Cerita Renungan Malam: Wanita Berwajah Rata

Dari judulnya sudah seram banget, ya. Tapi kalah seram karena tidak ditulis di malam Jumat Kliwon. Hahahaha… 

Jangan salahkan saya, salahkan para Blogger KAH yang memaksa saya jadi blogger tamu di posting mereka yang bertema “Cerita Renungan Malam”. Mereka memaksa saya mengembalikan blog ini ke aura mistis. Siapa saja mereka? 

1. Mbak Rany R. Tyas dengan artikel Hantu Genit di Belakang Kos
2. Mbak Arinta Ardiningtyas dengan judul : Saat Dia Tertawa di Sampingku
3. Widut eh Widi Utami 

Dan sebagai tamu, saya tak mau kalah. Saya telah menyiapkan cerita horor tentang wanita berwajah rata. Hayo… siap-siap merinding. Pastikan ketika membaca bahumu menempel ke tembok ya. Jadi gak kaget kalo tiba-tiba ada suara di belakangmu. Tembok kan tak mungkin bicara. Jadi ingat lagunya Celine Dion yang berjudul If Walls Could Talk. Ah, abaikan… ini bukan kisah romantis. Ini murni kisah mistis. Saya sedang mengerjai kamu, dan ini kisah tentang pertemuan saya dengan seorang wanita berwajah rata.



Ketika kuliah, adakalanya saya merasa ditemani oleh sesuatu yang tak bisa saya jelaskan. Berkali-kali saya terbangun karena merasa ada seseorang di dekat kepala. Dipan kos saya kecil, hanya ukuran 90 x 180 cm, jadi tidurnya agak ngepas di badan. Jadi paham kan kalau suara sekecil apapun di samping dipan akan terdengar cukup jelas? Beberapa kali saya terbangun karena merasa ditemani seseorang di kamar yang lokasinya tepat di sebelah deretan 4 kamar mandi kos dan dapur.

Kalau boleh jujur, pada hari kedua tinggal di situ, saya mendengar cerita bahwa ada penunggu wanita di kos. Ada seorang gadis yang bunuh diri di dekat rumah kos kami yang memang berupa tanah kosong. Tetapi informasi segamblang itu membuat saya mengadem-ademi pikiran dengan alasan mungkin karena persaingan kos-kosan. Tempat tinggal saya selama kuliah memang milik pendatang yang hanya datang sebulan sekali. Meski uang sewa kamar hampir sama, tetapi kos kami termasuk bagus, dibangun lebih tinggi sehingga view Perpustakaan dan taman kampus terlihat jelas sebagai background. Terlebih, di kos hanya satu teman yang mengaku melihat penampakan. Saya? Saya mana mau mengaku kalau hal-hal begini. Saya cukup tenang menghadapi hal-hal begini, tetapi saya tahu banget kalau teman-teman kos pasti super heboh. Menjadi penyebab kepanikan, ketakutan, atau kemarahan adalah sesuatu yang saya hindari. Lha… kok sekarang menakutimu?

Saya tipe mahasiswa yang belajar sampai tengah malam. Saya senang sekali dengan pelajaran bahasa Perancis dan sering mengerjakan soal 2 x. Kalau sudah selesai, saya membaca buku. Saya lebih sering tidur jam 2 dinihari daripada jam 10 malam.  Di tengah malam, terkadang saya ingin ke kamar mandi. Biasanya langsung ke kamar mandi saja tanpa khawatir. Tetapi, kadang rasa takut saya kumat juga. Namanya juga manusia. Pikiran logis bisa dikalahkan oleh ketakutan jika tak siap mental. Nah.. jika saya sedang penakut, saya menunggu sampai ada teman yang ke kamar mandi jika kebelet. Jika ada teman yang ke kamar mandi saya akan langsung menyusul. Karena tembok saya berbatasan dengan kamar mandi, pasti saya dengar jika ada yang “bermain air”.

Suatu hari, saya menahan p****s dari jam 12 malam. Tumben, biasanya saya berani ke kamar mandi tanpa menunggu teman. Tetapi aura malam itu memang agak beda. Bulu kuduk saya cukup sering berdiri sendiri. Maka, saya pun hanya punya satu opsi, yaitu menunggu teman ke kamar mandi. Jam 1 malam, terdengar suara pintu kamar terbuka. Tak lama kemudian, terdengar suara gebyuran di dalam kamar mandi. Saat itu bulan Juli, udara sangat panas dan air sangat sulit. Kontan saya marah dan mengingatkan, “Jangan boros mandinya, oy!

Sore sebelumnya saya jadi ngangsu air karena kipas berdengung tanpa air. Tak ada air! Kampus saya termasuk miskin air. Mendengar gebyuran air sekeras itu membuat saya jengkel sekali. FYI, kami biasanya memulai antri mandi jam menjelang jam 4. Saya yang mandi cepat sudah punya 2 ember air mandi tuk persediaan.

Tak ada jawaban. Ketukan saya berubah jadi gedoran karena jengkel. Tenaga gedoran saya membuka pintu yang memang tak dikunci. Kamar mandi kosong dan kering!! Saya langsung lari ke kamar kembali. Lupa kalau tadi kebelet

Agustus, para mahasiswa telah selesai tes semester. Banyak teman-teman yang pulang ke rumah. Saya masih punya tugas di kampus. Alhamdulillah masih ada 2 teman yang menemani. Saya mulai merasa terganggu karena “peristiwa mandi penghuni maya”. Tetapi… rupanya keberuntungan tak berpihak lama. Pukul 7, seorang teman didatangi pacar sesama aktivis karena ada even seminar yang harus disiapkan. Jam 8, saat saya memasak mi instan, teman saya diajak pacarnya pergi. Saya pasrah. Saya sendirian di rumah. 

