WEGI Goes to Semen Padang Day #2

Hai sobat WEGI....

Hari kedua di Padang, nih. Saya di sini sebagai peserta WEGI yang mengadakan acara di PT Semen Padang. Ingat posting saya kemarin tentang WEGI Goes to Semen Padang Day #1? Nah... hari ini Hari kedua sekaligus puncaknya. Sebelum take off ke Jakarta untuk Car Free Day di Bundaran HI besok, saya posting yang hari ini. Jadi per hari ada cicilan 1 posting. (Rencananya begitu, tetapi HP ngadat dan sulit posting gambar, jadi saya tunda sampai hari ini meski tulisan saya tulis tanggal 19 Maret kemarin. Memori HP full hingga upaya saya memberi gambar/memposting gagal). Dah.. tak baik berkesah di sini. Happy reading ya...


Acara hari ini dibuka dengan sarapan bersama di Wisma Indarung. Dari sana kami menuju ke Batik Tanah Liek Ayesa. Batik liek (berasal dari kata tanah liat) istimewa sekali karena melestarikan budaya kuno di Minang. Istimewanya lagi, bahan pengawet warna menggunakan tanah liat. Asli tanah liat. Pewarnanya pun dari kulit buah. Kulit jengkol dan rambutan untuk warna merah, gambir untuk warna kuning, dan manggis untuk warna ungu. Serius! Saya lihat sendiri di lokasi. Keren, kan? Karena dicelup tanah liat, warna batik di sini warnanya kecoklatan. Harganya lumayan.... Batik tulis asli 1 jutaan. Itu untuk bahan kain katun dan dobi ya, kalau kain sutra 2 jutaan. Tenang... ada batik cetak kok. Harganya standar harga batik cetak berkualitas. Tahu gak sih kalau batik liek itu berasal dari budaya Raja Adityawarman? Wuih.... lama sekali ya. Kita beruntung, zaman dulu hanya Datuak (Kepala adat), Bundo Kanduang (pemimpin perempuan Minang) dan Raja-raja kecil (di Sungai Pagu, Solok, Jambu Lipo, Pulau Punjung, Sawah Lunto, dan Sijunjung) saja yang boleh pakai. Bentuknya berupa selendang atau peci (Saluak). Saya sudah menulisnya di instagram saya @susierna. Tapi saya akan menulis khusus di posting lain yang lebih lengkap. Sabar saja... hahaha.... semoga sih tak terlalu lama. Mabok hutang tulisan yang bukan Job review tetapi kecintaan pada kota Jepara.


Perjalanan kedua hari ini adalah ke area blasting PT Semen Padang. Baru kali ini saya melihat langsung proses pengeboman batu kapur. Penasaran sungguh. Sebelum menuju area blasting, kami diharuskan memakai baju safety berupa rompi berwarna Orange dan helm merah. Kalau boleh jujur, nih, saya sulit merasa safety dengan kostum yang diberikan. Tapi ya karena kita hanya berjarak 500 meter dari pengeboman ya tidak masalah jika tidak standar-standar banget. Hehe...  kalau pegawai aslinya ya very good standarnya. Beda lah.. jadi jangan ada yang tanya kok safety-nya begitu saja... sudah saya jawab duluan ya ...

4, 3, 2, 1, dor! Saya dan teman-teman mendapat semacam shock. Kok cuma begitu? Kok tidak seperti adegannya James Bond yang duer-nya cetar membahana? Mas Romi menjelaskan, pengeboman bukit Karang oleh PT Semen Padang ya begitu itu. Tidak menimbulkan polusi suara maupun getaran tanah. Kan bomnya dipasang di dalam... Kami pun manggut-manggut. OK... I see... 


Dari area Blasting kami kembali ke Wisma Indarung untuk makan siang. Secara bergantian peserta melakukan Ishoma. Jam 3:30 sore kami diajak ke pabrik Indarung 1 yang telah jadi museum. Kami diizinkan mengeksplor area sekitar pabrik yang telah tutup pada tahun 1999 ini. Beberapa peserta memakai kostum noni Belanda dan melakukan foto ala prewedding bagi yang berkenan. Saya foto-foto area sekitar sambil mengagumi arsitektur pabrik yang dibangun 106 tahun lalu. Luar biasa. Dah.. itu saja sih komentar saya. Sulit berkata-kata.


Dari Pabrik Indarung 1, kami diajak ke area Reklamasi PT Semen Padang. Saya terlalu lelah tuk eksplor sekitar dan memutuskan beristirahat. Bukan tanpa sebab juga, tetapi pagi sebelumnya saya sudah eksplor sekitar area reklamasi dan mengambil banyak sekali foto dan video. Ini salah satu foto yang saya ambil di pagi hari.


Ketika saya dan teman-teman yang menginap di Mes PT Semen Padang yang letaknya di sekitar area reklamasi beristirahat, Mbak Mae dari WEGI mendatangi kami dan meminta kami membantunya membuat Vlog.



