Mudahnya Berwisata di Zaman Digital

Jakarta masih gelap ketika saya keluar dari hotel Ibis Budget Jakarta Airport, menuju ke bandara Soeta. Bis Damri Bandara terpagi telah menunggu di depan hotel. Jam di Android saya menunjukkan waktu 03.58. Saya harus bergegas, karena akan mengambil penerbangan terpagi menuju Padang. Kali ini saya sudah siap berpetualang kembali. Alhamdulillah.

Sayap Garuda di antara awan sirus dan kumulus (dokpri)

Pukul enam pagi, pesawat Garuda yang saya naiki lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta sesuai jadwal yang tertera dalam tiket pesawat Garuda Indonesia. Matahari pagi masih teduh, sehingga jendela pesawat saya biarkan terbuka lebar. Awan gemawan sirus bercampur kumulus menampakkan semburat kemerahan, yang semakin memudar ketika angka jam bertambah. Et voilà! Saat sarapan pagi yang padat dibagikan, bentuk awan gemawan telah sepenuhnya berupa awan kumulus kecil-kecil seperti kumpulan biri-biri. Pagi itu, saya menikmati sarapan pagi yang lezat di dalam pesawat dan menjadi pengalaman tak terlupakan. Pengalaman wisata di Bukittinggi pun tak kalah berkesannya. Perjalanan dimulai sejak diniatkan, disiapkan dengan membeli tiket dan budget fiks di Pegipegi agar nyaman saat berwisata. 

Kabin pesawat Garuda luas (dokpri)

Saat ini, migrasi ke semua lokasi telah sangat mudah dan dimudahkan. Destinasi wisata juga semakin terbuka dengan adanya ‘partner pariwisata’ seperti Pegipegi. Dengan tagline #pegipegiyuk yang dilafalkan ‘pergi-pergi yuk’, Pegipegi merupakan salah satu Online Travel Agent besar di Indonesia yang menawarkan jasa reservasi terbaik. Tak kurang dari 7000 hotel, 30.000 rute penerbangan, dan 1.600 rute kereta api. Tak hanya itu, Railink (kereta bandara) juga dapat dipesan sekaligus dalam satu aplikasi. Jadi, bagi Anda yang senang bepergian secara terencana, Pegipegi memudahkan dalam pengaturan budget karena semua biaya tiket pesawat Pegipegi, railink, kereta sampai hotel dapat dipesan sebelumnya dalam satu aplikasi. Perjalanan Anda semakin mudah dan tinggal menikmati wisata layaknya menyewa sebuah biro perjalanan pribadi. 

Pada perjalanan kali ini, jadwal penerbangan Garuda terpagi menjadi pilihan. Kami ingin menikmati beberapa lokasi wisata d Bukittinggi sekaligus pada hari itu. Jarak dari Bandara Minangkabau Menuju Bukittinggi tidaklah dekat. Jarak tempuh sekitar 3 jam dari sana. Tentu, kami tak ingin melewatkan banyak waktu dalam sehari dan lebih mengoptimalkan perjalanan kali ini.

Sarapan lezat pagi itu

Bukittinggi merupakan salah satu kota budaya yang sangat indah. Sebuah kebahagiaan tersendiri saat saya dapat menyicip 3 lokasi wisata sejarah, yaitu: Jam Gadang, Goa Jepang dan Istana Pagaruyung.

Istana Pagaruyung disebut juga dengan nama Istano Basa atau Istana Rajo Basa Pagaruyung. Sebuah istana indah dari kayu berukir dan terletak di Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Istana ini menjadi bukti kejayaan Kerajaan Pagaruyung. Sebuah kerajaan besar bercorak Islam yang runtuh pada masa Perang Padri (1803 – 1838). Kerajaan ini akhirnya takluk pada taktik Devide et Impera negeri Belanda. Pada perang itu, Istana Pagaruyung yang asli dibakar oleh Kaum Padri. Begitulah salah satu bukti jahatnya Politik Adu Domba. Antar bumiputera saling berperang di antara tawa negara kolonial dari Eropa bagian Barat Laut tersebut.

Istana Pagaruyung merupakan rumah gadang (rumah adat) yang berbentuk panggung. Tiap tepian atapnya berbentuk runcing seperti tanduk kerbau. Anda harus tahu bahwa kerbau merupakan ternak berharga di sini, dan selalu ada pada perayaan adat. Jumlah tanduk kerbau yang tergantung di rumah juga menandakan status pemilik rumah tersebut. Tak heran jika atap di kota ini selalu berbentuk seperti tanduk kerbau. Oh ya, orang Minang menyebutnya atap gonjong.

Istana Pagaruyung (foto Wikipedia)

Yang istimewa dari Istana Rajo Basa adalah, terdapat 11 atap gonjong dalam satu ‘rumah’ besar ini. Atap tersebut berwarna kehitaman, berbahan ijuk pohon enau. Atap istana ditopang oleh 82 penyangga. Penyangga sebanyak itu digunakan untuk menopang bangunan seluas 60 meter. Jika datang ke sini, Anda harus menjelajahi seluruh ruangan yang diperbolehkan untuk umum agar puas melihat kekayaan budaya Minang. Ada 3 lantai, tepatnya.

Sayang sekali kami sampai di istana terlalu sore. Saya hanya menjelajah lantai pertama saja. Apa pasal? Saya tertarik meminjam baju adat ala putri minang yang disewakan. Ingin rasanya mencicipi peran sebagai anak daro yang akan menikah dengan marapulai (pengantin laki-laki). Rasa-rasanya, saya perlu sebuah kenang-kenangan berkesan dan dramatik sehingga saya lebih mementingkan pakaian adat daripada eksplorasi sejarah. Harap dimaklumi, gairah saya meneliti sejarah belum semenggebu sekarang. Saya tidak menyesalinya. Saya yakin suatu saat akan sampai ke sana jua.

Saya hanya ingin menyecap rasa menjadi anak daro
Istana Pagaruyung, menurut saya sangat indah. Meskipun istana ini bukanlah istana asli. Sebuah replika yang indah. Dan karena diklaim sama persis seperti aslinya yang terbakar pada tahun 1804, saya tetap menikmatinya. Meskipun... yah... meskipun... pengamatan singkat saya menemukan sedikit sekali perkenalan budaya Minang berupa kain, pakaian adat, benda-benda fungsional yang dipakai pada saat itu (tempat sirih, misalnya). Istana ini mengalami dua kali kebakaran kembali yaitu pada tahun 1966 dan 2007. Sedih ya.... api melibas tanpa ampun benda-benda berharga di sana. Hiks....

Ya sudahlah. Yang penting telah mengenal sedikit tentang rumah gadang yang indah ini. Semoga kisah perjalanan ini cukup menarik sehingga Anda memasukkannya dalam itinerary. Jangan lupa memesan tiket pesawat dan hotel di Pegipegi untuk harga terbaiknya. 

2 Komentar

  1. Pegi pegi meringankan buat kepergian terencana ya Mbak. Ada kapan itu aku lihat istana di lukisan.. Replikanya juga indah ya.

    BalasHapus
  2. Sekilas waktu ketemu, mam Susi pembawaannya kayak orang Padang. Wkwkwkwk.

    Aku belum pernah naik pesawat, lhoh. Hahaha

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)