Berburu Bunga Hydrangea di Desa Tempur Jepara

Membaca judul Berburu bunga hydrangea di desa Tempur Jepara terasa bombastis, ya. Masa sih berburu bunga. Apalagi bunga Hydrangea atau orang Indonesia lazim menyebutnya bunga Bokor mudah ditemukan di sana. FYI, para florist Indonesia menyebut bunga ini Hortensia, karena di Perancis, bunga cantik ini disebut Hortensie. Tapi, jika menilik perjalanan menuju ke sana (terutama niat dan kesempatan), kata berburu layak disematkan. Butuh kendaraan prima untuk menempuh jalan berkelok menanjak. Terkadang, ada bonus tikungan+tanjakan tajam yang membuat mesin kendaraan menderu dan bau karet terbakar menjadi teman perjalanan. Tetapi jalan istimewa ini akan kita temukan jika naik ke arah dukuh Duplak yang menjadi dukuh tertinggi di desa Tempur. 


Pasca tes semester I lalu, tepatnya tanggal 16 Desember 2016, kami sekeluarga mendadak ikut piknik ke sana bersama dengan teman-teman dari Rumah Belajar Ilalang. Saya katakan mendadak karena memang persiapan hanya 1 hari. Bahkan saat ke sana pun saya lupa bawa jaket. Alhasil, The 4th Susindra tidur di kaki gunung memakai baju biasa seperti saat berada di rumah dekat pantai. Untung bawa sarung, jadi anak-anak punya pelindung kecil. Dingin? Tentu saja. Tetapi warga desa yang jadi tuan rumah menawarkan kamar anaknya yang hangat plus selimut tebal. Alhamdulillah…. 

Singkat cerita, kala mentari masih berusaha menepis dinginnya udara pegunungan, saya dan teman-teman mengusir dingin dengan berjalan pagi. Luar biasa melihat bunga-bunga Hydrangea tumbuh di tepi jalan depan rumah warga. Gerombol besar bunga warna-warni tersebut sangat memikat. Kebetulan banget, Minggu lalu saya ikut pelatihan fotografi dengan pembicara lokal bernama Mas Akrom. Lumayan bagi saya yang belum menguasai teknik foto dengan baik. Man behind the camera - katanya menyemangati kami. Memang siapa orangnya yang memegang alat sangat menentukan, makanya perlu banyak latihan. Dengan kamera HP yang saya miliki, begini hasilnya. 

Candid by anak lanang

Baiklah, saya ikut berfoto meski belum mandi apalagi bedakan
Inilah foto-foto jepretan saya yang masih bisa dikatakan aspret karena belum memahami konsep komposisi, pencahayaan, angle dan sebagainya. Semua baru saya pelajari lima hari lalu di pendopo Pecangaan Jepara (meski pelatihan tersebut masih sebatas pengenalan definisi – saya tinggu pelatihan keduanya, Mas Akrom!)

Warna-warni bunga Hydrangea

Meski keriput eh usia tak bisa berbohong, bunga ini tetap cantik
Bunga di atas berjenis H. macrophylla dengan ciri khusus yaitu mempunyai bunga berwarna hijau, biru, putih, kuning, merah jambu dan ungu dalam 1 pohon. Menurut yang saya pahami, warna-warna tersebut sangat tergantung pafa PH tanah dan unsur alumunium yang dilepaskan tanah. Ketika kuncup, bunga berwarna hijau muda. Ia akan berubah menjadi putih ketika mulai mekar. Saat mekar sempurna, warnanya menjadi biru muda, lalu menjadi ungu dan saat akan rontok, warnanya menjadi merah jambu. Luar biasa, bukan?

Warna bunga hydrangea saat kuncupnya baru mekar

Perbedaan warna bunga Hortensia tampak lebih jelas
Semua bunga di atas saya foto menggunakan kamera HP saja. Lumayan banget, ya...

Bunga Hydrangea dengan HP lain di bulan Agustus di lokasi yang sama
Bagaimana? Mau berburu bunga Hydrangea di desa Tempur Jepara? Bonus sawah terasering yang sangat indah, wanginya bunga kopi, suara riuh-merdu belalang, hasil palawija yang lebih gurih dan besar, serta keramahan khas warga sana yang luar biasa bisa kamu nikmati. Percaya, tidak, jika saya katakan, “Salah satu adat yang dipegang warga Tempur adalah, jika ada tamu, mereka harus pulang dalam keadaan kenyang dan puas ngopi” karena ada teman saya yang membuat riset budaya di sana dan mendatangi 5 rumah warga, mereka makan nasi 5 kali. Saya sudah 2 kali ke desa ini. Setiap pindah rumah, memang akan disogati nasi dan lauk sederhana. Alhamdulillah. Semoga keramahan khas Tempur ini akan langgeng dan tidak terkontaminasi efek gagap pariwisata yang kadang menjadi PR besar bagi kita semua, baik wisatawan maupun warga yang tinggal di destinasi wisata. Aamiin

11 Komentar

  1. Mbak, ini kalau bunganya di tanam di dataran rendah bisa gak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. belum tahu, Mbak. Kemarin saya minta ke warga, 1 batang (bisa stek batang/daun). Semoga bisa berbunga

      Hapus
  2. baru tahu nama bunganya Hydrangea. DI rumah ortu di kampung ada beberapa varian bunga. dan paling seneng bunga ini tahan lama dan tak mudah rontok...

    desa tempuraya pasti jadi makin cantik ya mba dengan kehadiran bunga2 cantik ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, cantik sekali.

      Nama Hydrangea lebih ngehits, makanya saya pilih sebagai judul. di Indonesia namanya bunga Pancawarna atau bunga bokor

      Hapus
  3. di desa saya disebutnya pancawarna mba. dulu ada di taman. sekarang lenyap. mungkin hawanya dah ga cocok. lihat lagi pas naik gunung di dieng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang menyebutnya pancawarna juga, Mbak. Juga bunga bokor, bunga 3 bulan, dll.

      Hapus
  4. sekaraang senyumnya sudah agak lebar,,,hahahaha lama gak dolan.....kangen ihh

    BalasHapus
  5. Tidak boleh. Itu bagian dari bunga di tepi jalan, tetapi sekaligus penghias wajah desa

    BalasHapus
  6. aku juga suka bunga ini mbak
    banyak di daerah dingin ya, lebih cerah warnanya
    terakhir ketemu di Rumah Puisi Taufik Ismail dan di Dieng

    BalasHapus
  7. Bunga ini setiap jam berganti rupa lho..kalau orang tua dulu menyebutnya kembang seribu warna, karena dalam sehari bisa berganti warna sesuai intensitas cahaya matahari

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)