Hujan sedari pagi. Dinginnya lumayan bagi saya yang tidak seberapa tahan dingin. Rencana hari ini sebenarnya adalah gardening day dilanjut ironing day. Sok keminglish, ya. Hihihi. Ternyata tidak bisa. Giandra memutuskan duduk di meja setrika. Alih-alih jengkel, saya ke dapur dan mencoba resep boci enak yang saya lihat di Youtube. Eksekusi aja deh. 



Sebenarnya saya agak khawatir kalau hasil boci akan keras. Kebetulan saya pernah mencoba membuat cilok dan wow alotnya. Saya jarang memperhatikan benar takaran bahan makanan yang dipakai di demo atau resep. Seenaknya dan seadanya saja. Hasil membuat cilok tanpa isi yang keras akan saya masak kembali dengan bumbu rica-rica. Pedas dan enak.

Enak bagi keluarga Susindra kami mungkin beda. Bagi kami enak berarti bisa dimakan karena tidak basi. wkwkwk. Memiliki keluarga yang nerimo makan apa saja memang rezeki sendiri dan membuat saya tidak segan mencoba-coba resep baru. Selalu ada yang makan sampai habis.


Hujan di bulan Juni

Masih ingat puisi Pak Sapardi Djoko Damono berjudul "Hujan Bulan Juni"?

Hujan Bulan Juni


Tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu


Membaca puisi ini kembali membawa sebuah kekaguman akan sosok beliau. Luar biasa dalam.

Orang awam akan mengatakan tak mungkin ada hujan di bulan Juni. Muskil. Itu adalah bulan kemarau. Tapi dalam puisi tak ada yang mustahil. Ada makna-makna mendalam di sana yang terkadang membutuhkan kepekaan rasa.

Sayangnya saya bukanlah orang yang peka rasa. Hanya pengagum saja. Hanya pencari makna dan akhirnya tahu bahwa puisi tersebut menyampaikan ketabahan seseorang yang harus menahan semua rasa cinta dan rindunya pada yang terkasih dan merelakannya. 

hujan bulan juni


Tapi memang, hujan di bulan Juni itu istimewa dengan caranya. Ia datang dengan alasan yang tidak biasa. Bisa dikatakan anomali. Dan hujan bulan Juni ini akan kita dapatkan sampai akhir bulan Juni. Masyaa Allah. Saya salah satu yang sangat bahagia dengan hujan di bulan ini. Setelah kecemasan berbulan-bulan, jika air sumur tidak cukup.... setelah kecemasan berbulan-bulan akan fenomena kemarau panjang.

Bisa dikatakan ini adalah berkah pandemi, yang membuat ribuan pabrik sempat berhenti beroprasi sekian waktu, memberi waktu pada bumi untuk recovery. Benarkah? 

Fenomena peralihan angin monsun dari monsun barat ke monsun timur memang terjadi pada akhir Maret lalu, sehingga kemarau sudah menemukan panggungnya pada bulan April. Bulan lalu panasnya juga sangat terasa. Lalu tiba-tiba mendung berhari-hari disusul hujan hampir tiap hari. Apa yang terjadi? 

Apa yang menyebabkan hujan masih turun, meski saat kemarau?

Mengutip penjelasan Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Pak Supari: 

"Hujan tidak hanya masih turun di Pulau Jawa, namun di banyak wilayah Indonesia barat dan tengah. Setidaknya ada 2 hal yang mendasari hujan di bulan Juni ini. 1) data aliran udara lembab menunjukkan bahwa sumber uap air yang menjadi sumber kejadian hujan ini dari Samudera Hindia, dan diduga terkait dengan gejala IOD negatif yang saat ini berkembang di Indian Ocean, 2) adanya gangguan gelombang atmosfer yang terjadi secara bersamaan, yaitu equatorial rossby wave yang berkontribusi meningkatkan potensi hujan di wilayah Indonesia."

Hujan di bulan Juni ini, adakalanya membawa saya pada sebuah pemikiran mungkinkah bumi berduka karena banyak manusia yang meninggal? Mungkinkah ia manifestasi dari tangis bersama mereka yang ditinggalkan? Entahlah. Bulan Juni ini angka kematian memang meningkat sangat tajam. Nyaris tiap hari ada yang meninggal, dan banyak tikungan yang mengibarkan bendera kuning, susul menyusul.

Dingin dan imunitas yang melemah

Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya memiliki alergi dingin karena tidak disertai biduran. Tubuh saya hanya merespon dingin dengan berlebihan jika dibandingkan dengan orang normal lainnya. Ketika seseorang, katakanlah suami dan anak-anak masih nyaman dengan hawa dingin tertentu, saya membutuhkan jaket, kaos kaki dan langsung terkena beberapa penyakit khas yaitu demam, flu, dan tulang linu. Beberapa kali disertai sakit gigi. Dua yang terakhir agak jarang terjadi. 



Hujan dan udara dingin yang terjadi sebulan ini membuat daya tahan tubuh melemah. Banyak penyakit yang menjadi lebih mudah menyerang. Batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan mengambil porsi terbesar. Bagaimana lagi? Ketiadaan matahari membuat virus bergerak bebas ke tubuh-tubuh yang imunitasnya menurun. Ketiadaan sinar matahari juga melemahkan imunitas tubuh

Dingin kali ini membuat kasus positif di Jepara memuncak. Grafiknya ngetril gila-gilaan. 

