Sewindu Rumah Kartini: Menapak Jejak, Meretas Makna

Apa yang kita tahu tentang Kartini selain dari Door duisternis tot licht? Mungkin kita bisa mengaku cukup banyak. Toh memang telah banyak kajian tentang pahlawan wanita dari Jepara ini. Kebanyakan penelitian dilakukan oleh sejarawan luar negeri. Tercatat beberapa nama di abad modern ini yang sibuk mengorek sejarah kolonoalisme seperti Joost Coté dan Paul Bijl. Kita sendiri sebagai warga senegara dengannya, terlalu sibuk dengan urusan masa depan dan teringat pada masa lalu di saat khusus. Dan mirisnya, beberapa sahabat wanita bahkan mempertanyakan eksistensi RA Kartini sebagai Pahlawan. Hmm.... Kita beruntung ada Rumah Kartini yang bulan ini berusia sewindu.



The paradox of memory that we cannot look for something we lost unless we remember it at least in part – Ingatan itu paradoks. Kita tidak bisa mencari sesuatu yang hilang kecuali kita mengingat, setidaknya sebagian.
Rumah Kartini sering menerima kunjungan dari pemerhati sejarah RA Kartini

Sosok Kartini Dalam Buku

Sosok RA Kartini banyak dideskripsikan dalam buku kumpulan surat. Terdapat beberapa versi buku mengenai sosoknya. Buku tentangnya pertama kali diterbitkan pada tahun 1911 oleh J.H. Abendon dengan judul Door duisternis tot licht. Buku versi ini tercetak 5 kali di negara penulisnya.

Armijn Pane, sastrawan Indonesia menerjemahkan buku Abendon tersebut pada tahun 1922 melalui Balai Pustaka. Buku Habis Gelap Terbitlah Terang versi terbaru sukses di pasaran. Enam belas tahun kemudian, Pane kembali menerbitkan buku Kartini dalam format roman seperti yang kita kenal selama ini. Tercatat, buku ini telah dicetak ulang sebanyak sebelas kali. Buku berisi 87 surat tersebut terbagi menjadi lima bab pembahasan sesuai alur hidup Kartini. Lebih mudah mengenal Kartini dengan cara ini. Tetapi lebih mudah pula untuk tersesat dalam pikiran bahwa Kartini mungkin hanya wanita ningrat yang vokal menyatakan kegalauannya, lalu diberi anugerah Pahlawan. Padahal kiprah RA Kartini lebih banyak daripada itu. Rumah Kartini bisa menjadi salah satu tempat untuk belajar lebih lengkap sosok RA Kartini.

Rumah Kartini: mengarsipkan mempelajari Kartini dan kota Jepara

Rumah Kartini

Di Jepara, ada beberapa pengkaji RA Kartini yang masih bertahan sampai sekarang. Rumah Kartini milik Mas Apeep adalah salah satu di antaranya. Termasuk yang paling berkomitmen dan memiliki jaringan luas sehingga para tamu yang ingin mengenal Kartini lebih banyak pergi ke sana. Tanpa mengecilkan arti museum Kartini, tetapi dokumentasi RA Kartini lebih banyak di rumah bergaya unik ini. Informasi lengkap dapat dilihat di Rumah Kartini. Untuk instagram, facebook dan twitter, semua menggunakan @rumahkartini.
Abaikan foto saya, perhatikan literatur dan foto-foto lengkap RA Kartini serta keluarga di belakang saya.

Rumah Kartini tak lepas dari peran Mas Apeep yang juga pemilik kaos khas Qimo. Kaos ini sangat khas Jepara. Mungkin beberapa teman pernah mendengar tentang kaos yang eksklusif ini. Jika belum, seperti inilah kaosnya. Setiap design kaos dibuat secara istimewa melalui goresan tangan. Mengenai harga.... tidak mahal hanya Rp 100.000-. Silakan langsung saja melihat akun media sosial yang saya sebutkan di atas.


