Ngonten Saat Lebaran, Luberan, Leburan Laburan, dan Liburan!

Lebaran selalu punya banyak cerita ya. Apalagi kalau mau memanfaatkan benar dengan banyak silaturahmi. Puluhan atau ratusan cerita bisa didapatkan kalau mau, lalu dibagikan ke blog atau media sosial. Ngonten seputar lebaran sambil mendapatkan cuan. Kalau mau, lho ya. Zaman sekarang apa-apa mudah kalau ada internet cepat. Bisa beraktivitas tanpa batas.



IndiHome sebagai produk layanan Telkom Indonesia bahkan membuat tiga kontes untuk masyarakat umum berupa kontes foto, video reels dan menulis di blog. Memberi kesempatan maksimal agar bisa mendapatkan cuan. Hadiahnya tidak main-main. Totalnya 165 juta rupiah. Periode lomba masih panjang.... sampai 13 Mei 2024. Ikut saja sekalian memanfaatkan ragam cerita di Hari Idulfitri.

Oleh karena masih hawa-hawa lebaran... makanya saya menulis tentang tips membuat konten di saat lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Orang Jawa yang tinggal di lingkungan tradisional seperti saya sering mendapatkan ceramah ulang tentang ini di saat salat Idulfitri, atau nanti saat acara sedekahan Bada Cilik. Yang dimaksud dengan Bada Cilik adalah lebaran kecil pada tanggal 8 Syawal. Pukul 06.00 WIB warga datang ke masjid untuk sedekahan dan berdoa bersama. Di waktu yang sama, puluhan perahu melakukan sedekah laut yang disebut Lomban.


Lebaran dengan keterbatasan tak membatasi konten

Buat saya, lebaran juga saatnya luberan, leburan dan liburan. Jadi ya memang sangat banyak sumber ide untuk ngonten. Yah, meskipun saya cuma bisa mengambil 10%-nya saja, karena alasan punya anak kecil dan kesehatan suami yang bikin tidak leluasa. Tahun ini memang ada lebih banyak keterbatasan dari tahun sebelumnya. 

Akan tetapi kami tetap tak merasa terbatas, lho, hanya perlu menyesuaikan saja. Istilahnya menari dengan ombak. Sebagai anak nelayan saya punya beberapa pengalaman seru 'menari dengan ombak'. Bukan saya yang menari... akan tapi perahu kecil kami yang dengan gesit melewati ombak tinggi. Tingginya melebihi jarak pandang meski sambil berdiri. Seru sekali saat perahu berkelok-kelok di sela ombak dan sesekali terhempas. Badan basah kuyup. Ahahahai... Sungguh mendebarkan. Pengalaman yang patut dikenang. Seperti lebaran saat ini. 

Lebaran kali ini beda banget, karena suami sedang persiapan kateterisasi. Juga dengan adanya anak kecil, yang membuat saya tidak leluasa. Beda saat anak masih bayi, malah bisa sedikit leluasa mencari konten. Terlihat dari artikel lomban saya terakhir tahun 2019. 

Tahun ini kami masih tidak bisa ngonten tentang lomban lagi. Semoga tahun depan sudah bisa.

Dulu ngonten tentang sedekah laut sambil bawa bayi pun oye!


Tahun 2015-2017 bisa dikatakan sebagai tahun emas saya. Rajin banget ngolah ide jadi konten. Kami juga rajin berkomunitas yang berbasis jalan-jalan dan eksplorasi kota Jepara. 2018 sampai sekarang harus tahan diri dan body dulu. Apalagi sekarang ini si kecil sedang masa tantrum yang kadang cuma gaya-gaya agar keinginannya terpenuhi.

Putra ketiga saya ini lahir tahun 2018, tepatnya 11 tahun setelah putra kedua. Feel-nya beda, dan ternyata jiwa khas nenek malah tanpa sadar terbangun. Hihihi. Apa itu? Khas nenek-nenek lah, yang terlalu sayang pada cucunya. 

