Bahagia Menjadi Ibu Rumah Tangga

Menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan saya yang masih saja selalu dikritisi keluarga besar. Bagi mereka, saya sudah menyia-nyiakan kesempatan. Susah payah sekolah, akhirnya hanya berkutat dengan panci dan cucian. Fakta bahwa saya penjual online dan penulis blog yang memiliki penghasilan pribadi diabaikan karena kostum keseharian adalah daster atau baju biasa. ketika seragam pegawai sebuah swalayan dianggap lebih baik karena menunjukkan status kerja, di situlah saya terpaksa tertawa terbahak. Saya baru rapi jika keluar rumah, dan daster kumal menjadi pakaian favorit karena lebih adem dan nyaman di badan. Mungkin karena itu pula, saya masih saja dikritik dengan tema serupa: menjadi ibu rumah tangga.

Teman saya yang mesra ini siapa namanya? #tebak

Saya memiliki teman yang memiliki "garis nasib" yang sama, menjadi Ibu Rumah Tangga di usia produktif atas permintaan suami. Kami istri-istri yang pernah mengalami "perang batin" antara bekerja atau di rumah saja dan akhirnya memilih yang terbaik bagi keluarga. Kami sama-sama enjoy menikmati menjadi ratu di rumah dengan segala tugas utamanya. Teman-teman tahu siapa dia? Nanti saya beritahu namanya. Baca curhat ini sampai akhirnya.... Hihihihi...

Hidup itu pilihan. Pilihan itu mencerminkan apa yang menurut kita sangat penting. Mungkin bagi sebagian orang, wanita harus bekerja agar bisa menambah tabungan bersama. Menjadi ibu bekerja menjadi pilhan terbaik. Wawasan berkembang, terbiasa tampil cantik dan rapi. Apalagi sebagian besar masyarakat lebih memuja wanita seperti ini.

Bolehlah jadi IRT, tapi kami IRT yang keren, lho
Namun jangan lupakan sebagian orang yang sepaham dengan saya. Kami berasal dari berbagai macam profesi yang sebenarnya cukup teras. Ada dosen, dokter, pengajar sekolah, pegawai penting, PNS, wartawan, dan lain-lain yang terpesona pada indahnya profesi ibu rumah tangga. Dengan pendidikan dan pola berpikir kami menjadi IRT yang memiliki banyak kesempatan tak terbatas. 

Saya baru S1 pendidikan, lengkap dengan ijazah akta mengajar. Saya belum pernah ngantor. Lulus kuliah saya langsung diajak saudara ipar patungan membuat perusahaan ekspor mebel. Bahkan ketika saya memutuskan tidak mengantor pun saya masih menerima gaji dari pekerjaan lepas yang saya lakukan. Tetapi desakan keluarga agar saya mengamalkan ilmu cukup kencang. Saya pun menyiasatinya dengan beberapa kegiatan mengajar yang tidak resmi. Sekadar membagi pengetahuan saya yang tak seberapa dibandingkan lautan ilmu. Siapa tahu bermanfaat, dan lagi-lagi menjadi sodaqoh yang tak putus. 

Memiliki pengalaman semacam ini membuat saya paham sekali perasaan Mbak Amma atau Rahmah Chemist. Memang saya tak pernah mendengar membaca keluhannya. Mbak Amma tampak enjoy dengan profesinya sebagai Ibu Rumah Tangga. Padahal, secara usia, ia lebih muda. Ketinggian ilmu, saya kalah jauh. Pendidikannya S2 jurusan Kimia. Profesi terakhirnya pun menjadi dosen di sebuah universitas di Palangkaraya. Dan luar biasanya, Mbak Amma bisa meninggalkan semua dan sekarang tinggal di Surabaya sebagai IRT dan pengasuh utama Salfa, putri kecilnya. Ini luar biasa.

