Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019)

Sudah lama saya tidak menulis tentang drama wuxia-nya Jin Yong atau Louis Cha, padahal masih setia menonton remake-nya yang selalu diulang-ulang dengan segara sisi kemungkinan. Versi terakhir yang saya tonton adalah Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019) dan saya tulis di sini saja sebagai pelepas rindu.

Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019) ala susindra


Saya pernah jadi fans beratnya Trilogi Jin Yong atau Trilogi Rajawali karena selalu ada versi barunya. Setelah tahun 2009 saya memutuskan untuk tidak sebegitunya mencintai kisah pemanah rajawali dan keturunannya ini. Bukan bosan tapi banyak drama kolosal lain yang tak kalah bagus sementara waktu tonton saya tidak banyak. Tapi jangan salah, saya tetap meluangkan waktu untuk menonton semua versi yang ada. Alasannya karena selalu menarik dan menyajikan sesuatu yang baru. 

Kali ini Cakrawala Susindra akan mengulas drama yang tayang dua tahun lalu, karena baru selesai menonton kembali. 

Review Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019)

Trilogi Rajawali

Saya belum pernah membaca novel Trilogi Rajawali sehingga tidak tahu apakah cerita yang baru dalam setiap versi sebenarnya ada di novel atau interpretasi fans Jin Yong. Yang jelas, di seluruh dunia, drama ini sangat populer dan biasa disebut The Condor Trilogy.

Teman-teman yang familiar dengan nama Kwe Ceng, Yoko, dan Thio Buki akan bisa menebak ke arah mana saya menulis. Mereka bertiga adalah bagian dari Trilogi Rajawali, yang dieja dengan dialek Hokkian. Dialek yang akrab dengan kita pada zaman sebelum era digital menyerang. Sekarang mereka berganti nama menjadi Guo Jing, Yang Guo dan Zhang Wuji yang menggunakan bahasa Mandarin Pinyin

Trilogi ini menurut genre-nya termasuk drama wuxia. Sebuah nama untuk drama Mandarin yang memiliki banyak adegan pertarungan menggunakan silat. Pasti tahu lah kalau film atau drama silat Cina adalah yang terbaik sejak lama sampai sekarang.

Latar belakang sejarah

Agak rumit juga ketika bicara tentang latar belakang sejarah dari drama yang ada dalam Trilogi Rajawali. Mungkin mudahnya begini:
  1. Trilogi pertama tentang si pemanah rajawali berada pada masa perang antara bangsa han yang diwakili oleh Kerajaan Song Selatan dengan Kerajaan Jin dari bangsa Jurchen. Perang ini memisahkan Guo Jing (Kwee Ceng) dan Yang Kang (Yo Kang) dengan keluarganya. Kedua orangtua mereka saling bersumpah akan menjadikan anak mereka kakak beradik atau suami istri. Guo Jing diadopi keluarga kerajaan Mongol sedangkan Yang Kang diadopsi oleh keluarga pembesar dari Kerajaan Song Selatan. Kerajaan Jin memang sudah kalah perang.
  2. Trilogi kedua menceritakan tentang anak dari Yang Kang dan bagaimana pamannya, Guo Jing berusaha menepati janji akan mengasuh Yang Guo (Yo Ko) sendiri, terlepas dari semua kejahatan ayahnya. Periode ini menceritakan tentang usaha mempertahankan kota Xiangyang yang menjadi benteng terakhir negeri Song, melawan negeri Mongol yang digambarkan masih barbar. 
  3. Trilogi ketiga menceritakan tentang perlawanan sisa-sisa pendekar melawan banga Mongol, sampai kemudian munculnya Dinasti Ming yang baru. Jedanya cukup lama dan keturunan yang muncul adalah putri dari Yang Guo (Yo Ko) yang hidupnya abadi karena selalu berada di dalam gua. Ia tentu mewarisi kecantikan dan kemudaan ibunya. Oh iya, partai Kaipang atau partainya para pengemis menjadi salah satu penyambung cerita juga.


