Pengalaman Kateterisasi Jantung dengan BPJS

Nonton berita pemilu, sesekali hati saya pilu karena berita tentang sakit atau kematian. Kematian dengan indikasi sakit jantung. Teringat dulu ada demo "dua matahari di Jepara" juga ada kasus kematian akibat sakit ini. Mau tidak mau, makin banyak penyintas jantung sekarang. 


Kateterisasi Jantung dengan BPJS


Mengapa pilu karena, di sisi saya, ada suami yang harus dijaga karena ia - hampir setahun lalu - melakukan kateterisasi jantung dengan biaya BPJS. Apalagi akhir-akhir ini, suami punya anxious yang disembunyikan dari saya karena tak mau menambah pikiran istri tercintanya. Obat bawah lidahnya minggu ini banyak terpakai. Maka jadilah saya up saja tulisan ini.

Sebenarnya cerita ini saya tunda satu tahun dua bulan karena tak siap bercerita. Masuk draft, edit, masuk lagi. Begitu terus. Ya karena ada banyak cerita yang menurut saya dibuang sayang tapi kok bisa disalah arti pembaca. Pengolesan demi pengolesan dilakukan. Akhirnya fix! Saya kabarkan yang terbaru ini dengan versi paling alus anti baper. Oh iya, cerita awalnya bisa dibaca di Ketika Suami Tiba-Tiba Sakit Jantung...


Mengapa melakukan kateterisasi jantung

Tiba-tiba, makbedunduk, itu kesan saya dengan sakit jantungnya suami. Mungkin bagian dari denial karena memudahkan, tapi memang sangat mengagetkan. Tak ada banyak gejala bahkan tak ada sakit penyerta kecuali kelelahan luar biasa, tiba-tiba suami divonis sakit jantung dengan kerja jantung tinggal 28%. Jantungnya bengkak besar bagian atas dan hanya sebagian kecil di bawah yang masih bergerak.

Tanda sakit jantung


Awalnya suami hanya bilang kadang dadanya sakit. Waktu itu masih tahun 2022. Pekerjaan masih lancar dan kadang lembur. Setidaknya waktu itu kami sepakat untuk bekerja semaksimal mungkin agar punya celengan untuk krisis di tahun 2023. Meski masih ada pekerjaan namun kecenderungannya semakin menurun. Makanya jika harus lembur ya lembur saja.

Desember 2022 tanggal 6, tiba-tiba suami kesakitan dan gelisah. Bibirnya putih pucat. Sepanjang kami berumah tangga 19 tahun baru itu saya melihatnya. Keluhannya hanya dada sakit. Kami bergegas ke Puskesmas Jepara. Kami dapat obat untuk 5 hari dan dipesan kembali datang 5 hari kemudian. 

Melihat kami selalu datang yang ketiga kali, yang artinya memang bukan pasien yang abai, dokter di Puskesmas merujuk kami ke Klinik Hanis Jepara untuk melakukan EKG. Hasilnya keluar dan dinyatakan ada penyumbatan jantung. Disarankan ke faskes untuk minta rujukan ke RSUD Kartini. 

Kami ke Klinik Masyithoh yang jadi faskes, dan meminta dilakukan EKG ulang untuk konfirmasi ketiga. Hasilnya tak beda, sehingga tetap dirujuk ke RSUD Kartini karena di Jepara hanya ada 2 rumah sakit untuk jantung, yaitu RSUD Kartini dan RSI Sultan Hadlirin. Pertimbangann kami saat itu karena dekat rumah dan paling lengkap. Meski demikian, para dokter akan melakukan tindakan operasi di kota Kudus, tepatnya di RS Loekmonohadi.


Kateter Jantung dengan BPJS


Setelah menjalani pengobatan selama 3 bulan dengan diselingi beberapa tes, akhirnya kami dirujuk ke RSUD Loekmonohadi Kudus untuk menjalani kateterisasi jantung. Kami ke sana Selasa terakhir di Bulan Ramadhan. Kateterisasi dijadwalkan tanggal 11-14 Mei 2023, beberapa hari setelah Idulfitri. 

