Mengasuh Anak di Hunian Coliving

Hunian coliving menjadi tempat tumbuh kembang anak yang sempurna. Ia akan merasakan keterbukaan dan kehangatan dari semua orang. Anak akan menjadi pembelajar yang tangguh karena hampir selalu bertemu dengan pribadi yang maju bersama. Mau tahu mengapa harus mengasuh anak di hunian coliving?

 


Anak-anak memiliki zamannya sendiri. Ia diasuh oleh zaman. Bukan hanya orangtuanya, karena orangtua pun biasanya ikut tergerus zaman. Sekarang ini, bagaimana pola asuh dan perkembangan anak? Silakan jujur pada jawaban sendiri ya.

Dibutuhkan kepedulian semua orang, ketika berbicara tentang pengasuhan, pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi bukan fokus pada anak sendiri. Bagaimana pun kita “menyimpan” anak, pada akhirnya juga akan bertemu dengan anak lain yang mungkin mempunyai bibit yang kita hindarkan sejak lama. Bagaimana jika tidak dihindarkan – karena yang datang pasti akan datang – tetapi dirangkul dan diasuh bersama?


It takes a village to raise a child

It takes a village to raise a child. Peribahasa kuno dari Afrika ini saya ketahui dari sebuah komunitas ibu-ibu yang aktif memberikan support untuk semua ibu di Indonesia. Bisa dikatakan di seluruh dunia juga karena anggotanya juga tersebar di seluruh dunia. Tentu para perempuan Indonesia juga, yang oleh karena suatu hal harus menetap di negara lain.

Butuh satu kampung untuk mengasuh seorang anak. Itu artinya, bisa dibayangkan bagaimana peradaban di Afrika yang keras menjadi sangat terbantu karena semua orang dalam satu kelompok menjadi pengasuh dari setiap anak yang menjadi anggota mereka tanpa mempertanyakan ia anak siapa dan apa jabatannya. 

Konsep ini sedemikian menarik sehingga saya langsung mengubah haluan keluarga. Saya berhasil meyakinkan suami untuk menetap di desa yang masyarakatnya masih guyub dan saling menjaga. Penyebabnya karena saya punya seorang anak yang termasuk kategori bocah petualang. 

Tak seperti kakaknya yang tenang di rumah, si tengah nyaris sulit duduk tenang di rumah. Dia hampir selalu di luar: bermain di sungai, di sawah, di tegalan, berputar-putar dengan sepeda, atau bermain di rumah belajar. Hal ini sering membuat saya cemas. Saya perlu “mata-mata” yang selalu tahu dia sedang berada di mana. Saya perlu yakin bahwa ia selalu ada yang mengawasi dan membantu.

 

Tetangga adalah keluarga

Dan harapan saya terwujud. Di desa tempat tinggal saya ini, setiap orang bisa berperan sebagai pengasuh anak, atau minimal selalu siap sedia menjadi sumber informasi di mana dan apa yang sedang dilakukan setiap anak yang ada di sini. 

Saya tinggal di kota kecil tanpa kesempatan mempunyai apartemen apalagi apartemen berkonsep coliving seperti di Tangerang Selatan… Opsi pindah ke kota tak pernah ada dalam misi keluarga Susindra, namun tak ada salahnya jika saya menuliskan tentang konsep hidup coliving di kota-kota besar, yang secara konsep memang mengadopsi kehidupan kami di desa.


Pengertian Coliving 

Kehidupan desa yang asri, guyub, kooperatif, dan saling jaga menjadi salah satu hunian impian semua orang. Banyak yang menginginkannya tanpa kesanggupan untuk tinggal di desa. Bisa dimaklumi, karena desa berada di lokasi yang jauh dari mana-mana. Waktu dan biaya perjalanan menjadi alasan mengapa kehidupan sibuk di pusat kota menjadi prioritas.

Hal ini sangat dipahami oleh para pengembang apartemen sehingga memasukkan kehidupan desa ke dalam konsep rumah tinggal modern. Coliving berasal dari kata communal living atau hunian bersama orang lain sebagai satu komunitas. Di sini perlu dipahami bahwa jika ingin tinggal di hunian coliving, maka kebiasaan hidup menyendiri dan anti-sosial tidak mendapatkan tempat. Meski ada tempat-tempat privasi namun community event akan membuat para penghuni selalu punya alasan untuk bertemu dan bersosialisasi.