Kaos Qimo - edisi RA Kartini
Kaos Qimo spesial edition

“Sewindu Rumah Kartini: Menapak Jejak, Meretas Makna” 

Tak terasa, bulan April ini usia Rumah Kartini sudah sewindu. Untuk merayakan ulang tahunnya, serangkaian acara sudah disiapkan untuk tamu undangan maupun para masyarakat umum. Dengan tema Reproduksi Warisan Kartini & Japara, berbagai acara telah di persiapkan. Berikut ini daftar acaranya:

1. Reproduksi warisan Kartini dan Japara yang diwakili dengan pembuatan replika tempat perhiasan dan tempat surat Kartini, meja jahit Kardinah, yang paling besar adalah replikasi Gong Senen.
2. Pembukaan acara oleh Dr Joost Coté – penulis Buku KARTINI: The Complete Writings 1898 - 1904
3. Pameran seni Shadow batik Performance oleh Nur Rohmat S.sn dan musik akustik pada 19 April 2016 jam 19:00 sampai selesai di Chody Art Gallery
4. Simposium bertema Reproduksi Warisan Kartini & Japara pada tanggal 20 April 2016 dari jam 10:00 sampai jam 16:00 sore.
5. Pameran karya seni di Chody Art Gallery sampai tanggal 24 April 2016. 
6. Heritage walk khusus bagi para pembicara dan tamu ke Fort de Jepara, museum Kartini, Pendapa Kabupaten, Klenteng Welahan, desa tenun Troso, masjid Mantingan, sanggar Adji Goeno Woelong, dan masih banyak lagi. 

Acara kedua sampai keenam, dapat diikuti oleh masyarakat umum. Tak ada larangan bagi warga untuk ikut serta.


Simposium International

Simposium Nasional bertema Reproduksi Warisan Kartini & Japara adalah salah satu agenda utama perayaan sewindu Rumah Kartini. Acaranya akan berlangsung di Chody Art Gallery pada tanggal 20 April 2016 jam 10:00 – 16:00. Lokasi simposium berada di Jl. Utara Pantai Kartini KM 1 Kecamatan Jepara Jawa Tengah. Pembicara yang memastikan hadir sebagai narasumber berkelas nasional dan internasional. 

Profil pertama pembicara simposium adalah Dr Paul Bijl. Bijl adalah peneliti pasca sarjana di KITLV dan Universitas Amsterdam  yang sangat tertarik pada sejarah kolonialisme di negeri jajahan Belanda. Beberapa kali menulis tentang RA Kartini dan saat ini menjadi peneliti tamu di Universitas Indonesia tentang pahlawan dari Jepara tersebut.

Paul Bijl - peneliti RA Kartini dari Amsterdam - pembicara
Pembicara nasional di simposium adalah:
1. A. Anzieb M. Hum (Kurator seni dan pengurus pusat Lesbumi PBNU divisi Seni Rupa)
2. Nano Warsono M.A. (Kurator seni, dosen ISI Yogyakarta Jurusan Seni Murni – aktif di berbagai proyek seni rupa)
3. Bambang Toko, M. Hum (Kurator seni dosen ISI Yogyakarta Prodi Seni Murni – pendiri Apotik Komik Group dan ArtJog di Yogyakarta)
4. Giri H. W. S.Pd., M.Hum (Dosen jurusan Fakultas Ilmu Sosial dari Universitas Negeri Semarang)


Membaca buku RA Kartini karya Joost Coté setebal 868 berbahasa Inggris itu butuh pendamping 

Simposium Reproduksi Warisan Kartini & Japara berlangsung dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore dengan disela pertunjukan musik akustik serta makan siang. Meski tempat dan fasilitas simposium istimewa namun tiket hanya RP 15.000,-. Jumlah yang sangat kecil mengingat fasilitas simposium termasuk makan siang dan coffee break. Padahal simpsium ini tingkat internasional. Harapannya, lebih banyak warga Jepara, terutama para penggiat sejarah, perguruan tinggi, pelaku seni ukir dan mebel serta masyarakat umum tertarik menguri-uri budaya lokal Jepara. Harta karun yang pernah disebut RA Kartini pada salah satu suratnya:

“Karena engkau kaya, Japara, lebih kaya daripada kota-kota kecil lainnya yang tidak dipandang; lebih istimewa daripada banyak kota besar, yang menawarkan kesempatan untuk bepergian tiap hari, di mana ‘lebih menyenangkan’! Engkau kaya, engkau istimewa karena engkau memiliki sebuah harta karun yang akan membuat banyak, banyak sekali orang iri, dan yang akan membuat insulid bangga.”
Foto RA Kartini dari Wikipedia
Demikianlah rasa bangga Kartini pada kotanya yang di masa penjajahan pun hanya menjadi kota singgah jika membutuhkan. Saat itu tahun 1903, lima tahun setelah posisi Jepara sebagai Karesidenan dilorot menjadi wilayah di bawah Karesidenan Semarang. Sedih hati Kartini. Pada saat itu ia mulai aktif menulis. Ya, pada tahun 1898, ia menjadi salah satu penulis catatan seni kriya Jawa di Pameran Nasional Karya Perempuan di Den Hag. Dia juga menyumbang foto dirinya sedang membatik dan menjelaskan cara membatik Jepara dengan gamblang. Melalui perkumpulan Oost en West yang digagas kakak beradik Kartini, mereka menjadi penyuplai permintaan seni kriya di Eropa. Di tahun itu, di saat para ningrat berlomba-lomba membeli benda-benda Eropa, keluarga ningrat Jawa ini sibuk mengenalkan seni kriya Jepara di Eropa. Jika teman-teman mencermati kalimat Kartini yang berapi-api tersebut, harta karun yang dia maksud adalah seni kriya ukir dan batik dari Jepara. 

Chody Art Gallery 

Chody Art Gallery adalah salah satu galeri unik di Jepara. Seni kriya etnik, kita bisa mengatakannya demikian. Di Chody, kita tidak akan menemukan mebel maupun seni kriya yang memiliki duplikasi. Tak hanya itu, seni kriya zaman dahulu masih dipakai di sini. Itulah yang membuatnya istimewa. 



Semua pasti tahu perkembangan zaman, asimilasi budaya, kepraktisan, permintaan pasar, pertimbangan ekonomis, dan masih banyak faktor lain  telah menggeser seni kriya asli Jepara. Sangat disayangkan karena semakin sulit mencari kriyawan yang mampu membuat karya seni asli Jepara. Semua tergeser kepraktisan serta permintaan pasar. Jika ingin melihat seni kriya asli, unik, dan nyentrik, maka Chody Art Gallery adalah salah satu tempat yang tepat. Pak Chody mampu mereplikasi mebel kuno sehingga tampak seperti aslinya.

Pada acara sewindu Rumah Kartini Chody Art Gallery didaulat sebagai pusat lokasi perayaan. Mulai dari pameran sampai simposium, semua ada di sana. Semua pengunjung pasti dibuat terkagum-kagum oleh seni kriya maupun mebel  serta penataan galeri. Tapi... saya diberi mandat oleh Pak Chody dan Mas Apip (pemilik Rumah Kartini) bahwa di Chody Art Gallery, kita tidak diizinkan memotret. Sebagaimana museum, banyak benda di sana yang sangat tua dan terjaga. Peraturan di sana cukup ketat sehingga jangan heran jika pengunjung yang terbukti berfoto di sana akan diminta menghapus fotonya sebelum meninggalkan lokasi. Kejam? Hmm... bagi traveler yang terbiasa datang ke galeri seni maupun museum pasti hafal dengan peraturan ini. 
Chody Art Gallery

Nah.. semua lengkap keterangan mengenai acara “Sewindu Rumah Kartini: Menapak Jejak, Meretas Makna” serta Reproduksi Warisan Kartini & Japara sudah usai. Jika ada yang ingin ditanyakan di silakan di kolom komentar atau menghubungi : 

081325409948. ( Apeep qimo)
08158193592. ( Daniel )
Facebook : Rumah Kartini
Twitter : Rumah Kartini
Instagram : Rumah Kartini
Website : Rumah Kartini

56 Komentar

  1. Acaranya menggugah selera, mengupas sejarah

    BalasHapus
  2. Yang saya sorot Jeparanya itu mbak, seni ukir yang tiada duanya. Suka saya. Dan mungkin Kartini-Kartini lainnya apa mereka bisa menjadi penerus seni ukir ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setiap tahun ada lomba mengukir bagi perempuan Mbak. Hasilnya bagus-bagus. Tapi memang materi lomba masih basic ukir.