Kami mau mengambil kateter karena pada saat USG, terlihat bahwa jantung suami sudah mengalami pembengkakan yang menekan organ vital lainnya. Dari layar juga terlihat bahwa area yang masih berdetak hanya 28 %, sisanya sudah berhenti.

Menjelang waktunya, tanggal 9 Mei, tiba-tiba saja suami merasa kembung yang tidak wajar. Rasanya cukup mengerikan. Saya jadi ingat dengan kematian yang disebut karena angin duduk. Suami mengalami bukan hanya kembung yang tidak wajar, tetapi sering tersedak oleh angin di dalam tubuhnya, tak peduli berapa puluh kentut yang berhasil dikeluarkan. 

Googling sebentar, mencari posisi duduk dan nyaman saat mengalami kembung akibat penyakit jantung, dan dipraktikkan. Beberapa jam kemudian sudah aman.

Kenapa kami tak ke rumah sakit, karena sudah malam, repot jika tanpa persiapan, dan semua data kami sudah ada di rumah sakit Kudus. Kami yakin bisa mengatasinya secara mandiri. Memang bukan contoh yang baik, tapi dana adalah pertimbangan utama.


Administrasi yang mudah dengan BPJS

Hari Selasa terakhir sebelum libur bersama (lebaran), kami berkendara ke Kudus, dengan motor Revo tua yang setia menemani. Kami ke Rumah Sakit dr. Loekmono Hadi. Kami membawa beberapa data yang dibutuhkan.

Kateter Jantung dengan BPJS di Loekmonohadi


Kami bertemu dengan Dokter Agus. Setelah dijelaskan ini itu, kami diberi jadwal kateter tanggal 8 Mei 2023. Tanggal tersebut bisa diubah dengan pemberitahuan beberapa hari sebelumnya, jika ada alasan yang syar'i. 

Kami tidak merasa ada sesuatu yang bisa dijadikan alasan menunda. Jadi tanggal tersebut, pagi hari, kami sudah melaju ke sana dengan diantar oleh seorang teman.

Anak kami, Giandra dan dua masnya di rumah, dijaga oleh saudari kembar saya. Alhamdulillah, sesuai dugaan, si kecil yang masih selalu menempel pada ibunya tidak merasa kehilangan. 

Kami menuju ke ruang untuk pelayanan rawat inap yang letaknya sebelah kiri IGD. Setelah proses administrasi pendaftaran selesai kami langsung diajak ke lantai 3 gedung Edelweis. Menucu ke ruang ICCU.

Di sana kami menandatangani sejumlah berkas setelah dijelaskan kembali tentang apa itu kateter dan apa yang mungkin dilakukan selama di ruang operasi. Terangnya, saat kateter, dokter bisa jadi langsung pasang ring jika memang diperlukan.

Secara alami saya bertanya tentang biaya tambahan jika melakukan kateterisasi jantung dengan BPJS. Alhamdulillah memang benar-benar 100% gratis

Yang tidak gratis hanya makanan dan gaya hidup keluarga yang menemani. Hehehe. Yang satu ini kadang tidak murah, ya. Jajanan di rumah sakit biasanya mihil sikili. 

Ternyata... di RSUD Leokmonohadi ada toko koperasi yang sekaligus kantin dengan harga normal seperti di luar. Jadi bisa hemat. Hanya saja, beberapa produk harus beli dalam ukuran besar, misalnya pospak, tisu, dan semacamnya.


Mengenal kateterisasi jantung 

Berdasarkan pengalaman saja, saya dan suami beberapa kali dijelaskan tentang apa itu kateter dan tindakan apa yang harus dilakukan. Mulai dari Dedi di RSUD Kartini Jepara, Dokter Agus dari RSUD Loekmono Hadi, maupun bagian administrasi ruang ICCU.


Kateterisasi merupakan tindakan medis untuk mengetahui kondisi jantung dengan lebih baik dan lebih jelas, dengan menggunakan alat menyerupai selang tipis yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah arteri tangan kanan atau selangkangan kanan, kemudian selang tersebut diarahkan ke jantung. 

Tangan kanan merupakan pilihan utama dan pertama meskipun area selangkangan juga disiapkan. Jantung akan discan dengan alat setelah proses memasukkan selang selesai. 


Biaya Kateter Jantung dengan BPJS
Persiapan sebelum masuk ruang operasi jantung


Hanya bius lokal saat kateter

Memasukkan selang menuju jantung, rasanya ngeri kalau membayangkan. Masa bisa, sih? Ternyata bisa, lho. Dan pasien hanya dibius lokal sehingga bisa mengikuti instruksi dokter untuk menggerakkan tangan pada saat dibutuhkan.

Selama prosesnya juga banyak canda tawa agar pasien tetap rileks. Beberapa pasien seperti suami saya yang doyan jagong akan menganggapnya cukup menyenangkan. Ia juga membalas guyonan tersebut. "Serasa ikut manggung Srimulat, Ma," katanya, katanya dengan wajah cerah seperti sudah lupa kalau barusan menjalani operasi. 

Karena dalam kondisi sadar, suami juga melihat bagaimana proses memasukkan selang ke dalam pembuluh arteri. Ia terkaget-kaget saat melihat darah menyembur tinggi saat arterinya disayat, dan memerhatikan di ruangan ada beberapa orang yang bekerja sesuai perannya masing-masing. 

Pengalaman satu jam di ruang operasi jantung diceritakan dengan ekspresi seperti habis liburan, karena tak ada ngeri-ngerinya. Mungkin salah satunya karena dia tahu kalau istrinya ini selalu panik kalau melihat/mendengar tentang orang yang terluka. 

Sebenarnya saya tidak takut melihat luka tapi saya bisa merasakan sakit saat melihat/mendengar orang terluka sehingga kadang bereaksi seperti orang takut. Ketika Binbin, anak kedua, mengalami retak tulang, saya mengalami nyeri yang sangat mengganggu di kaki saya selama proses penyembuhannya. Bukan setiap kali ingat tapi memang seakan saya yang sakit. 


Kateter Jantung dengan BPJS 3 hari
Pembuluh arteri ditutup dulu


Kateterisasi jantung tak selalu pasang ring

Memasukkan selang menuju ke jantung memang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi jantung secara akurat. Selang tersebut juga menjadi pengantar bagi cairan kontras yang digunakan untuk mempermudah alat scan membaca data. 
Cairan tersebut akan menyebar ke jantung dan dari sana bisa diketahui bagian mana yang mengalami penyumbatan. Untuk kasus suami saya, ada area yang tersumbat sebanyak 90%. Ada area gelap yang luas. 
Keputusannya adalah pemasangan ring sekaligus. Ukuran 4,7 mm. Panjang juga. Oh tidak, katanya yang terpanjang yang ada di rumah sakit tersebut pada saat itu.
Setelah ring dipasang, tiba-tiba gambarnya seperti akar pohon yang tiba-tiba terlihat. Area yang gelap tiba-tiba menjadi jalur-jalur "sungai" kecil yang sambung menyambung seperti akar pohon.
Saat melihatnya, rasanya sangat bersyukur. Banyak kecemasan menghilang setelah melihat kerja jantungnya membaik. Kami harus memperhatikan pembuluh darah jantung area kiri yang mulai berkerak tapi bisa dilawan dengan obat.


Hanya 3 hari saja untuk kateterisasi jantung

Total menginap di rumah sakit untuk kateterisasi jantung adalah 3 hari. Kalau versi guyonnya, hari pertama disenang-senangkan, hari kedua operasi dan kecemasan, hari ketiga latihan jalan lalu pulang. 


