Mewaspadai Makanan yang Mengandung Bahan Berbahaya

Sebagai seorang ibu yang konsern pada makanan yang dikonsumsi keluarga, saya berusaha selalu berhati-hati ketika berbelanja bahan makanan. Salah satu caranya adalah tetap berbelanja di pedagang yang sama selama bertahun-tahun setelah yakin mereka adalah pedagang jujur. Saya pernah menuliskannya di posting Lagnape: Extra Pelayanan Pelanggan Ramah. Kurang lebih, seperti itulah cara saya berjualan secara online, dan seperti itulah cara saya berbelanja bahan makanan sehari-hari. Karena saya tahu, sekarang ini tak mudah mencari pedagang yang jujur dan menjual makanan halal. 

Bisa jadi, teman-teman di kota akan berdalih, "Saya selalu berbelanja di deptstore, jadi sudah pasti aman dan layak konsumsi karena mereka memiliki standar mutu tinggi." Yah... menurut saya tak sesederhana. Harga mahal, mutu dan kebersihan terjamin. Semua itu tak menjamin kehalalan suatu produk. Menurut saya begitu, bisa jadi ada teman yang berbeda pendapat. Saya kira wajar, karena di kota saya tidak ada depstore. Di dekat rumah saya hanya tersedia 3 pasar tradisional dengan jarak lokasi minus 1 kilometer. Saya akrab dengan ketiga pasar ini sejak kecil karena ibu saya pedagang makanan matang.

Baru-baru ini Badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis temuan terbaru mereka tentang makanan yang rawan diberi tambahan bahan-bahan berbahaya. Tak tanggung-tanggung, mereka melakukan riset di 77 pasar di 33 propinsi di Indonesia. 77 pasar yang dipilih adalah pasar yang menjadi proyek percontohan untuk Pantauan Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Dan hasilnya cukup mengejutkan. Ada beberapa jenis makanan yang rawan tambahan bahan berbahaya seperti borax, Rodhamin B, pemutih, dan pelunak daging. Makanan yang rawan bahaya tersebut adalah makanan yang paling banyak dibeli pelanggan yaitu: Pangan segar (ikan, ayam, daging, cumi, udang, dan kerang), makanan segar dikeringkan (ikan teri, ikan asin, cumi asin, dan ebi), minuman segar (cendol, cincau, dan sirup), kerupuk (termasuk keripik), jajanan pasar (termasuk camilan lain), mie basah, terasi, bakso, tahu, dan agar-agar (termasuk jelly). 

Melihat daftar makanan yang rawan tercemar bahan berbahaya tersebut, saya terus saja bergidik ngeri. Beberapa termasuk daftar belanja mingguan saya. Saya terpaksa menenangkan diri dengan mengingat ciri-ciri makanan yang saya beli. Untuk bahan pangan segar, saya bisa berlega hati karena untuk ikan, saya lebih sering membeli langsung di tetangga yang juga istri nelayan. Untuk udang, saya lebih suka membeli udang yang masih hidup dan udang jenis ini mudah ditemukan di pasar terdekat. Untuk ayam? Saya 80% yakin pedagang langganan saya selama 4 tahun itu termasuk pedagang yang baik dan jujur. Tapi apakah saya bisa seyakin itu? Entahlah. Diyakin-yakinkan saja agar mantap mengkonsumsinya. Untuk bahan makanan lain, saya sangat jarang membelinya kecuali tahu. Untuk tahu saya sudah memiliki penjual langganan yang saya yakin memakai bahan makanan segar serta tak memakai bahan berbahaya. Yah, sumbernya hanya keyakinan diri saja. Saya cukup mengenali makanan yang sehat dan berhati-hati dalam memilihnya. Apakah teman-teman memiliki wawasan akan makanan segar yang layak konsumsi? Saya harap kalian punya karena itu termasuk pengetahuan dasar dalam menyiapkan hidangan yang sehat bagi keluarga

Sekedar info, BPOM tahun lalu sudah merilis layanan publik untuk pengaduan tentang obat dan makanan di nomor 500 533. Kontak layanan publik BPOM ini buka senin-jumat jam 8 pagi sampai 6 sore dengan nama HALO BPOM. Selain jam kerja di atas, HALO BPOM akan dialihkan ke telpon seluler untuk menggenapkan jadi layanan 24 jam. Punya keluhan tentang pangan dan obat berbahaya? Ayo gunakan fasilitas ini dengan baik. pengawasan terhadap bahan pangan dan obat paling dasar berasal dari kita, para konsumen yang cerdas.

