Ketika Anak Terlambat Bicara

Puteh petak, ijo ijon.
Abang abrit, ireng cemeng
Esok enjing, awan siang
Sore sonten, bengi ndalu.
Sirah mustoko, rambut kromo

****************
Setiap saat saya mendengar Binbin melafalkan kosakata Jawa ini. Ia mendapatkannya dari sekolah TK. Tak terhitung jumlahnya karena selalu diulang-ulang. Sambil nonton TV, main komputer, bermain bersama teman, atau kala belajar. Minggu kemarin ia terus saja bernyanyi lagu potong bebek angsa. Dan 2 minggu sebelumnya ia terus melafalkan surah Al Fatikhah. 3 minggu sebelumnya saya lupa. Tiap minggu, hafalannya selalu berbeda.

Siapapun yang mendengar pasti menyimpulkan Binbin cerewet. Super cerewet. Atau yang lebih jauh memperhatikan, mereka pasti bilang Binbin hiperaktif (yg ini bisa kupelototin! karena lebih banyak orang yang menganggap anak aktif=hiperaktif). Sulit meyakinkan bahwa anak hiperaktif berarti satu kondisi (penyakit) dimana anak tak memiliki control atas otot gerak miliknya sendiri. 

Binbin aktif sekali. Ia selalu jalan kemana-mana tanpa lelah. Lari ke sana-kemari. Dan mulut selalu melafalkan pelajaran di TK-nya. Pelajaran? Tak segitunya kok. Tapi TK Binbin memang mengajari anak dengan system yang mirip doktrin. Guru mengulang-ulang materi secara lisan dan anak diajak menghafal kemudian. Satu materi bertahan 1 minggu. Makanya Binbin hafal kosakata Jawa ngoko dan Kromo (syukurlah bisa jawab jika ditanya di bahasa Indonesia). Pun dengan kosakata bahasa Inggris. Diulang-ulang terus. Meski TK biasa di desa, output-nya lumayan bagus. Menurut saya begitu.

Saya dan suami berlega hati melihat perkembangannya. Tak menyangka bahwa Binbin yang dulu sulit bicara ternyata sekarang sangat cerewet. Ia tak mau bicara sebelum umur 2,5 tahun. Saya sempat mengalami banyak perasaan … apa ya… tersinggung kali ya…. Karena banyak yang menyimpulkan Binbin tuna wicara. Bisa dibayangkan perasaan hati ibu yang tahu pasti anaknya bisa bicara tetapi selalu dikatakan tuna wicara. Dan penjelasan saya hanya dijawab dengan cibiran. Saya yakin Binbin normal bukan karena saya ibunya saja, tetapi karena saya selalu mengajarinya kosakata secara acak dan ia menirukannya. 

Ia berhasil meniru aneka kosakata yang saya ajarkan tetapi tak bisa menggunakan dalam percakapan. Saya yang belajar sedikit teori pertumbuhan-perkembangan serta psikologi anak mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Salah satu kesimpulan saya adalah Binbin mengalami bingung bahasa. Anak yang mengalami bingung bahasa memang cenderung terlambat bicara (atau tak mau bicara). Akhirnya, keyakinan saya membuahkan hasil. Di usia 2,5 tahun Binbin mau bicara. Meski kosakata yang dipakai Binbin termasuk terbatas, namun ia cukup mudah menghafal kosakata baru. Di usia sekolah taman kanak-kanak ini Binbin termasuk anak cerdas. “Sulit mengekspresikan perasaan dan berkomunikasi” adalah catatan pertama guru yang megajarnya. Pengamatan bagus, dan saya suka itu. Jarang sekali guru TK mendekati anak dengan pendekatan psikologi. Ini kenyataan ya… karena saya sudah memasukkan anak ke TK berbeda 3x. 

Apa ciri anak yang mengalami keterlambatan bicara? Anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara bila usia 10-15 bulan tidak mampu memahami pembicaraan orang lain. Ia tidak mampu mengucapkan 4-6 kata di usia 11-20 bulan. Atau tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain di usia sekitar 24 bulan. Anak sudah berusia 2 tahun dan tak mampu merangkai kata sederhana. Keterlambatan bicara ini tak berhubungan dengan keterlambatan perkembangan intelegensia atau sosial-emosional. Dan biasanya dialami 5-10 persen anak pra sekolah dan lebih sering dialami anak laki-laki.

Faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak menurut psikolog:

1. Mengalami hambatan pendengaran.

   Kesulitan pendengaran secara otomatis membuat anak kesulitan meniru, memahami, dan menggunakan bahasa. Bisasanya disebabkan oleh infeksi telinga.

2. Hambatan perkembangan otak.

      Hambatan yang mungkin terjadi adalah amak kesulitan menggunakan bibir, lidah dan rahang untuk menghasilkan bunyi.

3. Faktor keturunan

    Meski belum terbukti secara ilmiah, tetapi anak yang terlambat bicara ternyata memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan sama.

4. Minimnya komunikasi

  Interaksi dan komunikasi antara orangtua dengan anak bisa menstimulasi anak untuk memperbanyak kosa katanya. Sayangnya, beberapa orangtua tidak menyadari jika cara berkomunikasi mereka berpengaruh terhadap perkembangan anak.

6. Faktor televisi

    Anak yang terlalu sering menonton TV akan menjadi pendengar pasif. Adanya kartun tanpa bicara bisa memperparah keterlambatan bicara pada anak. 

Begitulah. Akhirnya saya berhasil mengalahkan keterlambatan bicara anak. Binbin tiba-tiba mau bicara pada usia 2.5 tahun. Ada beberapa tips cara mengatasi keterlambatan bicara anak versi saya. Ya, karena saya tak memakai jasa dokter/psikolog. Waktu itu saya memperhatikan mimik bingung pada wajah Binbin tiap kami semua berkomunikasi. Kami memakai bahasa campur Jawa, bahasa Indonesia dan Inggris. Rupanya Binbin bingung memahami apakah benda bulat yang dipakai makan itu namanya piring, pireng, atau plate. Juga banyak kosakata lain. Kala itu si sulung masih usia TK dan ia sangat cerewet serta ingin tahu. Bahasa utama si sulung adalah bahasa Indonesia dan ia sedang belajar bahasa Jawa. Saya dan suami terkadang menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk berkomunikasi. Penyebab lain adalah film kartun seperti shaun the sheep, Bernard Bear, Oscar’s Oasis, Minuscule, Larva, Ooglies, atau Pingu. 7 film kartun terlaris di dunia ini tak boleh ditonton anak yang baru belajar berbicara.

Nah, inilah tips cara mengatasi keterlambatan bicara anak versi saya:

  1. Memberi kosakata baru dan meminta anak meniru kosakata baru itu. Beri kosakata secara acak namun mirip secara pelafalan.
  2. Terus berkomunikasi pada anak dengan segera memberitahu apa yang harus ia ucapkan. Misalnya anak minta diambilkan minum dengan berkata uh uh… maka segera katakan “(nama penggilan anak) mau minum? Pakai gelas ini? banyak atau sedikit?” silahkan kembangkan sendiri. Jangan bosan meski anak tak mau meniru, atau bahkan marah.
  3. Gunakan 1 bahasa dulu agar si kecil "matang" memakainya. Baru kenalkan dengan bahasa baru. Selamat mencoba. Jika anak tetap sulit bicara, ada baiknya memeriksakan ke dokter/psikolog anak.

13 Komentar

  1. kayak muridku mbk kasusnya,udah usia 4 tahun masih belum bisa bicara lancar kayak teman2 satu klasnya...bisanya uma wacawacawaca,san itu bertahan satu tahun...setelah saya observasi ternyata di keluarganya mengunakan banyak bahasa seingga anak balita ini sulit untuk mencerna bahasa...kasihan,andai orangtua bisa memahami kondisi,tau perkembangan anak,tahu apa yg harus dilakuakn maka anak tidk akan mengalami keterlambatan bicara...^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. ortu harus mengamati kelebihan dan kekurangan anak.
      Binbin bisa meniru kosakata yg saya ajarkan, tapi tak mau bicara. uh.. uh.. uh... itu saja kalau bicara. sedih mak, kalo ada yg dengan pede mengatakan binbin tuna wicara. meski saya jelaskan tetap saja ga percaya, malah mencibir. begitu Binbin bicara, semua malah terkejut. Ga percaya.

      Hapus
  2. Malah ada orangtua yang mengatakan anaknya hiperaktif (sepertinya bangga anaknya seperti itu), padahal anaknya aktif. Ini nih, sepertinya orangtua yg kurang mengerti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. aku juga sering ketemu yang seperti ini. susah diberitahunya.

      Hapus
  3. anakku termasuk lambat bicara, mbak. usia 20 bulan, tidak lebih dari 10 kata saja dia ucap, itu pun pengucapannya tak jelas. akhirnya, saya gencar ajak dia berbicara dengan dirinya sendiri di cermin. atau mengajaknya bicara keras namun sangat jelas pelafalannya.
    sekarang, dia sudah cerewet, untuk usia 23 bulan. alhamdulillah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya mak. Memang ortu harus aktif mengajari anak.

      Hapus
  4. Tips yang sangat bagus jeng
    Layak dibaca oleh orangtua
    Ada lho anak teman kita yang belum bisa bicara
    Mudah2an sekarang sudah bisa
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pakde. menurut penelitian, 5-10 % anak mengalami ini. jadi banyak yg mengalami hal sama. Dan bisa bertambah karena faktor genetik juga berpengaruh.

      Hapus
  5. Kayaknya seperti bocah tetangga sebelah warnet mbakyu.. Omonge cuma bisa be.be.be gitu.. Tapi dia paham omongan orang... Nanti wis akan terus saya ajak komunikasi anaknya kalau pas dolan di warnet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyo, sam. Pokoke hajar terus. hehehe.. bukan hajar yg itu.....
      kalo anak paham pembicaraan orang, berarti poin 1 tentang hambatan pendengaran sudah lewat.
      ketika bayi, ada cara sederhana mengetahui poin satu. dengan tes apgar sederhana. tepuk tangan dekat telinga bayi, jika reflek menoleh berarti OK.

      Hapus
  6. ada pelajaran bahasa jawa ya mbak disana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada mbak. muloknya bahasa Jawa, bahasa Inggris dan bahasa Arab.
      kalo di TK, cuma dikenalkan secara lisan bentuk lagu.

      Hapus
  7. menarik sekali mbak, alhamdulillah
    izin share y

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)