Si cantik Salfa
Menjadi ibu rumah tangga. Memasuki dunia misteri. Tak semua orang memahami nikmatnya profesi luar biasa ini. Padahal, jika sudah berada di dalamnya dengan rasa syukur, pasti ketagihan. Kami tak punya jam kerja. Kami adalah bos sekaligus karyawan. Semua tergantung target yang kami tetapkan. Contohnya Mbak Amma (dan saya sendiri). Kami berkembang secara menakjubkan meski lebih sering berkutat di rumah. Bekal pendidikan kami sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Lupakan institusi resmi. Masih banyak cara lain untuk bekerja dan berbagi. Melalui blog Mbak Amma dan saya mendulang rupiah. Dan sungguh kebetulan, meski berstatus IRT, Mbak Amma pernah jadi pemateri di Universitas Airlangga Surabaya dan saya di Universitas Negeri Semarang. Mbak Amma selangkah lebih maju karena menjadi pemateri Roadblog City di Bojonegoro sementara saya masih menunggu undangan serupa. Hmm... kapan, ya? Kapan-kapan deh ya. Siapa tah saya yang memaksa sejajar dengan Mbak Amma. Hihihi... Duh, jadi ingat kalau kami belum pernah bertemu. Semoga tahun ini kita bertemu, Mbak. Aamiin.

Header Al Chemisy of Rahmah
Duh, tanpa sadar saya membuat banyak persamaan dengan Mbak Amma. Padahal semangat menulis kami jauh berbeda. Mbak Amma luar biasa karena fokus menulis di Al Chemist of Rahmah dan Istana Cinta. Saya masih hangat-hangat t** ayam. Hiks... apalagi jika kebetulan saya sedang sibuk seperti menjelang dan pasca lebaran ini. Saya berhenti menulis selama dua minggu. Huhuhu.... parahnya saya. Harus belajar mengatur napas menulis kembali, nih.

Oh ya, saya sudah main-main beberapa kali ke blog Al Chemist of Rahmah. Saya senang dengan tulisannya tentang blogging dan suara hati. saya belajar cukup banyak dari sana. Rasanya lebih mudah mengenali sosok Mbak Amma dari tulisan kategori ini. Tentu saja, kategori lain tak kalah bagusnya.  Kalau teman-teman penasaran, monggo di-stalking saja. Blog-nya ringan, bernuansa putih dan magenta yang manis.

Nah... jika teman-teman ingin tips seputar pengasuhan anak, blog Istana Cinta memberikan banyak informasi. Tips parentingnya bagus-bagus. Tetapi saya jarang membacanya. Saya takut tercabik-cabik karena mengangankan Dede Salfa di samping. Meski berkali-kali bilang cukup punya dua anak (laki-laki semua) tetapi terkadang saya sulit menahan keinginan meminang anak perempuan. Hihihi.... Ini beberapa tips yang penting buatmu:

   • Salfa Usia 18 Bulan Suka Membaca. Rahasianya apa?
   • Tips mendidik Anak berpuasa di Bulan Ramadhan
   • Memperkenalkan Salfa dengan Ibadah.
   • Bingung Mencari Nama Untuk dedek Bayi
   • Mau Mendengar Suara Ayah Sebelum Tidur

Duh.. saya sudah langsung baper dari membaca judulnya. Maklum, saya barusan mendapat keponakan perempuan yang menawan hati. Mbakyu Ipar saya mengatakan andai rumah kami dekat, dia akan memberikan bayinya tiap pagi sampai sore jika rumah kami dekat karena dia harus bekerja. Makin syedihlah saya... hiks...