Ternyata malah jadi hal yang kurang bagus bagi anak. Terlalu banyak memanjakan malah membuat anak kurang mandiri jika dibandingkan dengan dua kakaknya yang sekaran ini sudah remaja. Anak jadi terlalu nyaman dan selalu menempel di badan. 

Sudah beberapa bulan ini kami masih proses mengajari anak mandiri. Beberapa hari ini kami dipaksa target besar untuk membuatnya bisa jauh dari kami sementara waktu. Tanggal 8-10 Mei nanti kami terpaksa meninggalkannya di rumah bersama saudara untuk kateterisasi jantung suami di kota Kudus. Dia tidak bisa ikut selama papanya rawat inap. Sulit membayangkan dia jauh dari kami berdua tanpa menangis. Duh, saya jadi merasa sangat bersalah 

Oleh karena alasan kesehatan itu juga sebenarnya, lebaran ini kami tak banyak silaturahmi. Cuma ke rumah orangtua dan saudara-saudari yang lebih tua saja, plus halal-bihalal keluarga. Itu saja kadang saya melihat suami sudah kelihatan lelah. Tapi jangan salah, ya, kami mah tetap bisa memaknai lebaran, luberan, leburan, dan laburan di hari-hari Idulfitri!

Keterbatasan, apapun itu lebih banyak berasal dari pikiran dan hati sendiri. Kalau pikiran terkembang dan hati lapang, tak ada keterbatasan yang mengikat. Bisa beraktivitas tanpa batas. Ehm... seperti jargonnya IndiHome, ya. 

Tapi beneran sih. Bisa dikatakan IndiHome memberikan kesempatan untuk beraktivitas tanpa batas dengan sarana internet yang ada. Saya sering baca artikel teman-teman tentang kiprah mereka menggunakan layanan internet provider milik PT Telkom Indonesia TBK ini.


Lebaran, laburan, luberan, leburan dan liburan

Orang Jawa itu sangat hebat dalam membuat filosofi akan sesuatu. Luar biasa dalam mengolah kata dan rasa. Ya mau gimana lagi, ya. baru bahasanya saja sudah berlapis-lapis banyaknya dengan banyak sekali aturan. 

Kalau ada orang zaman sekarang yang bilang banyak orang Cina jenius dalam berhitung dan teknologi karena bahasanya.... jangan lupakan bahasa Jawa yang menurut Siti Soemandari Soeroto punya 23 tingkatan. Orang Jawa yang njawani harus tahu kapan berbicara dengan jenis bahasa Jawa yang tepat dengan lawan bicaranya. 

Tapi saya sedang tak ingin membahas ini. Saya fokus pada laku papat yang jadi salah satu filosofi orang Jawa

Pasti tahu lah ya yang namanya ketupat? Dalam bahasa Jawa disebut kupat. Banyak yang menyatakan kupat dari kata ngaku lepat atau mengaku salah. Sebenarnya ada yang lebih tepat yaitu laku papat atau empat tindakan. Lebih spesifiknya adalah empat tindakan yang harus dilakukan oleh orang Jawa yang baik. Saya tulis sesuai urutannya, ya.


1. Lebaran

Lebaran dalam bahasa Jawa berasal dari kata 'lebar' atau selesai. Lebaran adalah selesainya ibadah puasa Ramadhan. Segala ikhtiar untuk menyucikan diri melalui ibadah puasa dan ibadah lainnya sudah selesai, berganti dengan Idulfitri. 



Bagi sebagian orang, berakhirnya puasa Ramadhan berarti sebuah kebahagiaan. Tak jarang punya tradisi keluarga, yaitu makan besar di saat buka puasa terakhir. Menu lebaran dimakan pada saat "lebar" tersebut. Sebagai contoh di rumah saudara-saudara saya, menu ingkung ayam dan lontong serta semua pelengkapnya menjadi santapan terakhir di bulan Ramadhan. Pada tanggal 1 Syawalnya masih dengan menu yang sama untuk para tamu dari keluarga dekat.


2. Luberan

Luber alias melimpah adalah makna yang bisa disematkan untuk kata luberan. Orang Jawa lama atau yang sampai sekarang masih melestarikan luberan ini akan melakukan weh-weh ke rumah orang-orang yang dituakan di malam takbiran. Biasanya di rumah orangtua dan saudara tertua. 