Oh ya, di hari kedua ini, saya punya kekecewaan kecil, nih Sobat. Dari awal kan dijanjikan mau lihat WHRPG pabrik Indarung V, ternyata tidak jadi. Alasannya sih, WHRPG hanya aktif di hari Sabtu dan Minggu dan tak bisa diganggu, serta akses ke sana tertutup kendaraan. Hmm... kalau pikir saya sih... minimal di ajak ke pabrik yang lain. Sekedar masuk ke area pabrik dan melihat dari dalam bis sudah cukup seperti Wegi di Jawa. Kami jauh-jauh jadi tamu PTSP ke Padang, tapi tak bisa melihat beranda rumahnya. Kami hanya boleh mengintip terasnya saja. Jadi agak-agak kecewa sih ya. Mungkin bisa jadi catatan khusus untuk Komunitas Wegi baik panitia Jawa maupun panitia Padang. Jadi ada kesan pihak PT Semen Padang tidak welcome pada tamunya. Ini bukan imbas karena ternyata penginapan di Hotel Indarung diganti dengan penginapan di mess ya. Memang agak kecewa, tapi its OK. Saya senang-senang saja karena tak enak juga jika mengekslusifkan diri tinggal di Wisma Indarung yang legendaris, hanya karena memenangkan paket wisata senilai 5 juta, sementara peserta lain dan panitia cukup tinggal di mess. Tidak... saya tidak sepicik itu. Tapi perasaan disambut setengah hati itu saya tangkap dari perubahan rencana yang beberapa kali terjadi dan berulang, dan saya tidak punya gambaran sedikitpun suasana pabrik kecuali yang saya lihat samar-samar di area reklamasi. 

Gitu deh pengalaman saya di WEGI Goes to Semen Padang Day #2. Seru kan... nantikan cerita saya selanjutnya ya... tapi bukan besok sih... besok  saya punya hutang tulisan Blog Review teman bernama Mutia Erlisa Karamoy. Hmm... tak sabar kan apa yang saya ulik dari blognya? FYI, Sobat WEGI, saya senang mereview blog teman. Silakan cek di kategori Review Blog. Mungkin ada yang bisa dipelajari di situ. Sampai jumpa di Wegi 6.... pantau beritanya di blog WEGI dan chanel youtube-nya ya. 

34 Komentar

  1. Sepuh bgt ya, 106 th coba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ji. Luar biasa ya... bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka sudah ada Semen Padang

      Hapus
  2. setelah tak terpakai, pabriknya lumayan seram ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. kalau di lingkungan tak terpakai, berkarat dan berlumut memang terkesan serem.

      Hapus
  3. Lama juga usia bangunannya, udah melebihi ekspektasi. Kalau di luar negeri, udah diratakan tuh bangunan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weits.... jangan... ini mau dilestarikan, nih.... masih nunggu support & pendanaan.

      Hapus
  4. Wah..videonya agak mengganggu yg aksi mikir nya haha..kagok deh.

    BalasHapus
  5. Wah..videonya agak mengganggu yg aksi mikir nya haha..kagok deh.

    BalasHapus
  6. Mudah-mudahan ada trip berikutnya mbak... banyak destinasi yang bisa dilihat dan di eksplorasi di Sumbar....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, setuju banget Mbak Ira. 2 hari itu sangat kurang

      Hapus
  7. Saya kenapa malah fokur pada sandal jepitnya ya .... ha ha ha

    eh, mbak Susi, kalo pakai bom-boman gitu, pengaruh ke lingkungan gimana mbak? Cerita lagi dong mbak ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengaruh lingkungan tidak banyak. Data saya simpan di twitter, akan saya jadikan posting tersendiri, insyaAllah. Sedang fokus menulis tentang Sareng Pajak dan launching UMKM di Jepara dulu

      Hapus
    2. Lah kok sandal jepit.. kan belum saya tuliiiisss.... ngintip Vlognya ya? hahaha

      Hapus
  8. senang sekali ke Padang mbak, aku nyaris aja ke Padang tapi di ganti destinasi hadiahnya hehehe. bawa oleh2 semen gak mbak? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawa karung sak semen mbak, untuk Car Free Day di Bundaran HI

      Hapus
  9. Interest sama motif batiknya saya mba... T_T ^Batik Tanah Liek Ayesa^

    BalasHapus
  10. Motif batiknya keren banget Mbak. Itu foto2 bangunannya cocok buat foto ala-ala prewedding :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Lina. Ada sesi foto ala-ala prewed yang seru

      Hapus
  11. Acaranya seru banget yaaa. Nggak cuma sekedar jalan-jalan aja ya Mak, tapi pasti nambah banyak pengetahuan baru juga yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Seru banget. 3 hari yang luar biasa

      Hapus
  12. Nulis acara kayak begini memang ga cukup 1 postingan ya

    BalasHapus
  13. Weitzzz,,, aku baca ini jadi teringat masa lalu mbak tahun 2011,,, aku pernah ke PT Semen Padangnya, ew tapi nggak di kasih lihat area blastingnya,,, mendebarkan ya mbak pas di area pengeboman batu kapurnya,,, Tapi walaupun kurang nyaman, setidaknya cocok loh mbak, sampean pakai safety costumnya,,, :-) salam semen padang, dan salam kenal mbak :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan kurang nyaman, mbak. Kurang safety kalo ada pentalan batu mengarah ke lokasi.
      Memang kita tidak bisa dapat semua yg kita mau. Tergantung pada tuan rumahnya juga.

      Hapus
  14. Perjalanan yang luar biasa..
    saya pernah ke padang, tapi belum sampai lokasi ini
    salam sehat dan sukses amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pengen ke Padang lagi Mas Agung Han. Luar biasa elok alam dan budayanya. 2 hari masih kurang

      Hapus
  15. Sayang juga ya Mbak jauh-jauh datang tapi tak bisa masuk pabriknya. Tapi setidakbya di luar sudah melihat komitmen Semen Padang ubtuk penghijauan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Tetap asyik lah... seneng banget malah. Itu kan curahan hati eh catatan tuk panitia yang akan datang.

      Hapus
  16. Perjalanan yang melelahkan tapi mengasyikkan, ya, khaan? Bunda pernah ke Padang tapi gak ke Semen Padang. Dan bukan sebagai blogger (coz blom jd blogger, hehe...)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen balik ke sana lagi, Bunda. Alam Padang dan Sumatra Barat indah sekali.

      Hapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)