Hari pertama

Hari pertama, 8 Mei kami mulai menjalani prosedur awal kateter pada pukul 14.00 WIB. Dimulai dari tanda tangan lalu masuk ke kamar ICCU. 
Dari jam tersebut sampai pukul 6 pagi suasana hati enak sekali. Bisa hanya berdua dengan suami. Tak ada hawa sakit sama sekali. Pukul 8 malam, kami diberitahu kalau puasa akan dimulai pada pukul 6 pagi. Diharapkan sebelum itu pasien sudah makan sesuatu. Perkiraan operasinya memang ba'da Duhur.
Kebetulan sekali saat itu ruang ICCU penuh. Ada 5 orang dalam satu ruangan besar yang disekat. Tepatnya 3 bed untuk pasien kelas 3 dan 2 kamar tertutup untuk kelas 2. Kami BPJS kelas III, karena keberuntungan naik ke kelas 2 alias di kamar tertutup.
Hari pertama kami mendengar suara tut-tut-tut dari mesin monitor 3 pasien kelas 3. Satu dari mereka sedikit rewel ternyata karena arteri bagian s*l+*ngkang yang dikateter. Memang area yang lebih sensitif, lembab dan pilihan terakhir para dokter. 

Hari kedua

Siang hari tanggal 9 Mei kami menuju ruang operasi. Saya duduk di lobi ruangan tersebut sendirian selama satu jam. Pukul dua siang saya dipanggil untuk menuju ruang pasca operasi. Alhamdulillah, semuanya lancar. Kami menuju kamar ICCU kembali.

Tugas utama kami adalah mengistirahatkan tangan kanan. Tak boleh bergerak sama sekali sampai luka luar menutup. Tubuh juga dipasangi selang-selang yang terhubung pada monitor.

Bukan tugas yang mudah karena suami adalah tipe pekerja alias kuli yang semuanya serba tangan kanan. Beberapa kali tanpa sadar tangannya membuat gerakan sehingga darah merembes. Cukup banyak sehingga saya terpaksa memanggil perawat beberapa kali untuk ganti pad.

Beberapa jam setelah kateterisasi sampai tengah malam adalah periode yang sangat menyiksa bagi suami maupun saya. Suami merasa badannya tidak nyaman dan kepanasan. Sering menggeliat susah tidur. Saya yang anti dingin meringkuk di bawah kasur karena ruangan terasa beku. Dobel pakaian cukup membantu, selama masih dapat tameng embusan angin AC. 

20 jam setelah kateter sudah bisa melakukan aktivitas sederhana 

Saat kami kembali dari ruang operasi, 3 pasien sudah pulang....

Hari ketiga

Pagi pukul lima, segala badai hilang. Semuanya kembali sumringah. Yang sakit sudah terlihat segar bugar kembali. Yang menunggui sudah nyaman dengan segelas teh panas. Kami memang sesederhana itu.
Pukul 7 pagi perawat datang melepas semua selang yang ada. Luka luar juga sudah menutup dengan cukup baik. Sesudah bersih dan memakai baju rapi, kami berdua jalan-jalan keluar kamar ICCU, menuju ke lobby, dan duduk di sana cukup lama. Lega rasanya.

Tanggal 10 Mei 2023, segalanya terasa normal. Senyum sumringah sudah terhias di wajah. Apalagi sudah boleh pulang. Menunggu visit dokter sambil santai di kamar ICCU. 
Dari pasien sebelumnya kami tahu kalau dokter akan visit siang, agak lama setelah Duhur. Hari ini ada 3 pasien kateterisasi jantung.
Benar saja. Pukul 2.30 dokter datang dan mengizinkan kami pulang. Kami diberi beberapa berkas lalu bersalaman dengan para perawat dan dokter jaga. Sayonara, jangan sampai kembali ke sana.

Perawatan pasca kateterisasi jantung

Sampai rumah, saatnya perawatan pasca operasi yang sesungguhnya dimulai. Saat di rumah sakit tak ada yang dilakukan selain duduk dan berbaring atau jalan-jalan di area dalam rumah sakit. 

Di rumah... ada anak yang sangat sayang, ada pintu yang kadang perlu dibuka, ada suasana homey yang bikin terlena. Dan... kalau di rumah sakit makan dengan tangan kiri tak ada anak usia 4 tahun yang heran memandang.

Masih di tambah standar sanitasi di rumah sakit dan rumah kediaman yang berbeda sangat jauh. Di rumah, risiko infeksi dan pendarahan cukup besar kalau pasiennya ngeyel atau lupa karena kebiasaan. 

Menunggu dijemput keluarga untuk pulang ke Jepara 

Saya beberapa kali harus berlari mencegah suami membuka pintu rumah atau penggunaan tangan mencengkram lainnya. Setidaknya perlu 4 hari untuk sangat hati-hati. 