Ada filosofi Jawa yang sudah banyak dilupakan, yaitu "orang muda berhutang urutan lahir dengan saudara tua sehingga harus patuh pada mereka". Prinsip ini sudah banyak hilang sejalan dengan prinsip kesetaraan, sehingga weh-weh diberikan ke orangtua dan nonkeluarga yang dituakan. Sering juga ke para janda tua yang hidup di rumahnya sendiri. 

Ada satu lagi perubahan menyesuaikan keadaan, yaitu waktunya tidak selalu pada malam Idulfitri. Biasanya pada 7 hari sebelum Idulfitri. Meski konsep luberan masih dipegang namun sudah beradaptasi dengan waktu. Konsep berbagi atas kelimpahan rezeki dan rahmat dari Allah masih dipertahankan.

Sudah sekitar satu dekade ini ada tradisi lebaran baru di sini, yaitu memberikan angpau untuk anak-anak. Ini juga salah satu bentuk laku luberan untuk mensyukuri rezeki yang didapatkan tahun ini dan harapan lebaran mendatang masih bisa mendapatkan kelimpahan rezeki dan berkah dari Allah.


3. Leburan

Salah satu tradisi khas di Indonesia pada hari Idulfitri adalah saling meminta maaf. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk laku papat dalam filosofi Jawa, yaitu leburan. Asal katanya adalah "lebur". Semua berharap agar segala dosa yang pernah diperbuat bisa dilebur, segala salah dimaafkan dan segala khilaf dilupakan.



Keinginan kuat untuk melebur dosa inilah yang membuat tradisi silaturahmi di Indonesia menjadi sangat kental. Yang membuat jutaan orang melakukan mudik ke kampung masing-masing. 

Adik saya yang berada di Malang menyatakan, "Orang boleh punya ilmu atau jasa setinggi Jabbal Nur tapi tak ada artinya kalau tidak menyempatkan pulang untuk sungkem pada ibunya di hari lebaran." Ckckckck... adik yang satu ini memang paling keras sifat dan hidupnya. Dan tentu saja paling semangat mudik lebaran meski tak harus hari pertama. Biasanya sampai di Jepara pada hari ketiga.

Leburan menjadi tradisi yang masih sangat dijaga di kota kami Jepara.  Namanya unjung. Semua orang akan saling mengunjungi atau bahkan menanti di jalan karena pasti akan bertemu dengan tetangga yang dalam perjalanan menuju ke rumah tetangga lainnya. 


4. Laburan

Labur artinya memberi warna putih dengan kapur. Setelah lebar poso, ngluber rezeki, nglebur doso, saatnya untuk laburan. Kalau menggunakan konsep sekarang ini, bisa diartikan menyucikan hati kembali.



Pada zaman dahulu, cat yang digunakan adalah kapur putih. Saya masih ingat saat kecil, pada 'bulan arwah' atau Bulan Sya'ban, dinding rumah, pagar rumah, bahkan jembatan pun dikapur sehingga putih semua. Semacam tanda bahwa semua orang sudah siap untuk berpuasa lalu menyucikan hati. Tanda bahwa masa laburan sudah dekat.

Luar biasa ya, orang Jawa dengan filosofinya....


Wait, masih ada satu lagi yaitu liburan. Liburan tidak masuk dalam laku papat orang Jawa. Ini merupakan adaptasi dari makin membaiknya taraf hidup masyarakat. Saya masukkan menjadi yang kelima dengan pembeda. Ya karena ini kan tradisi baru yang tidak ada dalam ajaran laku papat.


[5] Liburan

Liburan tidak masuk dalam laku papat tapi sudah dilakukan sejak lama. Setidaknya sih kalau dicari literaturnya masih bisalah ditemui dalam bentuk tradisi lomban di sepanjang pantai utara Jawa. Pernah diulas dalam surat kabar perempuan bernama Soenting Melajoe, pada tahun 1886. Tepatnya terbitan tanggal 12 dan 17 Agustus 1893. Tentang ini bisa dibaca dalam artikel Sejarah, Tradisi dan Kontroversi Lomban.