Novel Trilogi Rajawali

Menarik untuk diketahui bahwa drama Cina Legend of Condor Heroes sampai The Heaven Sword and Dragon Saber merupakan sebuah novel trilogi klasik yang dibuat pada masa awal-awal negara kita merdeka, yaitu:
  1. Legenda Pendekar Pemanah Rajawali/The Legend of the Condor Heroes/射鵰英雄傳, terbit tahun 1957.
  2. Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali/The Return of the Condor Heroes/神鵰俠侶, terbit tahun 1959.
  3. Kisah Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga/The Heaven Sword and Dragon Saber/倚天屠龍記, terbit tahun 1961.
Meski novel lawas, setiap kali dibuat remake-nya akan selalu menyajikan hal baru. Agar sedikit membedakan, judulnya divariasi sedikit. Bisa ditebak dari judul drama yang saya bahas ini, dong? Dari The Heaven Sword and Dragon Saber menjadi Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre. Harus disematkan tahun karena jumlah versinya terlalu banyak. Hampir tiap 5 tahun ada versi baru, sejak saya masih belum lahir. Yap! Drama perdananya, versi Hong Kong, tayang pada tahun 1978. Siapa yang sudah lahir?

Versi keduanya, yaitu versi Taiwan, rilis pada tahun 1984. Versi ketiga, Hongkong, rilis tahun 1986. Lalu versi empat, Taiwan, rilis tahun 1994, dan seterusnya dan seterusnya. Kali terakhir berjeda tak sampai 5 tahun, CMIW. 



Buku strategi perang yang melegenda

Perebutan Buku Wuwu alias buku strategi militer tulisan dari Jendral Besar Yue Fei yang hilang selama lebih dari 100 tahun lamanya. Buku ini menjadi legenda saat Guo Jing alias Kwee Ceng yang super duper lugu bisa mempertahankan kota Xiangyang. Ia menggunakan strategi dari buku tersebut. Jika orang seperti Guo Jing saja bisa sehebat itu - wait! memang dia hebat! - bagaimana orang tidak memimpikan punya, sehingga menjadi penguasa dunia. Pada akhirnya memang buku ini dimiliki oleh Zhang Wuji dan ia bisa memberangus habis bangsa Mongol sehingga bangsa Ming yang agung terlahir.

Intinya memang di situ sih, sobat Cakrawala Susindra

Pemeran yang sempat disepelekan

Tak mudah memerankan tokoh yang sudah melegenda jauh sebelum ia lahir. Maka Joseph Zeng yang berpipi cabi dianggap kurang bagus memerankan tokoh Zhang Wuji. Padahal sih itu idealisme tiap fans yang punya gambaran sendiri tentang tokoh yang dia cintai. Meski akhirnya sukses juga, kaaan... dan banyak yang jatuh cinta pada male lead drama ini.

Bagaimana dengan female lead? Yukee Chen termasuk yang susah payah menanjakkan kariernya. Dia beruntung bisa bermain all out sebagai Zhao Min, si putri bangsawan Mongol yang licik tapi welas asih. Kelihatannya drama ini yang membuka pintu judul-judul selanjutnya, cmiw. Pengetahuan saya tentang artis Cina memang masih minim. 

Pasti ingat dong pada si cantik murid Emei yang sejak kecil mencintai Zhang Wuji. Ia anak yang manis dan tulus namun karena badai cinta membuatnya jadi jahat. Yoi, Zhou Zhi Rou alias Ciu Cijiak. Ya ampun aya generasi old yang lebih familiar dengan nama Cijiak......
Si cantik bambi Zhu yang memerankannya.

Zhou Zhirou alia Ciu Cijiak


Sebagaimana diuraikan di review, drama Cina Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre adalah bagian ketiga dari Trilogi Rajawali karya Jinyong namun mempunyai jarak 100an tahun dari bagian ketiga. Relasinya ditunjukkan di awal, yaitu Guo Xiang berkelana mencari Yang Guo, akhirnya menyerah dan mendirikan Padepokan/Sekte Emei. 

Di cerita ini, Gui Xiang telah lama meninggal dan partainya telah memiliki penerus yang banyak serta menjadi salah satu padepokan yang terkemuka. 
Ternyata tak seperti semangat pendirinya, padepokan ini - beserta padepokan lainnya - nyaris hancur oleh keinginan mendapatkan rahasia Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit, ditambah dengan serangan bangsa Mongol. Sebuah legenda menyatakan siapapun yang memiliki kedua benda itu, akan menjadi penguasa dunia. 

Saya sedikit berspekulasi, tanpa upaya mengusir bangsa Mongol pun, keserakahan akan menghancurkan semua padepokan yang ingin menguasai dunia untuk diri sendiri.

Sinopsis Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019)

Satu dari 7 pendekar Wudang, Zhang Cuisan, menghilang tanpa jejak selama bertahun-tahun setelah turun gunung untuk menyelidiki suatu kasur. Di sisi lain, sekte sesat juga kehilangan putri mereka, In Soso. Lama kemudian diketahui bahwa keduanya kembali dari Pulau Es Api, dengan membawa seorang anak bernama Zhang Wuji. 