Area tangan kanan tak boleh terkena air selama seminggu, dan perban harus sering diganti. Harus perban steril dan macam lainnya. Sederhana untuk yang sudah biasa, tapi kalau tidak tahu akan berisiko terjadi infeksi luar. Tidak berat, hanya akan sembuh lebih lama saja. Oh iya, harus sering dikompres dengan air dingin pada minggu pertama lalu air hangat pada minggu kedua. Tanpa mengenai lukanya.

Perawatan pasca kateterisasi jantung tidak lama. 7 hari sudah menutup dengan baik dan tangan sudah bisa digunakan untuk kegiatan ringan sehari-hari. 
Yang terbiasa naik motor, bisa mulai area dekat dulu pada hari ke-10. Memang di lengan atas akan menghitam setelah mengendarai motor, tapi bisa hilang dengan kompres hangat. 

Kalau sudah ditulis begini, rasanya sudah tenang. Antara senang sudah menyelesaikan tugas dan lega sudah ngudoroso perasaan yang mengganggu. 

Tak lupa, tentu saja, merasa bersyukur karena pilihan kami untuk mengambil BPJS Mandiri 7 tahun lalu ternyata tepat. Waktu itu alasannya sangat profetik, yaitu ikut urunan skala nasional untuk mereka yang membutuhkan. Bisa dihitung sedekah. Ternyata, malah kami menggunakannya sekarang. Bisa kateterisasi dengan BPJS tanpa tambahan biaya sama sekali merupakan sesuatu yang ajaib bagi kami. 
Perbanyaklah sedekah, karena akan selalu kembali pada kita dengan bentuk yang tak terduga. Yang belum punya BPJS lebih baik disegerakan. Sehat bisa jadi mahal sekali jika tidak disiapkan biayanya.



7 Komentar

  1. Masya Allah, emang tenang setelah menulisknnya ya mbak. Dan tulisannya bisa berguna bagi orng yang nggak tahu. Alhamdulillah suaminya udah sehat kembali ya mbak. Aku juga punya saudara yang pasang 3 ring. Tapi nggak begitu detail ceritanya. Kini aku tahu proses op kateterisasi. Sehat selalu untuk suami.

    BalasHapus
  2. Masya Allah, menghadapi ujian sakit dengan penuh kesabaran dan ikhtiar, hasilnya memang membahagiakan ya Mbak. Aku juga pernah mengalami ketika ibuku sakit kanker. Dengan BPJS sangat tertolong sekali perawatannya. Bahkan di awal-awal setiap kali kemoterapi upgrade ke kamar VIP aja tetap gratis. Semoga senantiasa dilimpahkan kesehatan untuk seterusnya, Mbak Susi dan keluarga.

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah semoga suami sehat terus ya mbak. Mrmamg dengan adanya BPJS sangat membantu biaya perawatan yang tidak sedikit. Saya pun juga selalu menggunakan BPJS.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah.. semoga sehat selalu untuk Mbak Susi dan keluarga. Terima kasih sudah menuliskan pengalaman katerisasi jantung. Penyakit ini masih menjadi momok selain penyakit stroke, kanker, dan diabetes.

    BalasHapus
  5. Masyaallah thank you for sharing, Mbak. Saya bacanya saja ngilu, apalagi yang mengalaminya. Alhamdulillah semua sudah dijalani dengan baik dan lancar. Semoga segera pulih seperti sedia kala.

    BalasHapus
  6. Wah sakit di dada ternyata bisa jadi indikasi sakit jantung. Ngeri juga mba baca ceritanya. Btw makasih banget sudah sharing ini meskipun mba Susi perlu waktu dan proses lama untuk penulisannya. Dan untuk penggunaan BPJS ternyata se- membantu itu yah. Semoga mba Susi dan sekeluarga sehat selalu.

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah ya terbantu banget dengan BPJS proses kateterisasi jantung suami Mbak Susi. Semoga keadaan beliau semakin bugar ya Mbak Susi. Semoga sehat sekeluarga, Mbak Susi.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)