Akan selalu ada orang yang siap merangkul, melakukan kehidupan seru, atau sekadar menyapa dan mengajak bersendau gurau. Selalu ada orang yang membantu mengawasi pertumbuhan dan perkembangan anak kita.

 




Ada banyak coworking space yang bisa dinikmati, juga beragam fasilitas lengkap lainnya, yang menjadi kesatuan dari kehidupan apartemen. 

Sebuah lingkungan hidup yang sangat “hidup” bagi kita kaum milenial maupun bagi anak kita yang menjadi generasi Z maupun alpha. Sebuah lingkungan belajar dan bertumbuh yang sempurna.


The Parc SouthCity

The Parc adalah salah satu apartemen berkonsep coliving pertama di selatan Jakarta. Ada total 1.701 unit yang terbagi dalam 3 bangunan utama, dan dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektar yang berkonsep hijau. Modern dan natural dipadu dengan apik.



Sebagaimana ciri khas apartemen mewah, warna pastel menjadi dominasi karena selain menampakkan luxury juga modernity. Interiornya sangat estetis dan nyaman. Kebun modern juga ada di apartemen ini untuk tempat anak melihat secara langsung bagaimana alam memberikan keajaiban melalui tanaman.

Konsep coliving tetap sangat memperhatikan privasi. Baik di dalam kamar sendiri maupun beberapa ruang yang menjamin privasi. Namun lebih banyak fasilitas yang mengutamakan keterbukaan, kebersamaan, dan kolaborasi dengan sesama penghuni. Ada clubhouse, coworking space, kebun, taman bermain, gym, lapangan badminton, jogging track, Olympic pool, ruang serbaguna, tempat parkir maupun private drop off. 

The Parc SouthCity mempunyai fasilitas-fasilitas olahraga dan coworking space. Juga ada ruang serbaguna untuk acara bersama. Lingkungan juga dijaga keasriannya dengan adanya 75% area hijau serta adanya shuttle bus gratis ke berbagai kawasan penting di pusat kota untuk mobilitas sehari-hari. 

Untuk yang sudah memiliki anak, ada tipe 2 bedroom yang cocok untuk keluarga.

 


Berikan rumah tinggal yang sempurna untuk anak. Sebuah lingkungan yang masyarakatnya secara sadar untuk saling mengawasi, melindungi, dan peduli pada sesama penghuni. Yang tidak hanya fokus pada diri keluarga sendiri, akan tetapi juga anak-anak di sekitarnya. Demi masa depan anak yang lebih gemilang. 

21 Komentar

  1. Dengan memperhatikan privasi, hunian konsep coliving menurut daku sangat asik apalagi buat WFH jadi bisa fokus bekerja meski via daring dari rumah

    BalasHapus
  2. Sepertinya nyaman deh tinggal di hunian coliving :) Kayakya ga banyak gangguan ya hahaha ga terdistraksi macam2, tertib gitu :) Pantesan aja modern dan natural ya masih banyak hijau2an di atas tanah seluas 1,5 hektar dengan 3 bangunan. Maulah punya 1 unit hehehe... Di sini ada privasi tapi tetap bisa bersosialisasi, asyiknya!

    BalasHapus
  3. Apartemen mewah tapi lingkungan nya asri, idaman banget tuh
    Kemarin saya diajak anak tinggal di apartemen, sayang fasilitas nya gak Sekeren The Parc South City

    BalasHapus
  4. Hidup di desa lebih nyaman sekali ya kak, tentunya akan lebih guyup dalam hubungan kekeluargaan dengan warga sekitarnya. Mengasuh anak di hunian Co-Living mungkin lebih mudah ya, karena anak pastinya tidak dibebaskan untuk terlalu jauh bermain. Berbeda saat anak-anak desa bermain kadang bisa jauhnya minta ampun sehingga pengawasan orang tua kadang terbatas.

    BalasHapus
  5. Konsep Coliving baru saya kenal, apartemen the parc south city memiliki karakteristik hunian coliving.