Lomban memang salah satu bentuk liburan sekaligus sedekah laut pada saat Idulfitri sejak zaman dahulu. Di Jepara misalnya, sudah ada jauh sebelum tahun 1900an. Namanya lomban, sesuai tebakan, memang tak jauh dari lomba-lomba. Asal katanya adalah lelumban (bersenang-senang). 

Perahu-perahu pembawa sedekah laut di acara Lomban Jepara

Untuk menyenangkan warga, seekor kerbau berukuran besar disembelih; kepalanya dilarung dan badannya dimakan bersama-sama. Agar makin meriah, diadakan aneka lomba ketangkasan untuk para nelayan. Sampai sekarang masih ada dan bisa jadi banyak konten yang mengundang banyak cuan. Untuk yang mau meliput, siapkan diri pada tanggal 8 Syawal pukul 5 pagi di pelabuhan lama Jepara. Lokasinya dekat Pasar Jepara Satu. 

Makin lama tradisi liburan di hari lebaran berkembang. Tak lagi seperti tahun 1900an itu. Sudah sejak beberapa dekade ini liburan ke pantai sudah jadi hal yang biasa dilakukan. Malahan sudah berkembang menjadi liburan di perbukitan, arena permainan, atau bahkan staycation di hotel kota. Liburan memang akan selalu berkembang sejalan dengan tingkat ekonomi. 


Ngonten, ngonten, ngonten!

Begitu banyak hal yang menjadi tradisi lebaran. Tiap daerah punya keunikan. Bahkan tiap keluarga juga punya cerita. Semuanya adalah sumber ide untuk ngonten yang kaya dan tiada habisnya.

Internet membuat segalanya mungkin dilakukan. Yang terpenting adalah memastikan internet provider-nya tepat dan sesuai kebutuhan. Misalnya IndiHome. Banyak promo, ada paket spesial, juga paket jitu. Saya paling sreg dengan Paket Jitu TV karena sudah termasuk langganan 80 kanal TV. Bisa memaksimalkan smart tv yang baru kami beli tahun lalu. Hihihi.

Memang tiap orang punya solusi internetnya sendiri, kok, ya, dan IndiHome sebagai provider internet juga punya banyak penawaran menarik agar selalu menjadi nomor satu di Indonesia.

Oleh karena internet tanpa batas dan pekerjaan saya sebagai narablog pula makanya dengan segala keterbatasan, tetap bisa menggali beberapa ide untuk konten. Menyesuaikan referensi dan ketersediaan foto. Juga keaktivan menulis. 

Saya membuat daftar ide, dan daftar ini bisa dikembangkan jadi lebih banyak lagi, bahkan bisa jadi puluhan. Sebagian besar sudah saya eksekusi di media sosial karena saya aktif di situ, dan suka aja sih berbagi cerita atau tips pada teman yang sering berinteraksi. Tak lupa juga di beberapa blog milik saya.

Berikut beberapa konten yang bisa saya dapatkan:

1. Tren baju lebaran 2023

2. Make up flawless sepanjang hari

3. Tradisi takbir keliling

4. Tips anak takbiran di masjid

5. Menu lebaran keluarga

6. Bagaimana cara sungkem

7. Etika bersilaturahmi

8. Tips basa-basi di saat silaturahmi tanpa menyakiti

9. Jawaban antimaintream saat mendapat pertanyaan standar "kapan kawin" dan semacamnya

10. Ketika om kecil bermain dengan keponakan

11. Mabar Minecraft bersama saudara, ayok aja

12. Ngonten bersama keponakan, bagaimana rasanya

13. Menggali succes story saat silaturahmi

14. Halal-bihalal keluarga dan pernak-perniknya

15. Daftar pantai yang ramai di saat Syawal


Dan masih banyaaaaaak lagi. Seorang konten kreator yang terlatih bisa membuat seratusan konsep dan judul dari lima belas contoh di atas. Masih banyak cerita yang bisa digali, termasuk reuni sekolah dan persiapan ketemu mantan. Ehm... 


