 2 anak sekolah dasar mencoba menghitung jumlah uang yang saya keluarkan persemester untuk membeli buku paket dan LKS. Kebetulan mereka berdua sekolah di SD swasta berbasis agama Islam. Jadi tidak ada buku paket gratis atau dana BOS. Yah... rata-rata persemester memang hampir 400 ribu. Jadi dalam satu tahun, satu anak saya membeli buku senilai 750 ribu yang setelah kenaikan kelas, buku tersebut tergeletak menyedihkan di sudut rak. Sayang sekali ya uangnya? Uang segitu bisa untuk membeli sebuah tablet SABAK sehingga anak bisa belajar lebih banyak dan lebih kreatif.

SABAK? Apa pula SABAK itu? Tak tahu? SABAK itu Sistem Aplikasi Belajar Aktif Kreatif atau tablet pintar untuk pelajar tingkat SD dan sederajat yang dikeluarkan oleh PT Permata Equator Media melalui OTRANS Media Edukasi pada tahun 2012 lalu. Tablet pintar ini diyakini akan memudahkan para guru dalam mengakses berbagai konten pendidikan. E-book paket, LKS, penilaian, laporan hasil belajar, game edukasi, serta materi belajar interaktif dan aneka fitur pendidikan sudah disematkan. Jadi, istilahnya, seluruh kebutuhan KBM telah diringkas di satu tablet dan bisa diakses kapanpun. Pertanyaannya, apa hubungan tablet SABAK yang kurang dikenal ini dengan E-SABAK? Mungkin hanya yang berkepentingan yang tahu. Kalau saya, asli tidak tahu. Yang jelas, saya jadi tertarik membeli tablet ini dan berusaha mencari tahu dimana membelinya. Membayangkan Destin dan Binbin memiliki tablet SABAK... saya yakin mereka yang malas belajar itu akan senang memiliki dan membacanya.

Kembali ke E-SABAK itu tadi. Saya kok tidak yakin kalo program ini mulus berjalan. Jangan-jangan hanya gebrakan sesaat. Bukannya suudzon ya.... tapi sasaran pertamanya itu loh.... kok daerah 3T yang relatif terisolasi. Jalan beraspalnya entah sudah ada atau belum. Yang jelas, kebanyakan belum ada listriknya. Pak mendikbud sendiri dengan mantap menjawab, pemerintah sedang berupaya membangun semua infrastruktur ICT dan transportasi yang dibutuhkan. Khusus untuk listrik, kalau perlu akan dibuatkan generating electricity. Apa pula itu.... yang jelas, saya jadi ingat pulau Karimunjawa yang masih daerah administratifnya Jepara. Di pulau yang jarak tempuhnya 4-5 jam dari pulau Jawa tersebut dikenal sebagai surga Jawa yang tersembunyi, tetapi tarif dasar listriknya termahal sedunia (klaimnya sih begitu, tidak tahu kenyataannya). Di sana tak ada yang punya kulkas karena listrik hanya hidup sekitar 10 jam/hari (khusus malam hari). Padahal jaraknya tak terlalu jauh dari pulau Jawa ya? Gimana dengan daerah perbatasan negara lain yang terpilih sebagai proyek percontohan pertama untuk E-SABAK ini? Saya tidak tahu. Beneran... saya tidak tahu, dan tidak bisa membayangkannya. 

29 Komentar

  1. Wah, postingannya sangat menarik. Terlebih karena saya punya adik yg juga masih SD.

    Pertama sefikitan sama wilayah sasaran. Yg saya tau tablet itu cukup boros batrai, apalagi jika dipakai tiap hari untuk nelajar. Jika wilayah sasaran belum teralir listrik dengan baik. Lantas bagaimana?

    Belum lagi, di tablet yang nantinya akan dipinjamkan, adakah aplikasi playstore-nya? Jika ada, bukan tidak mungkin bakal banyak games ketimbang e-book pelajaran.

    Eh, maaf. Jadi kebanyakan komentar >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, jujur, saya tertarik mengkritisinya karena daerah sasaran dan proyek percontohannya di daerah 3T. rasanya sulit terealisasi. Beda kalau awalnya untuk di daerah yang sudah dialiri listrik, ada akses internet. Belum tentu di sana ada listrik dan internet. Apapun itu... memang harus selalu didukung agar sukses. Karena nantinya untuk kualitas pendidikan Indonesia

      Hapus
  2. Saya malah berpikir, anak-anak akan semakin jauh dari buku mbak. But, wait and see aja mbak... Follow up pemerintah atas program ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tidak mbak. Apapun program pemerintah, harus didukung sekaligus dikritisi agar semua berjalan serasi antara tujuan dan pelaksanaan.