    BalasHapus
  6. Paling suka dengan hunian yang memperhatikan kebutuhan anak dan keluarga. Konsep Coliving ini pun makin ke sini makin banyak diusung oleh apartemen maupun perumahan. The Parc South City ini bakal jadi idaman banyak keluarga modern yang tinggal di kota.

    BalasHapus
  7. Hihiii aku baru aja memuja muji mbak Susi karena living in a health environment
    eeeh lalu ada apartment mevvaaaaah dong dengan konsep coliving!

    galau lagi deeeeh

    BalasHapus
  8. Nyaman banget ya tinggal di hunian coliving. Tumbuh kembang anak bakalan lebih baik. Memang lingkungan ini penting banget peranannya, loh. Anak yang biasanya baik, rajin, eh ketemu lingkungan atau anak-anak sebaya yang sebaliknya, bisa jadi anak pun ikut terbawa arus. Penting banget emang lingkungan terhadap perkembangan anak.

    BalasHapus
  9. Coliving itu singkatan toh mba. Aku tadi mikir, ini nama kompleks hunian kah atau apa? Hehehe. Ternyata Communal Living toh.

    Senang sekali tentunya kalo tinggal di perkotaan yang menggunakan konsep ini. memang coliving belum sepenuhnya punah di negara kita, tapi yang pasti itu langka.

    The Parc SouthCity mengangkat lagi konsep ini ke dalam hunian modern dan naturalnya. pastinya ini menjadi nilai tambah ya.

    BalasHapus
  10. Memang hunian coliving sangat Nyaman banget

    BalasHapus
  11. wuah asyik juga ya kalau suasana kehangatan persaudaraan di desa bisa dibawa ke apartemen
    memang ya, punya tetangga yang baik adalah rezeki berlimpah

    BalasHapus
  12. Konsep coliving makin diminati ya mbaaa
    memang sesuai dgn sabda Rasul, tetangga tuh ibarat sodara kitaaa, penting bgt buat hidup

    The Parc South City ini bakal jadi idaman banyak keluarga modern yang tinggal di kota.

    BalasHapus
  13. aku mupeng banget sama konsep hunian coliving gini. walaupun blom punya anak, kayanya seru banget kalau bisa tinggal di sini. fasilitas lengkap, nyaman.

    BalasHapus
  14. Wah keren banget nih apartemen konsep coliving pertama di Jakarta. Yang paling penting sih 75% area hijau ini!

    BalasHapus
  15. "It takes a village to raise a child" suka sama peribahasa, dan lebih suka lagi dengan apartemen yang mengusung konsep hunian coliving ini. Pasti nyaman banget, fasilitas lengkap dan tetangganya pun saling guyub.

    BalasHapus
  16. Tinggal di lingkungan coliving memang bisa bikin nyaman dan tenang ya. Karena semua orang bersama-sama menjaga perkembangan anak. Memang sulit kalau kita mendidik anak tanpa ada dukungan dari lingkungan sekitarnya

    BalasHapus
  17. Impian saya banget, tinggal di lingkungan yang asri, guyub, kooperatif, saling gotong royong dan saling jaga, just like di kampung halaman saya.

    Dan pas baca tentang konsep hunian COLIVING ini, ini alternatif yang menarik banget, anak-anak milenial suka pilihan hunian konsep coliving ini...ehhh saya juga sukak kok.

    BalasHapus
  18. Konsepnya ini mengadaptasi communal living ya, duh jadi penasaran aku sih sama The Parc SouthCity yang konsepnya coliving tapi sekitar fasilitasnya terpenuhi dan ala area perkotaan. Terus utamanya lingkungannya diset hijau sampai 75%, ini yang jangan sampai terlewatkan :3

    BalasHapus
  19. Membayangkan terbentuknya lingkungan yang sehat untuk anak-anak bertumbuh, ini memudahkan pengasuhan. Seru sekali ngobrolin pengasuhan dengan kak Susi.
    Sungguh pendidikan yang terbaik dimulai dari lingkungan yang baik juga.

    BalasHapus
  20. Hmm baru tau konsep coliving itu sprt itu ya.. menarik intinua hidup bersama respek privasi dan ada ruang komunal

    BalasHapus
  21. meski di perkotaan konsep Coliving harus tetap ada ya
    apalagi di apartemen yang selama ini dianggap invidual
    padahal di tempat2 inilah konsep Coliving harus diterapkan

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)