Ah, harusnya saya bercerita yang indah-indah mengingat judul posting ini adalah Bahagia Menjadi Ibu Rumah tangga. Tambahan informasi sedih membuat judul menjadi paradoks. Hehehe. Tapi...  pssstt.... maaf, sesekali boleh posting yang agak sentimentil, kan? ;)

57 Komentar

  1. saya juga ibu rumah tangga :) asyiik ada temannya

    BalasHapus
  2. Saya sungguh ingin jadi ibu rumah tangga saja. Tapi takdir (atau apa ya namanya?) saya jadi ibu rumah tangga yg bekerja di luar rumah. Mungkin satu saat saya akan jadi full IRT, jika tugas2 saya sudah tunai. #curhat

    BalasHapus
  3. Saya kita ini isinya curhatan empunya blog, hehe. Idenya boleh juga.. :)

    BalasHapus
  4. Saya kita ini isinya curhatan empunya blog, hehe. Idenya boleh juga.. :)

    BalasHapus
  5. Saya juga memutuskan jadi ibu rumah tangga, dan sering dapat protes sekaligus nyinyiran dari beberapa saudara (jauh). Nggak jarang sering dipandang remeh juga...hehehe...

    BalasHapus
  6. memang itu pilihan ya, aku bekerja saat anak-anak masih kecil, setelah anak-anak dewasa dan sudah ada yg bekerja kok malah pingin berhenti. Dan ingin berbagi banyak hal dg banyak orang

    BalasHapus
  7. Jadi aku, suami nyuruh kerja kantoran lg malah ogah. Keenakan di rumah hehe.
    Mbak Amma emang topp...
    Idem mbak susi, aku suka baper kalo liat anak perempuan yg lucu. Bawaannya pengen nyulik

    BalasHapus
  8. Menjadi ibu rumah tangga emang keputusan yang lumayan berat ya, mba. Jiwa tiap orang kan beda-beda. Aku juga IRT, tapi krn memang dari begitu menikah aku yang minta sama suami. Alhamdulillah suami sih selalu menjawab terserah aku maunya gimana, krn kalau pun kerja gaji aku ya untuk aku. Tapi kadang orang tua dan lingkungan sekitar yang justru meributkan, ga sayang apa "cuma diem di rumah aja." :D eh kok malah balik curcol ya, mba.....

    BalasHapus
  9. Ikut aminin, siapa tau bs kaya mba Ama

    Bayi kemarib nggak jadi dibungkus?

    BalasHapus
  10. semoga suatu saat yang indah, peran ibu rumah tangga yang sekarang saya jalani ini bisa ditambah dengan ramainya buah hati yaa *kok curcoool* hehehe.

    Enak mba jadi IRT, waktunya fleksible nggak setresss dengan kerjaan kantor yang dulu nggak ada habisnya *curcol lagiii* :D

    BalasHapus
  11. Ibu Rumah Tangga itu emang oke pake banget, saya juga sukaaa jadi IRT.

    BalasHapus
  12. keren yaaa..tp apapun yang dipilih tanggungjawabnya adalah harus bahagia dan membahagiakan :)

    BalasHapus
  13. Pengen jadi IRT tapi tetap produktif :) yang penting bahagia lahir batin ^^

    BalasHapus
  14. jadi IRT sebetulnya juga cita-citaku mbak, apa daya cuma aku yg sanggup bekerja utk sementara waktu ini. Hihi siapa tahu suatu hari terkabul ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan baper Mba.. Hehe.. Setiap orang punya prioritas masing-masing kan?
      Puk puk Mba Ran.. :)

      Hapus
  15. jadi Ibu Rumah Tangga itu heubat bgt mbak...

    salut deh

    BalasHapus
  16. Salut sama mbak Rahma, pendidikan jadi pedoman untuk mendidik buah hatinya dan menjadi ibu rumah tangga yang sangat mulia bagi keluarganya :)

    BalasHapus
  17. Menjadi ibu rumah tangga atau apapun jika keputusan diambil dalam keadaan pilihan bersama, insyaAllah itu yang terbaik ya mba :)

    BalasHapus
  18. waa ternyata profesi sebagai ibu rumah tangga adalah profesi mulia :)