Kami sempat kepikiran apakah kami sudah terkena virus sars-cov ini? Apakah sakit kami adalah gejalanya? Rekan kerja Mas Indra ada yang positif. Di dukuh kami juga ada yang positif dan interaksi di sini masih sangat normal. 

Kami juga beberapa waktu berada di rumah keluarga yang meninggal. Sejak April, ada anggota keluarga kami yang meninggal.

Kami harap dengan tubuh tanpa penyakit penyerta seperti kami akan dengan cepat menghalau virus tersebut jika bertemu. Kami juga membentengi diri dengan aneka tanaman obat dari pekarangan sendiri. Jamu jahe jadi menu harian, sesekali diganti dengan kunir asam. 



Kami menanam belasan polibag rumpun jahe, tapi hanya punya 2 polibag rumpun kunir dan 1 rumpun temu kunci. Hmm... Ternyata kebiasaan berkebun sangat membantu kami.

Ancaman covid tak pernah sedekat ini.


Resep boci rumahan

Aslinya postingan ini untuk memberikan resep boci atau bakso aci, tapi saya keasyikan bercerita tentang cuaca dan dingin. Begitulah kalau membuat tulisan tanpa rencana. Masih sabar menanti resepnya, kan?

Bagi yang belum tahu apa itu boci. Boci adalah makanan kekinian - setidaknya baru muncul tahun 2020 (cmiw) - yang sempat viral. Sebenarnya sampai sekarang masih ada sisa-sisa viralnya. Pandemi memang membuat apa saja dengan cepat viral lalu tergantikan yang lainnya.

Kalau boleh jujur, sebenarnya kalau bagi saya sih mirip-mirip dengan adonan cilok yang tanpa isi. Cilok dengan bumbu kacang. Hanya saja, dimodifikasi dengan resep seblak. Jadi harus ada kencurnya.  



Bahan membuat boci

Tepung menjadi salah satu kunci keberhasilan membuat bakso aci. Dulu saya pakai tepung tapioka cura yang saya tidak tahu merk-nya. Hasilnya alot sekali. Kali ini saya pakai tepung tapioka merk Rosebrand dan hasilnya memang empuk. Enak banget dimakan panas maupun dingin.
Langsung saja ya, bahannya:

Bahan A
100 gram tepung terigu
1 gelas air
2 siung bawang putih dihaluskan
Mrica, garam, gula dan penyedap sesuai selera
(Saya pakai takaran 1/2 sendok makan garam dan 1/2 sachet Royko)

Bahan B
150 gram tepung tapioka
1 batang seledri, iris halus
1 batang daun bawan, iris halus

Bahan C
1 liter air
Garam
1 bawang putih geprek

Bahan D
1 liter air
3 siung bawang putih, haluskan
5 cabe merah, haluskan
kencur, haluskan
1 batang seledri, iris halus
1 batang daun bawang, iris halus
Saos sambal
Cabe bubuk jika ada
Minyak goreng, mrica, kecap, garam, gula dan penyedap sesuai selera
Jika ada tetelan atau kaldu ayam, lebih enak. Saya menambahkan ungkep tahu, menu sarapan tadi pagi.



Cara membuat
1. Rebus air dan bumbu dari bahan A sampai mendidih. Matikan kompor.
2. Masukkan semua tepung terigu sambil diaduk agar tercampur rata.
3. Diamkan sampai adem.
4. Campur adonan A yang sudah dingin dengan tepung tapioka, seledri dan daun bawang. Campur rata tapi jangan diuleni terlalu lama. Asal tercampur saja. Jika adonan masih keras, bisa ditamah sesendok air.
5. Buat bulatan sebesar kelereng. Bisa dilakukan bertahap sambil merebus.
6. Masak air di bahan C sampai mendidih lalu masukkan bulatan boci yang sudah ada. Masak sampai bakso aci mengambang.
7. Angkat boci dari panci dan langsung masukkan ke dalam semangkuk air. Boleh air mentah karena nanti dimasak kembali. Lakukan sampai habis.
8. Masak adonan D seperti saat membuat seblak/kuah lainnya. Langkahnya sama saja, yaitu 
   a. Tumis baput, kencur dan cabai.
   b. Masukan air dan rebus sampai mendidih.
   c. Masukkan semua bahan yang ada.



Mudah sekali ya, membuat boci. Meski tidak istimewa seperti boci instan yang punya banyak toping, tapi sangat lumayan untuk menu keluarga. Apalagi ketika dingin menggigit dan tiba-tiba semua sepakat untuk memakan sesuatu yang hangat. Membuatnya juga termasuk cepat.. Yang agak lama adalah menanti adonan A menjadi dingin. Saya eksekusi dengan adonan B saat sudah hangat agar cepat.

Semoga hujan di bulan juni dan dingin yang kita rasakan ini tidak melemahkan imunitas tubuh, ya. Harus tetap sehat dan semangat. Jangan lupa membaca artikel seputar hidup sehat ala saya dan resep sederhana ala keluarga Susindra...

Artikel Terkait: