Hari Istimewa Sebuah Celana Bagian 2

»------(¯` Posting sebelumnya di sini  ´¯)------»

       

“Dia aneh dan tidak berguna karena ditempatkan di bagian dalam tubuh manusia,” pikirku. Aku tak perduli padanya. 
       Tiba-tiba, bahagiaku dirusak oleh sesuatu yang panas dan berbau busuk, keluar merembes dari celana dalam. Aku ingin menggeliat dan menjauh. Aku tahu usahaku sia-sia. 
       “Jika aku terbebas dari manusia, aku akan memarahi celana dalam sialan itu,” batinku mencoba menenangkan. 
       Aku bisa berlega hati ketika benda menjijikkan bernama tahi itu dipisahkan dariku. Lebih tepatnya, celana dalam malang itu dilepas dan diguyur air sebanyak-banyaknya oleh Surti. Aku hampir bersimpati pada nasibnya. Tapi tentu saja tidak. Itu sudah nasibnya karena menjadi celana dalam. Apalagi gara-gara dia, aku dicampakkan. Sebuah celana putih menggantikan posisiku malam itu. Aku dikumpulkan menjadi satu dengan pakaian kotor lain semalaman dan mereka menertawakanku yang meratap seorang diri. 
       “Seperti inilah takdir kita,” kata sebuah kaos yang mengeluarkan bau apak yang luar biasa. Aku hampir muntah dibuatnya. 
     “Takdir kita adalah dipakai manusia. Kita akan menyatu dengan tubuh mereka dan menjadi pelindungnya. Setelah mandi, manusia akan melepaskan kita untuk pelindung tubuh yang lainnya,” timpal sebuah kemeja putih.
        Aku mendengus,“Bodoh.”
 
“Suatu  kehormatan jika dipakai manusia. Kita akan diajak ke tempat-tempat baru yang menyenangkan,” kata sebuah celana hitam. 
       “Aku pernah diajak melihat banyak pakaian indah berjejer rapi di sebuah toko. Mereka berteriak-teriak pilih aku... pilih aku...  beberapa bahkan sudah terlalu bulukan hingga tak ada manusia yang memegangnya. Aku merasa sangat beruntung,” sahut sebuah rok kerut berwarna merah muda sambil merenung.
       Ketika mereka bergantian bercerita, pikiranku sibuk ke baju safari pasanganku. Dia pengkhianat. Aku menyesal tadi menyukainya. Aku mengingat celana dalam dan kemarahanku kembali tersulut. Ia pasti sengaja mengenaiku agar aku juga dicampakkan sepertinya. Aku memarahinya habis-habisan. Ia membalasku dengan sengit. Kami terlibat pertengkaran hebat dan ia menang karena hampir semua baju kotor membelanya. 
       Aku semakin marah. Semuanya bersalah karena menimpakan kesulitan padaku. Aku mengingat pak Edi, penciptaku. Aku ingin bertanya padanya, mengapa aku diciptakan jika akhirnya dibuat sengsara. Tak ada baju yang mau berteman denganku. Aku dikucilkan. Dan lebih parahlagi, aku disebut sombong. 
       Lamunanku terhenti ketika aku mendengar pekik girang tuan muda. Ia berlari menyambut sebuah mobil yang  berhenti di depan rumah. Tuan muda berlari menyambut sepasang manusia berusia tua yang keluar dari mobil. Aku kembali asyik dengan memori yang datang silih berganti. Minatku berubah ketika indera penciumanku menangkap sebuah bau asing menenangkan dari empat saku depanku. Aku penasaran apa itu dan mulai mencuri dengar. Dari perbincangan mereka, aku tahu nama benda baru itu adalah coklat. Baunya harum, manis, dan membuatku hanya mengingat kenangan indah. Aku mulai memperhatikan sekelilingku. Rupanya ada sebuah pesta di sini. Ada banyak baju bagus yang dipakai manusia. Mereka semua nampak puas dipakai manusia. 
     Aku tidak tahu mana yang lebih berperan, baju-baju bagus di sekelilingku, manusia yang bergembira, atau bau coklat harum di celanaku. Hari ini, aku ikut larut dalam bahagia tuan muda sambil berharap, ia tidak buang hajat di celana lagi. Yah... aku masih mencemaskan hal itu meskipun bahagia hatiku menikmati hari yang tidak biasa seperti sekarang ini. Ini adalah hari istimewa. Hari ini, tuan muda merayakan ulang tahunnya yang kelima.

Bumi Kartini, 4 April 2015 


»------(¯' Tamat '¯)------»


Salah satu sesi belajar Menulis
Hari minggu kemarin saya menulis cerpen berjudul Hari Istimewa Sebuah Celana bagian 1. Ini adalah bahan latihan menulis cerpen saya. Bisa dikatakan, ini adalah cerpen pertama saya sejak 2010. saya. Mentor saya, Adi Zamzam meminta perserta latihan menulis cerpen mingguan untuk menulis sebuah cerpen dengan tokoh utama sebuah celana. 

14 Komentar

  1. Ide yang unik ya Mbak ..... kreatif mentornya :D

    BalasHapus
  2. Dari sebuah celana, bisa muncul ide untuk buat cerita ya mbak..unik! Gak terbayangkan sebelumnya, ada percakapan antara baju dan celana. Kreatif mbak.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Nurul. Saya hanya mengerjakan tugas saja.

      Hapus
  3. Personifikasi benda memang cukup menarik untuk dijadikan cerita. Jika diolah dengan baik maka akan mengalahkan personifikasi binatang misalnya dongeng Kancil.
    Jangan nulis kisah celana yang syuuur ya ha ha ha ha
    Apik, lanjutken.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha..
      Saya jadi ingat, sebenarnya tugas ini cukup gagal 2 dari 3 mentor mengatakan metaforanya belum pas. (Saya telat 1 jam dan tak tahu temanya metafora). Jadi harus bikin ulang dgn tema sama. Hihi

      Hapus
  4. wah asyiknya mbak punya mentor, kirain ini td mau ngebahas celana dlm-trnyata malah ada d cerpen, unik dan rada aneh sih menurut saya kata maaf *tahi harusnya dsensor -.-"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah iya.
      Yg sensor itu, iya kali ya. Bbrp minggu ini dicekoki kata2 yg tak lazim kasarnya, jd gak kepikiran nyensor. Tp mmg kalo di blog hrs lebih sopan. Makasih ya.

      Hapus
  5. keren euy ... angle nya beda banget

    BalasHapus
  6. tulisannya membuat orang harus membaca sampai habis karena penasaran

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)