      Hapus
  3. Yang saya sorot Jeparanya itu mbak, seni ukir yang tiada duanya. Suka saya. Dan mungkin Kartini-Kartini lainnya apa mereka bisa menjadi penerus seni ukir ini

    BalasHapus
  4. Aih keren banget acaranya, pematerinya apalagi. Konsep rumah kartini nya yaAllah ornamen nya itu bikin mupeng rasanya kayu2 itu pengen ku bawa pulang sajaaaaa.*salah fokus ke furniture*
    Art galery nya jugaaa, desainnya macem hutan tapi khas jawa, aih. Kereeeennnn.
    Itu baca buku nya karena banyak istilah ttbtu ya jadi butuh pendamping?😆😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... sebetulnya itu caption becandaan karena di sebelah saya itu sosok terkenal di Jepara. Orang hebat tapi humble banget ;)

      Hapus
  5. Nnti brangkat barengan yo ke Chody Art. Smoga nnti ngomongnya campuran, bkn inggris doang, hihihi

    BalasHapus
  6. saya jadi bingung mau komen apa. takjub aja sih ada orang luar yang meneliti ini, seru banget kayaknya berada di situ ya. dan bener kata mia, jadi pengen bawain pulang ahahaa

    BalasHapus
  7. Sewindu = ulang tahun
    Nek ulang tahun berarti makan-makan ��
    mangkattttt ... Acara kerennnn iki

    BalasHapus
  8. Dua lokasi ini oke banget buat dikunjungi kalo ke jepara. Rumah kartini n Chody Art Gallery. Ok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jepara ada banyak sekali lokasi yang asyik dikunjungi

      Hapus
  9. Asik..
    Ke Jepara rumah kartini tujuannya :D

    BalasHapus
  10. من الظلمات الى النّور
    gurune mbah sholeh darat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha... Payid apal Mbah Soleh Darat yo. fakta sejarah kartini yg menarik itu

      Hapus
  11. Pengen memasukkan list kunjungan museum ke list liburan selanjutnya. Berlibur sambil belajar sejarah biar semakin tumbuh jiwa patriotisme-nya.

    Btw, bersyukur saat ini wanita bukan lagi menjadi konco wingking ya, Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Anita, alhamdulillah kita tak dianggap kanca wingking

      Hapus
  12. Mba Susi... nanti kalo saya ke Jepara, temani daku ke sini yaaa, bareng Jiah! Hehe. Mengenal sosoknya hanya dari buku2 bacaan. :( Pengen bisa menjejak scr langsung di rumah itu. :)

    BalasHapus
  13. Mb Susi... ini keren banget acaranya. Salut buat penyelenggara dan pengelola rumah Kartini. BTW kok mbak Susi difoto rada mirip ama sketsa RA KArtini ya :)

    BalasHapus
  14. Baru tau kalo ada galeri museum dsb yg kaya gini. Kreatif... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yakin di setiap kota ada galery unik, kita yg sungkan masuk

      Hapus
  15. wah, penyelenggaraan acara ini mengingatkan kita kembali tentag sosok hebat RA Kartini.

    Pun begitu, pembicara dalam simposiumnya juga keren, btw aku seneng liat furniturenya :D

    BalasHapus
  16. Penasaran sama buku tentang Kartini itu tapi kok tebal banget ya, pakai Bahasa Inggris pulak, ��

    BalasHapus
  17. Ah banyak nian yang belum saya ketahui tentang sosok Kartini. Selama ini tahunya cuma 21 April, pakai baju nasional dan kondean. Membaca post Mbak Susi ini menenggelamkan saya di laut Kartini yang serba asing bagi saya. Thanks Mbak Sus :)

    BalasHapus
  18. Wahh keren banget rumah kartini Jepara...
    kreatif banget Mbakk 😍

    BalasHapus
  19. saya suka sama kaos wanita pengukirnya tuh kerennnn, emang ya pahlawan wanita ini dihormati bukan dari negri sendiri tapi dari negri dihormati

    BalasHapus
  20. Chody Art Gallery & poster event sewindu rumah kartini.