    BalasHapus
  19. Mmmmm sebenarnya mau komen tapi bingung
    Takutnya menjudge gitu
    Kan aku nggak tau ya perasaan ibu2 itu seperti apa
    Cuma
    Kalau yang kami pelajari di kelas
    Sosok seorang ibu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian anak
    Apalagi ketika seorang ibu maupun bapak tidak mengetahui secada detail apa yang dilakukan anak
    Maka bisa jadi akan muncul prasangka2 yang salah terhadap perkembangan kepribadian anak pada masa tersebut
    Gampangannya aja
    Misalnya anak 'nakal'
    Tapi orang tuanya terlalu sibuk bekerja sehingga tidak tau kondisi kepribadian anak sebenarnya
    Bisa jadi 'kenakalan' yang disembunyikannya tersebut akan memberikan penyesalan terhadap orang tuanya kelak

    BalasHapus
  20. Wah ada Mbak Rachma di sini, teryata pendatang to di Surabaya, moga bisa kopdaran yaaaa

    BalasHapus
  21. menjadi profesi sbg ibu rumah tangga itu sebenarnya lebih mulia, karena peran seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak2nya demi kesuksesannya nanti :)

    BalasHapus
  22. Huaaa kangen dek salfa. Mungkin 5 tahun lagi aku bisa ngerasain jadi istri dan ibu yang baik 😄 aamiin

    BalasHapus
  23. Wah, secara ngga langsung sekaligus dapat ilmu parenting ini yaaa *ups

    Tetap semangat untuk para Ibu dan para calon ibu! (*˘︶˘äºº)

    BalasHapus
  24. Wah, secara ngga langsung sekaligus dapat ilmu parenting ini yaaa *ups

    Tetap semangat untuk para Ibu dan para calon ibu! (*˘︶˘äºº)

    BalasHapus
  25. Jadi pengen cepet² nikah wkwk

    BalasHapus
  26. Sahabat saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga tidak lama setelah dia menikah. Awalnya saya sempat heran, karena saya tahu kemampuan dia dan potensinya dalam bekerja kantoran.

    Namun lambat laun setelah melihat dia dan pertumbuhan putranya yang hebat, saya menjadi paham apa tujuan dia sebenarnya.

    Salut untuk para wanita yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga.

    BalasHapus
  27. Jadi ibu rumah tangga itu pekerjaan mulia. Waktunya 24 jam. Tuhasnya membentuk karakter anak menjadi penerus yg sesuai dengan ajaran agama agar kelak berguna bagi nusa dan bangsa. Beraaaaaat tugasnya

    BalasHapus
  28. Hidup adalah memilih. Dan setiap pilihan ada konsekwensinya. Bergembira dengan setiap pilihan hidup adalah kunci kebahagiaan

    BalasHapus
  29. aku masih calon ibu rumah tangga kalau entar udah punya 2 anak. tapi nikah aja belum, eh insyallah tahun depan. aamiin.
    hehehehee.

    BalasHapus
  30. Ya Allah, aku sebagai Perempuan yang masih lajang banyak belajar ya dari ibu ibu ini yg memilih utk menjadi Ibu rumah tangga seutuhnya.

    Semoga, kelak, ketika telah berumah tangga, aku bisa menjadi Istri dan Ibu seutuhnya 😊

    BalasHapus
  31. Ya Allah, aku sebagai Perempuan Yang masih lajang banyak belajar dari ibu-ibu ini yg memilih menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya.

    Semoga kelak, ketika aku telah berumah tangga, bisa menjadi Istri dan ibu seutuhnya 😊

    BalasHapus
  32. Ya Allah, aku sebagai Perempuan Yang masih lajang banyak belajar dari ibu-ibu ini yg memilih menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya.

