Keinginan Hati


Wanita tua itu tekun membuat kasur. Ia dikenal sebagai pembuat kasur terbaik di kampungnya. Dari kasur ia berhasil menghantar anaknya Bagus sebagai pegawai negeri di kota.
Berkali-kali Bagus membujuknya tinggal di kota. Bujukan terberat adalah ganteng-lucunya Binbin sang cucu. Badan gempal, celoteh lugu. Tak mudah diabaikan. Siapa yang mengerti keinginan terdalam hatinya?

Menanti  nafas terakhir di rumah yang sama dengan sang suami tercinta. 

20 Komentar

  1. Keinginan hati seorang ibu memang kadang tidak kita mengerti sebagai anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kadang sulit dimengerti.
      Sebagai anak dengan 5 ibu yang tergolong sepuh, saya harus mengakrabi keinginan terdalam mereka.

      Hapus
  2. Yah setiap orang tua pasti ingin selalu bersama-sama anaknya tapi setiap orang tua juga ingin tetap di rumahnya, tempat semua kenangan bermula.

    Tulisan yg sangat menyentuh mbak ...

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas partisipasi sahabat
    Segera dicatat sebagai peserta Kontes Unggulan;Enam Puluh Tiga
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  4. sedih ya mbk,jadi inget iklan itu di tv.... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengalami ini, mbak Hanna? Sulit membujuk ibu?

      Hapus
  5. loh itu mbahnya Binbin mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boten, uncle.
      iseng memasukkan nama anak sendiri. :p

      Hapus
  6. Selamat pagi sahabat tercinta,
    Dengan gembira saya sampaikan bahwa Anda menjadi salah satu blogger yang mendapat tali asih pada Kuis Tebak Nama Model di BlogCamp.

    Terima kasih

    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  7. Ingat nenek di kampung. Tidak mau diajak tinggal bersama karena tidak mau meningggalkan kampung halaman.

    BalasHapus
  8. Paling nyaman ya tinggal bersama suami tercinta dan ditemani cucu2. . .
    Tetaplah semangat, Mbah. .

    BalasHapus
  9. good luck ya mbak, aku belum buat udah mepet ya :)

    BalasHapus
  10. sedih, jd inget haji muhidin yg punya cucu si habibi dan ditinggal istrinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan sedih..... biarlah kesedihan itu milik haji Muhidin saja. :)

      Kita bicarain sinetron kan ya?

      Hapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)