      Hapus
  3. Saya masih wait and see juga. Yang pemegang kebijakan pasti sudah memperhitungkan baik dan buruk dari sudut pandangnya. Tapi, memang saya juga berharap sama seperti Mas Ahmed. Jangan sampai dengan adanya teknologi, kearifan lokal menjadi ditinggalkan. Hal itu udah terjadi di daerah yang sudah terjangkau teknologi (termasuk internet). Saya berharap, kita semua (gak hanya pemerintah) bisa belajar dari kejadian ini.

    Kita gak perlu anti dengan dunia digital. Yag kita butuhkan hanyalah keseimbangan :)

    BalasHapus
  4. Waahh mba, saya juga tidak tau harus berkata apa.. Kalo dipinjami dan dibawa ke rumah, itu sih bisa utk belajaar,, kalo yang mau belajar,, kayaknya ya mbak, belajar itu ada baiknya dengan menulis pake tangan deh mbak, iyaa sih ngetik juga pake tangan (jari),, tapi beda ..
    Aku kok rasanya kurang yakin dengan satu program pemerintah ini,, entah kenapa gitu,, yaa tidak ada yang todak mungkin sih, tapi.. Saya tunggu saja wis nanti kelanjutannya

    BalasHapus
  5. saya cm mau bilang "wealaaah..." proyek lagi, proyek lagi. mbok duitnya dipakai untuk nggaji guru di daerah2 3T tadi dulu biar sejahtera.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk gaji guru dan membangun gedung sekolahnya ya mas. Jangan samoai ada sekolah yg gagal diberi tablet karena gedung sekolahnya masih nebeng di kandang kambing. di desa terpencil dan terisolasi kan seringnya tak punya sekolah kecuali swadaya masyarakat. Atau saya kebanyakan nonton film/berita semacam ini?

      Hapus
  6. Wahh.....padahal saat ini di sekolah anakku pelajaran TIK (ilmu komputer) malah dihapus...

    BalasHapus
  7. Semoga Pak Menteri sudah memikirkan matang-matang rencana itu
    Agar tak menjadi gebrakan yang cepat berlalu
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  8. zaman saya SD, cuma pakai Sabak buat hitungan. eh sekarang udah ada esabak, kecanggihan teknologi yaaa...
    tapi, agak susah juga penerapannya di kota kecil seperti kota saya

    BalasHapus
  9. Kalimantannya sblh mn mbak? Penasaran nih, kok kalimantan masuk daerah terpencil; tertinggal?
    di tempat yg saya tinggali skrg, itungannya desa yg msh baru pendudukny sdkt tp listrik ada lho mbak..jln raya mmg blm d aspal alias msh sakit jlnnya.

    Knp setiap gnti menteri selalu ad yg baru ya..smcm buang2 duit.
    Sasarannya apa g salah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan Kalimantan secara umum, Ajeng, tetapi daerah perbatasan dengan negara tetangga, daerah yang sulit dijangkau transportasi, dan daerah terluar Indonesia yang terisolasi (misalnya pulau).

      Hapus
  10. Kita lihat saja nanti gimana prosesnya, kalau sudah mulai 'janggal' pas proses, baru kita bilang ke pak Anies :)

    BalasHapus
  11. boleh juga tuh mbak buat anak2 ya, sekarang dikasih tablet anak2 maunya main terus mbak, kadang ortunya juga kurang mengarahkan sih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terkadang memang kesalahan di ortu yang tidak mau memperhatikan keperluan sekolah anak mbak

      Hapus
  12. Wah..baru tau mengenai E-SABAK

    Prasarana sepertinya meragukan, saya dari sulawesi, yang bukan daerah 3T sinyal aja megap-megap, apa kabar internet? Bener kata teman-teman, wait n see aja sepertinya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum terbayang ya mbak? Semoga ke depan, listrik dan internet menjangkau semua wilayah Indonesia ya mbak

      Hapus
  13. Saya baru tahu tentang SABAK ini mbak.. moga-moga saja langkah pemerintah ini sudah dipikirkan dengan matang. Bagaimana dengan sebab dan akibatnya nanti. Semoga pendidikan di negeri kita bisa lebih maju lagi ya mbak.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga lebih maju lagi mbak. kemajuan pendidikan bukan hanya usaha para pendidik dan pemangku jabatan saja, tetapi kita para orang tua.

      Hapus
  14. sepertinya agak susah ya mbak apalagi yang jauh di pelosok. Kita lihat saja perkembangannya nanti ya

    BalasHapus
  15. E-SABAk, waduh saya banyak ketinggalan info, kalo punya anak harsu update ya, maksudnya di terapkan di 3T itu untuk memudahkan ya mak, tapi sinyal mudah juga gak ya disana?

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)