    Semoga kelak, ketika aku telah berumah tangga, bisa menjadi Istri dan ibu seutuhnya 😊

    BalasHapus
  33. Menjadi ibu rumah tangga memang pilihan berat. Akan tetapi, apabila dijalani dengan senang hati pasti akan menjadi terbiasa

    BalasHapus
  34. Semua iu emang pilihan ya. Maka dari itu aku pengin jadi IRT ketika aku sudah merasa benar-benar siap, kalo sekarang mah, masih suka having fun sana sini nurutin ego. :')

    BalasHapus
  35. Ehm aku belum menikah. Dan belum terbayang seperti apa kelak. Lha sekarang masih suka kesana kemari. Tapi pengen juga menjadi ibu dan istri yang baik. Hehehe.
    Memang pendidikan itu penting yah..

    BalasHapus
  36. waduh menjadi calon ibu punya cerita dan pilihannya sendiri-sendiri, kalo saya sendiri mensupport aja kemauman calon istri, yang pasti saling mendukung :)

    BalasHapus
  37. Ya Allah, sebenernya jadi ibu rumah tangga itu mulia bgt. Tiap kali aku liat mama, dia selalu jadi panutan aku dan sodara" lainnya. Dulu dia melepas jabatan di kantor untuk anak"y. Jd slh banget buat org yg ngerasa IRT itu biasa-biasa aja. Justru krn IRT lah banyak anak yg tumbuh dengan pendidikan yg tinggi dan juga punya akhlak yang baik jg. :) (pendapat saya) hehe

    BalasHapus
  38. Dulu sempet jadi stay at home mom, sempet pula jadi work at home mom ama college mom. Sekarang dikasih kesempatan jadi working mom. Insya Allah semua peran yang terbaik yang Allah kasih buat tiap ibu :) . Tugas kita mah kan cuma jalani dan syukuri ajah

    BalasHapus
  39. Taraaaam, kita senasib mba Sus, jadi IRT, ngulik dunia onlen tapi masih aja dianggep ga ngapa-ngapain... sutralah ya, yang penting kitamah enjoy aja, tau tau semua barang yang dibutuhin ada, ga ngandelin suami.. hahaaha

    BalasHapus
  40. Taraaaam, kita senasib mba Sus, jadi IRT, ngulik dunia onlen tapi masih aja dianggep ga ngapa-ngapain... sutralah ya, yang penting kitamah enjoy aja, tau tau semua barang yang dibutuhin ada, ga ngandelin suami.. hahaaha

    BalasHapus
  41. Menjadi ibu rumah tangga itu seru banget ya, mba.
    Kita lebih mandiri dan benar tuh baju kumal kalau di rumah emang favorit

    BalasHapus
  42. Menjadi IRT adalah sebuah pekerjaan yang milligram tidak Alan pernah ada habisnya.
    Saya juga berharap, kelak jika sudah menikah ingin menjadi ibu rumah tangga, tapi keputusan seperti itu kayaknya sulit, apalagi zaman sekarang.

    BalasHapus
  43. Menjadi ibu rumah tangga adalah keputusan saya yang masih saja selalu dikritisi keluarga besar.

    Lah, kenapa dikritik ?? Karena alasan "Sayang udah sekolah tinggi??" kan ilmunya bisa digunakan untuk mendidik anak.

    Saya ingin sekali memberhentikan istri saya dari bekerja di luar rumah. Belum sekarang mungkin, doakan saja.

    Saya sudah beberapa berkunjung ke blog Mbak Rahmah, saya suka dengan cara dia bercerita.

    Tapi, belum sejauh itu saya mengetahui tentang basic pendidikan, tentang bagaimana dia mendidik anak.

    Duh Mbak Susi, Mbak Rahmah, kalian Ibu rumah tangga yang keren.

    BalasHapus
  44. Bismillah ya Rabbi, aku baca ini jd semangat. Memilih menjadi ibu Rumah tangga adalah suatu pilihan yg sulit di tengah maraknya wanita karier dan juga ijazah yg sudah di tangan.
    Tapi, wanita adalah Al madrasatul aulad, wakil ayah menjadi madrasah pertama yg mengajarkan anak-anak.