Wuji kecil dan ibunya yang cantik


Kemunculan mereka bertiga membawa kembali gejolak untuk memperebutkan Golok Pembunuh Naga dan Pedang Langit. In Soso diketahui pernah membawa pedang itu, sementara Wuji kecil tanpa sadar mengucapkan satu kalimat yang dapat dihubungkan sebagai Xie Xun, pemilik golok tersebut.

Kedatangan Zhang Cuisan dan anak istri di Daratan Cina sangat singkat. Semua orang dengan alasan agung memaksa mereka membuka rahasia dua benda pusaka tersebut. Kedua suami istri bunuh diri, meninggalkan Wuji yang terkena racun dingin di padepokan Wudang. 

Wuji keluar dari padepokan untuk meninggal namun diselamatkan oleh Zhou Zhirou. Mereka berpetualang sebentar namun kembali terpisah. Wuji pergi ke tabib sakti bernama Hu Qingniu. Si tabib aneh tersebut tak mau mengobati Wuji  dan semua pasien karena sesuatu hal, dan si Wuji kecil berupaya mengobati diri sendiri. Di sana ia bertemu dengan Yang Buhui dan ia berjanji pada ibunya akan mengantar ke rumah ayahnya.

Zhang Wuji


Lagi-lagi Wuji berpetualang, setelah tugasnya mengantar Buhui selesai. Dia tahu hidupnya tak lama. Dia sampai di keluarga Zhu dan tinggal bersama mereka karena mengira sahabat dari ayah angkatnya Xie Xun Si Singa Emas. Ternyata mereka keluarga licik yang jor-joran meyakinkan Wuji untuk mengantar mereka menyelamatkan Xie Xun. 

Wuji berhasil melarikan diri. Nasibnya bagus, saat terjatuh ke dalam celah dinding tebing, ia menemukan ilmu "Tenaga 9 Yang" (Matahari) sehingga racunnya hilang. Namun kakinya patah saat keluar dari sana. Tak ada cara lain selain mengikuti alur dan bergabung bersama rombongan sekte Emei menuju ke padepokan kakeknya. 

Lagi-lagi nasib baik datang. Saat berada di Sekte Ming, ia terperangkap di gua dan hanya bisa keluar jika berhasil menguasai ilmu "Menaklukkan Langit dan Bumi". Ia berhasil keluar tepat waktu saat sekte milik kakeknya hampir dihancurkan oleh para pendekar lainnya, bahkan bisa mengalahkan semua tetua yang ada. 

Wuji sudah jadi sakti dan ia mendapat mandat menjadi pemimpin Sekte Ming dan membawa mereka kembali ke jalur kepahlawanan, yaitu melawan penjajah Mongol. Prioritas pertama adalah menyelamatkan Xie Xun. Di jalan mereka menyadari bahwa semua pahlawan diserang dan Wuji segera ke Wudang. Ia berhasil menyelamatkan semuanya dan mendapat ilmu baru dari Samfeng, yaitu juru Taici. Makin sakti lah dia. 

Kalau sinopsis ini diteruskan, intinya sama seperti drama Pedang Pembunuh Naga. Memang ada revisi-revisi yang cukup membedakan, tapi kalau diceritakan global terasa sama. Yang jelas sih, drama Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019) ini pakai edisi revisi tahun 2005. 

Jadi lebih baik menonton saja, ya. Bagus, kok. Ga nyesel deh, meluangkan waktunya. Kalau mau menonton judul-judul lainnya, boleh banget membaca di kategori film dan drama ala Susindra.... 


24 Komentar

  1. selalu bikin happy sih menonton film kungfu klasik seperti ini. Saya selalu terpesona dengan fashion dan gerakan kungfu yang lemah gemulai. keren banget menurutku bahkan terkadang mengabaikan jalan cerita hihihi

    BalasHapus
  2. Sepertinya menarik untuk di tonton film Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre. Kebetulan, saya penyuka film-film yang berlatar belakang jaman kekaisaran China dan lainnya yang se masa-masa itu. Apalagi efek "masa lalu" terlihat hidup dengan kostum dan segala perniknya, bisa betah nonton berjam-jam. Klo filmnya bagus, kadang saya lihat lebih dari sekali.

    #Otewe cari film Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre ini ah

    BalasHapus
  3. Berat tontonan Mbak Susi beraaat, nggak jauh2 dari sejarah. Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre ini rekomen banget deh buat pecinta sejarah.

    BalasHapus
  4. Woow...
    kak Susi, ini Trilogi Rajawali karya Jinyong gak main-main yaah... Sudah melegenda lama banget dan menjadi bagian dari kisah orang China sendiri. Apakah ada bagian yang tampak mengecewakan, kak Susi?