    Beuhh, kerenn.

    Nampaknya jika suatu ketika ada kesempatan bermain ke jepara, rumah kartini harus dimasukkan ke dalam salah satu destinasi

    BalasHapus
  21. Acara Sewindu Rumah Kartini-nya, kereen ya Mba! Seandainya Jepara dekat dengan tempat tinggal saya ... pasti senang sekali menghadiri acaranya :)

    BalasHapus
  22. Selain museum rumah kartini yang keren dan syarat sejarah, sepertinya acara sewindu rumah kartini juga nggak kalah kerennya.. Kutunggu liputannya, Mbak Susi.. :))

    BalasHapus
  23. Selain terkenal akan ukiran kayunya, sekarang pun jepara terkenal dengan rumah kartini-nya. Dan kini sudah berusia sewindu, saya belum pernah ke rumah kartini, boro-boro ke rumah kartini, ke jeparanya aja belum pernah haha

    Tapi saya tertarik dengan bukunya kartini, yg tulisannya armijn pane, buku langka dan dicari banyak kolektor juga. Belum ketemu sampe sekarang :/

    BalasHapus
  24. Haloo, mbak Susiii. Orang tua aku juga asalnya dari Jepara, Bangsri. Kalo mudik suka ke sana. :'D
    Jepara memang terkenal sama ukirannya. Sampe-sampe pintu rumah juga ukiran jepara gitu. :D

    Keren, ya, ada orang luar yang menulis tentang RA Kartini. Masih muda lagi kelihatannya. Haha.

    Selamat atas sewindunya Rumah Kartini. Semoga jaya selaluuuu. Keren acaranya. Sayang aku lagi di Lampung, bukan Jepara. Hihi.

    BalasHapus
  25. Ih, keren Mbak Sus...jadi pengin mampir ke sana...

    BalasHapus
  26. Rumah kartini tu beda sama museum kartini kah mbak?

    BalasHapus
  27. Rumah kartini tu beda sama museum kartini kah mbak?

    BalasHapus
  28. Wah, wisata sejarah :D
    Knp dulu pas KKN di Jepara ga tau ada ini ya :(

    BalasHapus
  29. Tambahan list kalau wisata ke Jepara nih. Kaosnya desainnya kece.

    BalasHapus
  30. Waaah, keren banget Mbak Sus ada semacam rumah kartini yang bisa menjadi museum mini sejarah ttg beliau. Pengen kesana pengen tau bagaimana kehidupan kartini dulu

    BalasHapus
  31. Wah..wah Jepara banyak tempat bermakna nilai sejarah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih dari banyak. Beneran. Dari zaman megalitikum ada di sini. Sejarah budaya dan agama juga ada

      Hapus
  32. Whuaaa,, jd pengen ke Jepara & museum Ibu Kartini.

    BalasHapus
  33. Pas aku ke Rembang kmrn sempat mampir ke museum Kartini. Apa beda ya mbak, dengan rumah Kartini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumah Kartini ini milik seniman lukis pemerhati sejarah Jepara dan memiliki banyak informasi tentang Kartini. Independen dan tak terkait pemerintah, makanya bisa lebih banyak krn tdk terikat seperti museum.

      Hapus
  34. Rumah Kartini ini milik pribadi ya mbak? Duuh...muga2 kesampean ikut herritage walk spt di acara itu..

    BalasHapus
  35. Duuh...dari kemarin sebenarnya ngebet banget pengen ke Jepara, apa daya pak su belum bisa. Next, mau lah diajak ke tempat2 keren ini.. :)

    BalasHapus
  36. Jadi...dimana mana...galery sll lbh mengasikan dibanding museum sepertinya. Harus mampir ke Rumah Kartini kalau ke Jepara

    BalasHapus
  37. jadi punya keinginan singgah ke jepara mba 😍 smg ada waktu pas buat napak tilas ke rumah kartini

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)