Move With My Cheese!!

Baca posting Bundit tentang buku Who Moved My Cheese, aku langsung googling. Penasaran banget dengan ceritanya. Alhamdulillah langsung nemu ebook & video-nya. Alhasil, kemarin aku asyik menikmati buku pembangun jiwa tersebut. Hasilnya? I feel better
Ceritanya sih sederhana saja, tentang 2 tikus bernama Sniff & scurry serta 2 manusia kerdil bernama Hem & Haw. 4 karakter ini diceritakan berukuran sama dan tinggal di maze yang sama dan menikmati Keju di Station C. Sebagai tikus, Sniff & scurry hanya dibekali insting sementara Hen & Haw dibekali otak. Untuk cerita lengkapnya silahkan baca di sini
Cheese atau keju di cerita ini bisa berarti apa saja. Perubahan, kebahagiaan, kesuksesan, mimpi & cita-cita kita, bahkan keluarga. Itulah cerdasnya buku ini membidik masalah pelik menjadi sebuah dongeng sederhana namun menggugah. Nah, dalam kasus ini, Susi mengidentifikasikan dengan perubahan hidup Susi. 
Memang wajar jika kita takut akan perubahan. Susi pun demikian. Seminggu ini Susi tengah dibuat resah oleh perubahan mendadak yang harus Susi hadapi tanpa persiapan. Sebuah pemikiran buruk tentang kantor baru mengganggu sekali karena Susi belum siap akan perubahan. Pendek kata, Susi merasa kecewa, terluka, marah, tak dibutuhkan, bahkan diacuhkan. Perasaan ini sangat mengganggu kinerja Susi hingga terbersit pemikiran akan mengundurkan diri. Hmm.... 
Syukurlah setelah membaca buku ini perasaan Susi langsung membaik. Dan Susi langsung mendeklarasikan "I'm ready to move with my CHEESE!"
Pertanyaannya kemudian, "Where will I move?" tergantung kemana perubahan membawaku. Meminjam kalimat sakti di buku ini, "Kehidupan selalu cepat berubah. Semua hal disekeliling kita bahkan apa yang sudah kita miliki bisa berubah sewaktu-waktu. Hanya perubahan itu sendiri yang tidak akan berubah."

14 Komentar

  1. jadi aku harus baca buku itu ya mbak? hehe..

    BalasHapus
  2. Mba Suuuuss, aku kok tersindiri yaa... pengen bgt resign tapi takut akan perubahan ituh, hiks.

    Harus baca buku itu keknya ya..

    BalasHapus
  3. Syukurlah kalo dah merasa baikan.
    boleh tau keadaan seperti apa jelasnya yang membuat mbak susi merasa kecewa, terluka, marah, tak dibutuhkan, bahkan diacuhkan, soal kantor baru nya??

    BalasHapus
  4. Dani: Terima kasih kunjungan perdananya, ya. Blog kamu bagus. ;)

    Mbak Hilsya: Hanya saran, mbak. Tapi ceritanya memang sederhana sekali.

    Mbak Fitri: Perubahan itu pasti. ;)

    Mbak Orin: Maaf kalo merasa tersindir. Yuk kita pikirkan masak-masak perubahan apa yang siap kita hadapi nanti.

    Mbak Desy: Hanya masalah kantor, mbak. Wajar sebagai orang baru seperti saya. Meski usia sudah cukup tua tapi tetap dianggap junior. Hehe...

    BalasHapus
  5. salam kenal....

    kunjung balik ya..........

    BalasHapus
  6. Aku dulu juga pernah punya perasaan yg sama kayak mbak susi, kantor yang mau merger sm orang baru. sudah dipastikan suasananya akan jauhhh berbeda. Dan aku udah mengajukan resign tapi ngga dikasih sm bos. akhirnya aku tetap kerja dgn suasana yg sangat tidak nyaman disaat aku lagi hamil. Setiap hari di kantor ada aja kejadian yang bikin jantungku deg2an.....alhasil sekarang anakku jadi kaget2an krna waktu hamil mamanya stress......

    BalasHapus
  7. yup, semangat perubahan!.. itu inti dari buku who moved my cheese..

    ayoo jeng Susi, semangaaat... goodluck buat kantor barunya. semoga jadi lebih semangat, ceria, dan sukses serta untung banyaak, hehehe.

    BalasHapus
  8. Mbak Nia: Kelihatannya sepele, tapi tetep mengganggu ya mbak? Hehe.... kalo aku sih menyamakannya dengan seperti menyilet telapak kaki kemudian memakainya berjalan telanjang kaki di tanah. Sangat kecil & tak ada artinya, tapi terasa nyeri dan konstan. Hihi....

    Gaphe: Makasih ya semangatnya. Kamu memang paling top kalo masalah pede & keceriaan.

    BalasHapus
  9. senyum, syukur dan semangat... :)

    BalasHapus
  10. pengen ikutan baca juga jadinya

    BalasHapus
  11. Mas Sumarno: Terima kasih sudah datang. Siap ikut kontesnya. ;)

    Mas Prima: 3S yang indah dan damai.

    BalasHapus
  12. Memang paling sukar menerima perubahan ketika kita telah berada di zona nyaman ya mbak...

    Yang semangat mbak Susi! God bless u!

    BalasHapus
  13. loh komen ku ga ada ya disini, padahal udah nulis. aku juga punya mbak buku ini

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)