Ketika sedang memakan mi instan, saya mendengar suara dari tangga atas (tempat menjemur pakaian). Suara bakiak menuruni tangga besi. Bisa bayangkan suaranya? Yap. Keras sekali. Saya tahu pasti bahwa saya sendirian. Tak mungkin ada orang lain. Saya menatap awas ke tangga. Jarak kami hanya terpisah oleh tempat jemuran bawah (Kos berbentuk O, dengan area jemuran di tengahnya). Tak lama, sesosok berbaju hijau dengan atasan berwarna merah terlihat menuruni tangga dengan lambat. Wajahnya terhalang rambutnya yang lurus sepanjang bahu. 

Saya mendekatinya. Penasaran bercampur takut, atau takut tapi penasaran? Saya tidak tahu. Tetapi, pintu kamar saya berada di depan anak tangga terakhir dan terbuka lebar. Mungkin defensif saya menyatakan saya harus menutup kamar agar dia tidak masuk ke dalam kamar.

Jarak kami cukup dekat. Kurang 2 kamar lagi sampai ke pintu kamar saya. Dia masih harus melewati beberapa anak tangga sebelum sampai di lantai bawah. Saat itulah wajahnya terlihat sempurna. Oval memanjang, agak tirus namun berwajah rata. Rata, seperti disetrika. Tak ada cerukan sama sekali. Tak ada mata, alis hidung, mulut, bibir, bahkan pipi. 100% rata. (jangan tanyakan punya telinga atau tidak). Saya terkesiap kaget. Terpaku menatap sosoknya yang turun dengan lambat. Saya terus menatapnya turun tanpa bisa bergerak. Saya terus membaca ayat kursi berulang-ulang agar tenang dan kembali bergerak.

Wanita berwajah rata itu berjalan lurus memasuki kamar saya yang terbuka. Saya sontak bisa bergerak dan lari ke dalam kamar. Tentu saja kamar saya kosong. Saya buka lemari dan menyibak baju yang menempel di pintu untuk memastikan. Dia hilang! Saya langsung mengambil celana dan jilbab, memakainya di ruang tamu lalu lari menyusul seorang teman yang menyusul ke kampus. 

Kyaaaa….. apakah kamu ketakutan ketika membacanya? Saya agak merinding ketika bercerita. Pasalnya ada 2, saya menghadap tembok (padahal saya menyarankan ketika membaca kamu bersandar di tembok, hahahaha) dan membelakangi pintu yang terbuka ke luar rumah. Masih kurang horor? Anak-anak berada di kamar dan suami sedang ke rumah temannya karena ada teman lama dari Kalimantan yang datang ke Jepara. Klop, dong? Ah.. saya sih gitu… kalau bercerita horor harus menunggu suasana rumah sepi tanpa gangguan agar lebih mudah bercerita yang seram-seram. 

Bagaimana? Sudah merasa horor? Salahkan pada para BLOGGER KAH. Jangan salahkan saya. Saya dipaksa mereka. Hahahahaha….

14 Komentar

  1. Mbak... Mbak masih bisa lari toh ngejarnya, kalo aku udah pingsan, Untung bukan malam jumat..hikss

    BalasHapus
  2. Mbak... Mbak masih bisa lari toh ngejarnya, kalo aku udah pingsan, Untung bukan malam jumat..hikss

    BalasHapus
  3. Serasa ngeliat adegan film horor, hantu dikejar hahaha...

    BalasHapus
  4. aku jadi inget, dirimu kan emang bisa melihat penampakan ya..

    BalasHapus
  5. Ya Allah..koq ya masih bisa penasaran to yaaa.. >_<

    BalasHapus
  6. sama aku juga bukanya takut sama yg begitu tapi malah penasaran

    BalasHapus
  7. Aduh Mba... baca cerita horor kalo malam Jumat gak berani, aku suka terbayang2 hantunya itu lho, hehe..

    BalasHapus
  8. Sudah kuduga Mbak, kost-kostan di wilayah UNNES ki memang syerem.. Sepertinya aku tahu kost2anmu mbak di wilayah Banaran kan ini, lah temenku soalnya ceritanya sama.. Lagi kost-kostannya juga mirip sama yang Mbak Susi ceritakan.

    BalasHapus
  9. Serem banget, qu udah ga tau deh kayaknya pingsan atau nangis kejer kalau di posisi mba :p

    BalasHapus
  10. waaa mba Susi ceritanya serem ah, saya sampe deg2an bacanya, hihihi..

    BalasHapus
  11. ampun deh mbaaaak... bacanya pagi ini.

    BalasHapus
  12. Kok ya sosoknya masuk ke kamar malah dicari....... Aku mah udah langsung kabur, bodo amat masih pake baju tidur kek, bodo amat gak make up, hft.
    Btw, outfit sosok itu nabrak banget ya, merah ijo. Eh. Wkwkwk
    Alhamdulillah bacanya pagi-pagi dan di rumah lagi rame jadi gak begitu terasa merindingnya. ALHAMDULILLAH. :3

    BalasHapus
  13. hihihi, aku juga pernah liat penampakan waktu kost di Cengkareng...itung" uji nyali, tapi kalo boleh milih gak mau liat begituan lagi. sereeem

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)