 Selamat Idulfitri semua sobat setia Cakrawala Susindra! 

15 Komentar

  1. Negblog memang pernah mengalami kejayaan
    hasil nulis bisa untuk memenuhu kehidupan
    eh kini, sepi job atau sepi iklan hehehe
    saya sendiri juga sedikit berkurang menulis artikelnya, walau ide atau photo berlimpah
    lebih banyak ke main youtubenya
    selamat idul fitri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, memang jadi lebih sulit mencari job di blog. Ikut lomba jadi alternatif untuk orang yang tidak terbiasa main ke Youtube

      Hapus
  2. hhaahahaa poin terakhir tuh mak degggg mba.

    aku saban lebaran selalu skip acara reuni apapun

    masih ga siap temu mantan 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha..... gapapa, sesiapnya saja. Kebetulan saya tidak punya mantan di sekolah. Hihihi. Sampai hampir wisuda baru mau punya pacar, lintas fakultas pula.

      Hapus
  3. wah banyak juga ide ngonten saat lebaran, aku pikir apalh arti luberan sekedar katakah, ternyata ada makna mendalam juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak. Aksinya sih banyak dilakukan, ya, karena lebaran dan angpau itu sudah seperti sahabat yang datang bersama.

      Hapus
  4. Selamat Lebaran kak, Filosofi lebaran dalam budaya Indonesia memang memiliki makna yang makin luas dan terhubung dengan ciri khas daerahnya tapi yang jelas banyak sukacita dan kebaikan saat lebaran tiba. Semuanya bahagia

    BalasHapus
  5. Kata2 yg bermakna dalam ya, lebaran, leburan, laburan. Aku jadi makin belajar perbendaharaan kata yg baru. Btw, aku makin lebar jg inj pasca lebaran hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu nastar setara.... hahahaha.
      Gapapa Mbak, temannya banyak. Aku juga makin lebar nih.

      Hapus
  6. Selalu kangen dengan suasana lebaran apalagi kalau bisa pulang ke kampung halaman dan menemui orangtua serta keluarga besar, makna lebar dari kata lebaran makin terasa tapi kok sama ya, aku yang dari Palembang juga menggunakan kata lebar untuk menyebut sesuai yang sudah selesai. Tapi sekarang eranya ngonten jadi apapun aktivitas selama mudik ngak hanya disimpan jadi kenang-kenangan tapi juga bisa dibagikan lewat media sosial...wkwkwk, hidup ngonten!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejarah Palembang dekat dengan sejarah kerajaan Islam di Demak dan Jepara, Mbak. Masih satu garis keturunan, jadi wajar kalau banyak bahasanya yang sama. Pernah baca tulisan wawancara perempuan tahun 1960an, aku masih paham artinya.

      Hapus
  7. Akutu paling gak bisa produktif kalok uda kumpul keluarga pas lebaran.
    Yang ada semua sibuk haha hihi dan akhirnya uda maleeem aja.
    Capek, bobok.

    Beneran Lebaran buat aku makin gak produktif, kak Susi...
    huhuhuh.. makanya paling gak berani ambil job yang DL-nya pas lebaran.

    Kalo adanya internet cepet, wajib banget sih..
    Tapi aku tim acaranya kapan, postingnya kapan, hahaha.. uda basi benernya, tapi piye ya.. mungkin aku tipikal pekerja lambat.

    BalasHapus
  8. aaa pantas nggak asing dengan istilah Laku Papat bonus 1 L ini hehee
    huuuu kalau mikirin konsep atau tema tulisan banyak yang terngiang gitu, kadang ditulis, kadang lewat aja
    tapi ya gitu
    eksekusinya belum jadi jadi ya ampun -_-

    BalasHapus
  9. Keren mba filosofi lebaran, laburan dan leburannya. Aku jadi lebih paham padahal sering dengar. Ngonten terus jadi mudah dg adanya indiHome ya

    BalasHapus
  10. Aaaa asik banget bisa lebaran dan liburan.. saya tuh kenapa ya tiap mau ngonten pas liburan selalu keduluan riweuh sendiri. Bagi tipsnya dong, Mbak..

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)