    Atau ...semua oke karena kak Susi penikmat drama sejarah?

    BalasHapus
  5. Saya baru tahu, bahwa ternyara trilogi. Hanya tahu Legend of the Condor Heroes saja. Apalagi hingga ada remake, menarik untuk ditonton.

    BalasHapus
  6. Klo kisah klasik negeri manapun selalu menarik dan kostum serta tata rias wajahnya itu terlihat perfect klo di TV

    BalasHapus
  7. Menarik untuk ditonton. Add to watchlist. Saya suka film-film/series bertema fiksi sejarah. Karena selalu total dalam hal penataan artistiknya.

    BalasHapus
  8. Daku baru tahu ternyata kisah Return of The Condor Heroes itu trilogi ya. Engehnya itu, pokoknya kisah Yoko aja, haha. Menarik memang kisah trilogi ini

    BalasHapus
  9. Tayang pada tahun 1978, waduh saya masih dimana ini ya mba. Belum nampak hehehe...
    btw lebih ke sejarah ya ini, hmm okedeh :))

    BalasHapus
  10. Dulu pernah ada series pendekar rajawali. Skh versi lain yg dikemasi secara modern

    BalasHapus
  11. Film film kisah kolosal sepertimu saya suka. Semacam mengetahui dan mempelajari tradisi, budaya dan kearifan lokal suatu bangsa atau daerah menurut saya.

    BalasHapus
  12. penasaran ama Mbak Susi, satu minggu habis berapa film ya, rekomendasinya bagus bagus banget sih. jadi punya panduan sih ya

    BalasHapus
  13. Kayaknya seru ya jadi penasaaran pengen nonton nih, makasih ya mbak rekomendasi drama koreanya

    BalasHapus
  14. Aku juga suka sama drama kolosal, apalagi cerita kerajaan2 zaman dulu gitu aku suka. Seneng aja gitu lihat arsitektur bangunan, fashion dan ceritanya tentu saja. Tapi memang sekarang2 agak susah ngikutin setiap episode secara utuh, apalahi klo ceritanya panjang banget. Jadi kadang akhirnya suka menclok2 aja nontonnya di beberapa episode heheheh.

    BalasHapus
  15. Ya Allah ini lanjutan yoko sama bibi lung? duh masa kecilku dipenuhi sama kweceng sama yoko karena tontonanku kedua drama tersebut gara2 bapakku nyetel mulu hiehih. nontonnya dmn mbak susi?

    BalasHapus
  16. jadi inget masa SD aku masih ngikutin cerita yang seperti ini, kalo sekarang ini,agak berkurang nih, hehehe, padahal dulu secinta itu sama serial yoko

    BalasHapus
  17. Film kungfu gini emang menarik ya mbak. Aku sejak dulu diracun sama adikku, dia hobi banget nonton film kolosal Tiongkok gini

    BalasHapus
  18. Ini berarti remake dari Yoko zaman dulu kala itu ya mbak? Aku dulu suka film2 sejarah begini, tapi entah kenapa tahun ini seleraku agak berubah... mungkin karena belum nemun film sejarah yang klik di hati. Pengen juga nonton drama Mandarin sembari mengingat kosa kata yang pernah dipelajari zaman SMA, tapi kok sekarang telinganya lebih klik sama Korea, gara2 keseringan nonton drakor hihi.

    BalasHapus
  19. Aku dulu demen banget sama film seperti ini.. kayak dulu ada phai su chen, yoko so yoko. Sekarang udah ga terlalu sempat nonton2 ginian lagi :(

    BalasHapus
  20. Ceritanya penuh dengan petualangan dari satu ke yang lainnya. Suka nih apalagi biasanya selalu ada cerita ketika dalam mendapatkan kekuatan, alur ceritanya nggak bakal bosenin juga ya

    BalasHapus
  21. Mbak, rekomendasi filmnya seru. Apalagi kalau ditonton bareng keluarga, bakal bikin betah dan nyaman nontonnya.

    BalasHapus
  22. Wess racun ini mah..
    Aku masukin wishlist dulu ahh, ntar ku tonton jadi penasaran gara2 review-nya..

    BalasHapus
  23. Paling suka deh nonton kalau genrenya kayak gini apalagi pemainnya cantik dan ganteng, baca sinopsisnya seru deh kudu nonton ini

    BalasHapus
  24. Halo, HSDS 2022 sebentar lagi mau rilis loh, apakah akan lebih bagus?

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)