Baru selesai nonton film horor Almarhum. Di bioskop termasuk laku keras, di Netflix apalagi. FIlm ini memfokuskan pada mitos meninggal pada hari Selasa Kliwon. Ada apa dengan hari itu?
Saya gen x yang pernah menjalani kehidupan yang kental mitos di masa kecil. Cukup wajar jika kenal dengan weton dan tradisi masyarakat. Tentu saja karena lokasi tinggal saya di pesisir yang jauh dari metropolitan maupun keraton. Kota kami punya keunikan sendiri dalam hal itu.
Mumpung masih anget, baru selesai menonton film Almarhum, saya tulis saja di Cakrawala Susindra. Berkisah tentang kematian Pak Mulwanto yang disusul istri dan anaknya. Kelihatannya hanya itu tapi aslinya ada pesan yang kuat di sana.
Sinopsis film Almarhum
Pak Mulwanto tergolong orang kaya di desanya. Ia punya kebun yang produktif menghasilkan cuan. Ia punya 3 orang anak:
1. Wisesa, berprofesi sebagai dokter
2. Nuri, sarjana (insinyur)
3. Yanda, lulusan SMA dan ingin membantu garap kebun
Istrinya bernama Bu Rahmi, terlihat muda dan sehat dari usia seharusnya. Di rumah tersebut ada seorang ponakan bernama Ajeng dan seekor kuda bernama Gadis.
Pak Mulyanto meninggal dunia pada hari Selasa Kliwon. Ada mitos di desanya, orang yang meninggal pada hari Selasa Kliwon akan mengajak seluruh anggota keluarganya menuju alam baka dalam waktu 5 hari. Bahasa mudahnya, seluruh anggota keluarga dalam 1 rumah akan meninggal semua dalam waktu 5 hari tersebut.
Pak Kades memberi saran agar keluarga melakukan ritual memecahkan seluruh piring yang pernah dipakai almarhum di sepanjang jalan menuju pemakaman. Anak pertama menolak keras, istri Pak Mul juga terlalu lemah untuk ikut melakukannya. Maka hanya Nuri dan Yanda yang bersedia.
Ternyata Bu Rahmi meninggal, disusul Wisesa. Nurul dan Yanda meminta bantuan pada dukun yang direkomendasikan Pak Kades. Ritual khusus dilakukan, karena mereka ingin memutuskan mitos yang ternyata beneran terjadi. Ternyata ada yang menyebarkan santet di rumah mereka, di kamar-kamar mereka.
Ritual mengembalikan santet dilakukan. Pengirim akan mendapatkan kembali santetnya dan meninggal. Seperti apa hasilnya?
Siapa biang dari kematian tersebut?
Review film Almarhum
Saya berani beri angka 9 untuk film ini karena penggarapannya apik. Hantunya juga konsisten sebagaimana yang dipercayai oleh masyarakat setempat.
Tak ada yang aneh-aneh atau hantu impor dari jagat Insidiuos, Conjuring dan semacamnya. Benar-benar lokal dan mudah dinikmati. Unsur lokalitasnya kental. Di situlah horor sesungguhnya karena sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Derajat keseramannya tidak mengandalkan jumps care, dan itu tak mengurangi unsur horornya. Angkat topi untuk Adhe Dharmastriya.
Fokus pada kekayaan tradisi dan mitos setempat itu sangat penting. Tak perlu impor budaya asing yang booming karena digarap secara franchise padahal tidak logis dan jauh dari lokalitas setempat.
Film almarhum cukup sederhana, yaitu menceritakan kisah sebuah rumah dan sebuah kebun, Sebuah rumah lawas yang apik, keluarga yang bahagia dan cukup terpandang.
Kebudayaan material tergarap dari situ dan percakapannya. Seorang bapak yang ingin anaknya (ketiga) "menjadi orang" vs anak yang ingin bekerja dulu baru kuliah. Kehidupan suami istri yang harmonis juga tergambar di sana.
Ternyata film Almarhum termasuk laku di bioskop, jika melihat dari pendapatannya. Memang tak sedahyat Agak Laen,tapi tertinggi di tahun 2025. Dari Instagram resminya, 720 ribuan penonton pada bulan pertama dan masih berlanjut. Masih di laman yang sama, film ini jadi top ten di Malaysia, tepatnya nomor 6.
Tak heran jika sejak di Netflix tanggal 22 Mei lalu, Almarhum jadi film nomr 2 terlaku.
Misteri di balik kematian Pak Mulwanto
Namanya film horor, namun tetap perlu dicari sebenarnya ada apa dengan kematian Pak Mulwanto itu. Karena penyebabnya adalah konslet alat pemanas di kamar mandi. Penyebab kematian Bu Rahmi juga adalah kejatuhan kipas angin yang ada di atas. Sebuah kebetulan? Atau perbuatan manusia?
