Susi dan Tokoh Rekaan Favoritnya

Beberapa teman yang mengikuti cerita fiksi/rekaan Susi yang diposting untuk kontes mungkin akan menyadari bahwa semua tokoh rekaan Susi selalu mereka yang terpinggirkan. Tokoh yang tak biasa. 

Di kontes pertama Susi, yaitu KUCB, Susi menciptakan tokoh Lara atau nama lengkapnya Laraningati yang merupakan anak korban poligami dengan Judul "Sebuah Nama untuk Lara". Di kontes kedua yaitu Pagelaran Kecubung Tiga Warna, Susi mengusulkan tokoh Dara yang merupakan pecandu Napza atau narkotika pada Obat Duka Dara (ODD). Dan di kontes ketiga, Susi menampilkan Dinda yang seorang keturunan PKI dengan judul Aku Bukan PKI. Yah, Susi memang baru ikut kontes-mengontes pada tahun ini dan jarang sekali ada kontes fiksi. Tahun 2010 lalu blogsusindra masih menjadi blog pingitan. Kemudian ada satu lagi tokoh Mbak dalam cerbung yang tak sempat Susi teruskan yang bercerita tentang kisah cinta dua kakak beradik angkat yang sebenarnya ceritanya sudah selesai 70% dengan judul hanya draft. Semua cerita di atas murni fiksi/rekaan.

Mengapa tokoh yang Susi ciptakan selalu mereka yang terpinggirkan? Mereka yang tidak hidup normal? Mereka yang tak pikirkan? Ada seorang teman yang menanyakan hal itu, dan Susi berusaha menjawab di sini.

Menampilkan tokoh tak biasa adalah salah satu siasat shocking selain mengajak para sahabat net-ter ingat, bahwa ada banyak orang yang tidak beruntung. Sekedar pengingat betapa besar nikmat yang para sahabat dapatkan selama ini - berbeda dengan para tokoh yang ada di cerita fiksi/rekaan Susi. 

Kebetulan Susi salah satu dari mereka yang memiliki hidup yang tidak normal, dalam artian sebenarnya. Lahir kembar namun sejak lahir terpisahkan karena Susi tinggal di rumah keluarga angkat. Tinggal di keluarga poligami. Hmm... komplit. Bertemu pertama kali dengan adik kembar setelah bermimpi melihat diriku sendiri berlari mengejar kupu-kupu di taman dan langsung masuk rumah sakit selama 10 hari. Itulah sebabnya Susi bisa mendeskripsikan perasaan dan perilaku para tokoh itu dengan cukup baik. Tapi jangan mengira Susi pernah mencoba Napza atau keturunan PKI, ya. Sama sekali tidak. Itu hanya salah satu hasil observasi pustaka yang Susi lakukan. Meski hanya menulis fiksi, studi pustaka, observasi, latihan menulis deskripsi, adalah salah satu cara menulis fiksi yang harus kita pelajari. Hanya itu jawaban yang bisa Susi berikan. Semoga bermanfaat.

22 Komentar

  1. aku baru tau mbak susi kembar, kembarannya dimana mbak sekarang?

    BalasHapus
  2. tampilin foto sama kembarannya dong mbak ..

    BalasHapus
  3. Mampir nih mbak Sus, sesuai janji saya sering-sering patrol di sini hehe

    terus saudara sampean di mana? apa juga punya blog?

    hampir sama deh dengan mbak Susi, saya cenderung suka membuat karakter fiksi yang sederhana, orang ndeso dan termarjinalkan.. karena saya begitu menikmati saat menulisnya.

    Piye nih mbak Proyeknya?

    BalasHapus
  4. ngebayangin kembar itu seruu..

    BalasHapus
  5. request foto kembarannya juga mbak hehe
    bisa menampilkan sesuatu dari hasil observasi emang hebat.

    BalasHapus
  6. Pingin bngt bs nulis fiksi tp susah se x.

    Wah berati sy pny temen blog 2 yg kembar. Kmrn jg br tau, skrg mbak susi jg membuka diri hehe

    g 2 yg kembar. Kmrn jg br tau, skrg mbak susi jg membuka diri hehe

    BalasHapus
  7. Saya baru tau sedikit latar belakang Bu Susi disini ...

    Dan terima kasih atas kesediaan Bu Susi untuk menceritakan hal tersebut ...

    Yang jelas tokoh-tokoh rekaan yang bu Susi ciptakan ... semoga bisa tetap menyadarkan kita semua ... akan arti pentingnya bersyukur ...

    salam saya Bu Susi

    BalasHapus
  8. Mbak Dey, Mbak Hiksya & mas Jier: Iya, kapan-kapan aku postng fotonya. masih cari2 fotonya.

    Lozz Akbar: proyeknya masih jalan. Ini rehat 2 hari karena ada tambahan permintaan baru, yaitu skoring dan prosentasi. Jadi masternya masih dikerjakan. Tugasku hanya mengimput database saja.

    BalasHapus
  9. aduh punya kembaran ternyata ya bu,,,
    saya jg lagi berharap nanti punya anak kembar,, hehe,, tp ga ada keturunan sama sekali dari dulu... :D


    saya malah lebih suka tokoh2 dlm cerita itu ya yg seperti ibu bikin ini...

    BalasHapus
  10. Mbak Tarry & mbak Nique: memang harus terus belajar. Semua pasti bisa.

    Pak Enha: Ini bukan rahasia kok, pak. Semua kenalan saya tahu, dan saya tak pernah malu. Dulu pernah saya posting di blog ini.

    Tiara: Asal jangan bayangkan punya anak kembar, ya... resiko dan kelelahannya dobel.

    BalasHapus
  11. Mas Mabruri: Haduh, kalo membayangkan punya anak kembar, pastinya indah, ya. Padahal dobel repot loh. Kasihan istrinya nanti

    BalasHapus
  12. Hidup mbak Susi rumit juga yah :)

    Jadi penasaran nih mbak liat foto mbak Susi berdua sama kembarannya :)

    BalasHapus
  13. Baru tau kalau cerita itu ada sangkut pautnya dengan pribadi Mbak Susi meski tidak semua,,oh ya gmn kabar kembarannya Mbak Susi..???

    BalasHapus
  14. Ooh...begitu cerita dibalik kisahnya ya Mba Sus? menulis didasari pengalaman sendiri (walaupun fiksi) memang berbeda ya mba. Semangats ;)

    BalasHapus
  15. Mmmm..... gitu tooo.... ayo mbak, foto berdua sama kembarannya.... :p

    BalasHapus
  16. gimana sih rasanya menjadi anak kembar?

    BalasHapus
  17. wah mbak susi kembar yah :) ... iya mbak hidup ini penuh warna...kita dan yang lainnya hidup dalam dunia yang sama tapi berbeda dalam banyak hal..:) inilah hidup mbak..indah dengan segala perbedaannya

    BalasHapus
  18. saya jadi penasaran liat foto kembarannya mba susi

    BalasHapus
  19. Wow, ternyata mbak susi punya kembaran toh? Kalau D&B punya adik, bisa jadi cewek kembar, pasti seru lho mbak hehehe *ngelantur* :D

    BalasHapus
  20. owh asik donk punya saudara kembar....
    katanya perasaanya lebih terikat ya mbak...?

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)