Tempe semangit/wayu adalah menu favorit banget Susi & Ibu. Sejak kecil, Susi terbiasa menyantap hidangan ini. Sudah sejak 4 hari yang lalu Susi mengangankan memasak tempe semangit yang ada di kulkas. Tapi baru malam tadi Susi bisa memasak menu favorit ini.
Awalnya sih ragu. Tempe ini sudah bertahan di kulkas selama 10 hari. Apalagi bau dan warnanya sudah berubah, tidak seperti bau tempe semangit seperti biasa. Karena pengen, Susi masak jadi sambal tumpang sedikit saja & berpesan, jangan ada yang ikut makan tempe ini.
Benar saja. Tak sampai satu jam, kepala Susi pusing & perut terasa panas. Sekeliling Susi berputar-putar seperti komedi putar, tapi minus sakit kepala seperti jika kepala migren. Karena curiga, Susi segera minum susu 1 gelas besar. Perut Susi jadi tambah tak karuan rasanya. Jadi pengen muntah. Segera Susi minum susu kedua. Berhasil. Susi langsung muntah-muntah.
Meski pandangan mata susi masih serasa diputar-putar, Susi memberi tahu Papa, jika Susi keracunan. Papa segera telpon teman Papa yang istrinya bidan. Apa obat daruratnya? Antibiotik dan CTM, 2 jam kemudian minum degan kelapa hijau.
Beruntung waktu itu ada Dwi dan Kamal yang main ke rumah. Segera bagi tugas. Papa dan Kamal cari CTM di apotik (karena sudah jam 9 lebih dan mayoritas apotik tutup), dan Dwi meminta Kelapa Hijau Muda.
Segera Susi minum air kelapa muda hijau dan berhasil muntah lagi 2 kali. Lemes banget rasanya. Sisa air kelapa hijau dan daging buahnya aku habiskan segera sebelum istirahat. Sudah jam 10 malam dan badanku lemes banget. Alhamdulillah, paginya Susi bangun dengan badan enteng meski kepala masih berat dan pandangan mata berputar.
Ketika Papa bertanya, “Kapok ga makan tempe semangit?” aku jawab enggak karena bagaimana pun ini tetep jadi makanan favorit. Tragedi tadi malam murni kesalahan Susi yang tidak memperdulikan logika Susi ketika melihat perubahan tempe yang ridak biasa dan tetap mengkonsumsinya.