Penonton akan secara otomatis tergiring pada Pak Kades yang selalu sigap di sana, menjadi penolong pertama. Tak ada yang menduga jika yang mencelakai adalah orang yang lebh dekat dengan mereka dan punya motif kuat. Belum usai 'o momen' lalu terkuaklah fakta lainnya, bahwa si villain adalah bidak bagi master villain.
Penasaran? Silakan tonton. Meski film horor tapi termasuk renyah dan gurih. Yah... yang penakut tetap takut, sih... apalagi yang takut pocong. Weslah pasti girap-girap dan sulit tidur.
Nah, hantu lokal itu lebih menakuti daripada hantu impor versi Gollum, kan...
Menjadi pembelajar/sarjana itu penting
Yanda ingin membantu bapaknya mengelola kebun. Ia menunda waktu kuliahnya. Hal ini berbanding terbalik dengan harapan bapaknya. Juga beda banget dengan 2 anak lainnya yang jadi dokter dan insinyur. Maka bapak dan anak ini (katanya) sering alot dalam komunikasi tentang pendidikan.
Tak ada salahnya dengan hanya lulus SMA. Hanya saja yanda jadi kurang peka dalam hal mengenali kebutuhan dan ancaman dalam keluarganya. Ia terlalu mudah percaya pada orang yang menurutnya kebapakan dan selalu menjadi pendukung pertama. Itulah pesan lain yang saya tangkap, dan dikonfirmasi di akhir film.
Mitos Selasa Kliwon
Saya baru pertama kali tahu ada mitos orang yang meninggal pada hari Selasa Kliwon akan meminta ditemani seluruh anggota keluarga dalam bentuk kematian berturut-turut selama 5 hari. Tapi itulah uniknya mitos, biasanya sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat dan tidak selalu sama dengan daerah lainnya.
Yang saya tahu, makam orang yang meninggal pada hari itu akan dijaga keluarga (dan orang yang secara sukarela/dibayar keluarga almarhum). Selama 40 hari makamnya akan terang benderang dengan banyak/beberapa orang berjaga. Inilah mitos kematian di hari Selasa Kliwon (dan Jumat Kliwon) di daerah saya.
Zaman dulu, setidaknya sampai 20 tahun lalu, masih sangat kental mitos tali kafan almarhum bisa digunakan untuk menarik kekayaan atau kekebalan tubuh. Mereka akan mencuri tali tersebut. Tentu saja dengan merusak makam. Karena alasan inilah keluarga menjaganya.
Sudah lama sekali saya tak pernah mendengar hal semacam ini lagi. Tak terdengar cerita tentang perusakan makam dengan motif seperti ini. Mungkin karena konten horor lebih memberi cuan daripada mencuri seperti itu?
Bisa jadi kemungkinan orang meninggal di hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon memang tidak banyak. Atau malah sudah banyak yang melupakan tradisi?
Rasanya tidak juga, karena tradisi anak berjalan di bawah jenazah almarhum bapak/ibunya (yang meninggal pada hari Kamis tertentu) sebelum meninggalkan rumah masih dilakukan. Itu masih dilakukan sampai sekarang.
Adapun menjaga makam selama 40 hari sudah sangat jarang bahkan lama tidak saya ketahui kabarnya. Sangat mungkin karena sudah jarang yang bersedia melakukannya tanpa pamrih dan dananya sangat besar. Jadi kemampuan ekonomi berbicara di sini.
Sependek yang saya tahu, Selasa Kliwon memang hari yang sering dimitoskan. Kelahiran Selasa Kliwon misalnya, dikatakan sering ber-balung kuning alias indigo.
Mitos lain yang bagis adalah ada yang menyatakannya sebagai penarik kekayaan alias membuat ekonomi keluarganya meningkat drastis. Selasa Kliwon disebut dengan Anggoro Kasih.
Sebelum menulis ini saya berusaha mengingat film horor lainnya yang mengangkat tema hari Selasa Kliwon. Tentang seorang gadis berweton itu yang dijebak agar bisa membebaskan entitas berbahaya di sebuah keluarga tua. Aduh saya benar-benar lupa judulnya. Apakah ada yang ingat/tahu judulnya?
Sebelum diakhiri, saya serius bertanya, "Apakah saat penguburan, istri dan semua anak ikut "mengantar" ke makam?" Di daerah kami istri tidak boleh ikut, dan harus ada anggota keluarga yang tetap di rumah selama pemakaman dilakukan.
0 Komentar
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)