    Semoga Mba Susi, Mba Rahmah, ibu saya, dan ibu-ibu lainnya selalu dalam lindungan Allah dan diberi kekuatan serta limpahan pahala yang berlipat :')

    BalasHapus
  45. Keputusan yang sulit awal nya Mam? Sekali ambil keputusan, ya apapun itu harus di terima resiko nya. Semoga tetap istiqomah dalam mengurus rumah tangga dan menjaga perkembangan anak. Meskipun aku tumbuh tak sepenuhnya dengan orang tua hehe. Semangat Mami Susiiii

    BalasHapus
  46. menjadi ibu rumah tangga? mungkin untuk saya, bukan menjadi tapi mencari. Mencari ibu rumah tangga...
    Tapi ya betul juga, menjadi ibu rumah tangga kadang harus mengorbankan banyak hal, salah satunya yg dialami mbak rahmah tadi, mengorbankan pekerjaannya sbg seorang dosen, dan lulusan S2 kimia

    BalasHapus
  47. Hmmm.. jadi gitu toh ibuk-ibuk IRT itu. Ya, kayak yang dibilang sama mas Fandy nih. Bisa aja mengorbankan pekerjaan atau karirnya dia. Tapi ndak papa sih, tetep mulia :D

    BalasHapus
  48. Baca tulisan ini bikin aku ketawa sendiri. Karena dari dlu ingin banget jadi ibu rumah tangga sambil wiraswasta dari rumah. Kok nemu yg sealiran gini jadi senang, serasa punya teman dan tempat belajar

    BalasHapus
  49. Jadi pengen cepat punya anak. hehehe...
    Saya malah pengennya istri saya begini, jadi Ibu Rumah Tangga. Tapi karena ia masih ngotot untuk kerja, maka saya usahakan pelan-pelan untuk memberikan pengertian. Siapa tahu saja suatu saat di mau jadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya, seperti Ibu saya yang sesekali sambil jualan pakaian.

    BalasHapus
  50. Menjadi IRT dengan memiliki embel-embel dibelakang nama alias lulusan s1 memang kadang suka dapet cibiran untuk apa kuliah tinggi kalo ujungnya di dapur, ya Mbk, tapi bukankah seorang ibu dan istri itu harus cerdas? Semua itu pilihan sulit ya mau kerja atau menjadi IRT. Kalo bisa jalan dua-duanya hebat :D

    BalasHapus
  51. Menjadi seorang ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang Amat mulia,
    Sungguh Indah jika seorang menyayangi sang anak & anak juga mencintai ayah &I ibu tercinta yg merawatnya

    Menjadi ibu tidak lah mudah, bukan pekerjaan sembarangan, tak semua wanita bisa menjadi ibu yang baik, ini amanat yang sangat mulia.

    Aaa, kapan yaa bisa siap jd ibu kayak mba Susi?
    Tapi masih bisa aktif di kegiatan lain, tapi tetap keluarga nomor satu.

    BalasHapus
  52. Peran wanita memang banyak yo, mbak. Kesana-sini kiprah wanita byk dibutuhkan. Dan ikhlas meninggalkan apa yg disukai, diperjuangkan selama ini, menurutku nggak mudah lho, mbak. Salut ah, sama jenengan berdua

    BalasHapus
  53. Dan saya menangis membaca tulisan indah ini. Selama ini saya menganggap saya sendirian. Ya, sendirian dengan perang batin ketika pilihan IRT selalu dipandang sebelah mata oleh keluarga saya, khususnya Mama.

    Tetapi hidup harus berjalan, bukan?
    Thanks Mba Susi *minta bahu dunk, mau nyandar nih sambil memuaskan air mata terus mengalir

    BalasHapus
  54. Tinggi ilmu tapi rendah hati.. Te o pe be ge te.. :)

    BalasHapus
  55. Jadi IRT memang sering dipandang sebelah mata, padahal IRT itu pekerjaan yang mulia. Saya yang masih ngantor saja pengen banget jadi IRT...

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)