Artikel ini dibuat setelah membaca berita di health.kompas.com tentang Waspada, 10 jenis pangan ini sering ditambah bahan berbahaya.

17 Komentar

  1. Wah, sekarang BPOM sudah menyediakan fasilitas ini, setidaknya masyrakat bisa berpartisipasi untuk menjaga kesehatan makannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Masyarakat harus ikut berperan aktif melaporkan kecurangan pada BPOM

      Hapus
  2. Kalo ayam insya Allah aman, tahu aja yg kadang ragu.. Di sini jg g ad depstore mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayamnya ayam kampung ya mbak? di rumah mertua, tidak ada ayam negeri, adanya ayam kampung. Jadi pasti aman.
      Tahu memang salah satu produk makanan yg rawan ya mbak. terutama pengentalnya. jangankan tahu, gula jawa saja, yg dulu bahan pengentalnya adalah kulit manggis, sekarang pakai pengental kimia. halah.. makin sulit cari makanan sehat bin halal

      Hapus
  3. Betul mba, kita juga sebagai konsumen harus pinter2 milih. di komplek ada tukang ayam berbumbu yg suka keliling komplek jualannya. pernah beli sekali, tapi kok warnanya kuning banget ya. saya akhirnya ga pernah beli ke sana lagi karena takut pake pewarna, mending pake bumbu blender sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau rasa kunirnya terasa sekali, berarti alami mbak. kalau tidak ada baunya.. memang harus hati2.

      Hapus
  4. Betul banget Mba, ibu sebagai garda depan dalam hal apa aja terutama makanan.
    Hehehe sy sama kayak mba Susi, Yakin aja, ngayem-ayemi diri sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. ngayem2i saja. Jujur... kadang ada rasa sesal hidup di jaman sekarang mbak. kecurangan di produk makanan sudah dijamakkan. ngiri sama mantan bosku yg punya peternakan sendiri di prancis sana. semua ambil dari peternakan dan hasil tanam sendiri. Makanya.. saya sangat berharap bisa tinggal di desa dan jadi petani mandiri.

      Hapus
  5. harus berhati-hati ya memilah makanan. TFS

    BalasHapus
  6. Ngeri juga ya mbak Susi melihat kenyataan bahwa bahan makanan yang beredar di pasaran sekarang kebanyakan ditambah zat tertentu, wajar saja bila penyakit makin merajalela. Untuk itu kita perlu waspada dan hati2 dalam berbelanja kebutuhan sehari2...TFS ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. semakin banyak bahan berbahaya yg kita konsumsi tanpa sengaja. penyakit jadi semakin kreatif menunjukkan wajahnya. Ngeri ya.

      Hapus
  7. Betul mbak...kadang kita juga jadi ragu-ragu untuk beli bahan makanan. Karena banyak berita yang menginformasikan bahan-bahan berbahaya yang ada dalam makanan itu. Akhirnya kita hanya bisa meyakinkan diri sendiri aja ya mbak..semoga makanan yang kita beli aman untuk dikonsumsi.

    BalasHapus
  8. Rodhamin B?, waduu, saya pernah diceritai teman anak analis, mbak. pas dia masih praktek2nya. salah satu zat kimia, buat analisanya. gak kebayang kalau itu dicampur ke makanan. ngeri. mudah-mudahan penjual curang menyadari betapa pentingnya dampak makanan buat konsumennya. tidak hanya ngejar keuntungan.

    BalasHapus
  9. memang mengerikan ya mba makanan2 skrg itu. Kita sebagai seorang ibu harus dituntut teliti dlm memilih bhn makanan

    BalasHapus
  10. pemberitahuan itu jadi peringatan buat kita ya mba.pandai2 menyeleksi bahan makan matang ataupun mentah. wis sehat mba?

    BalasHapus
  11. harus lebih hati-hati dan teliti ya mbak supaya gak salah makan

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)