Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban

Tulisan ini merupakan posting keempat saya mengenai kunjungan/wisata edukasi green industry pada tanggal 6 Juni 2015 di pabrik semen Gresik di Tuban. Semen Gresik merupakan salah satu anak perusahaan PT Semen Indonesia (persero) Tbk yang pabriknya berada di Gresik (sudah selesai), Tuban (sekarang) dan Rembang (tahun depan). 

Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban

Dengan  mengusung konsep wisata edukasi green industry para peserta diajak mengenal lebih dekat mengenai impelemtasi program tripple bottom line yang berupa profit, people & planet yang tidak hanya mencari keuntungan (profit) namun juga mensejahterakan masyarakat sekitar (people) dan lebih jauh, menghijaukan kembali bumi (planet). Saya telah merangkumnya dalam 4 tulisan yaitu:
  1. Pemilihan tanaman di area green belt 
  2. Sehari bersama WEGI 3
  3. Reklamasi PT Semen Indonesia
  4. Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban

Batik tulis dan tenun gedog, saya tak menyangka jika bisa melihat langsung UKM ini ketika ikut WEGI 3 di pabrik Semen di Tuban bulan Juni lalu. Saya sempat googling dengan keyword “UKM Kerek” tanpa tahu maknanya. Ternyata Kerek adalah nama sebuah kecamatan di Tuban yang beberapa desanya merupakan pengrajin batik tulis tenun jedog yaitu desa Margirejo, desa Gaji, desa Kedungrejo dan desa Karanglo.

Rombongan WEGI 3 koridor utara yang berasal dari Semarang memasuki desa Kedungrejo kecamatan Kerek sekitar jam 11:45 siang. Bis berhenti di sebuah rumah yang indah bergaya Jawa antik dengan deretan kursi tamu di luar. Seorang wanita cantik datang menyapa dan menjabat tangan setiap tamu. Kami diajak berbincang mengenai batik Tuban, sejarah, motif, kegiatan, pameran, dan terutama peran pt Semen Indonesia yang sangat membantu. Wanita tersebut bernama Uswatun Hasanah, seorang pengrajin batik sekaligus instruktur batik yang terkenal di Tuban.
Uswatun Hasanah - pengusaha dan isntruktur batik - peraih upakarti 2010

Uswatun Khasanah adalah potret pengusaha batik yang mapan di Tuban. Ia menggeluti kerajinan batik pada tahun 1993 lalu dengan nama “Batik Tulis Tenun Gedog Sekar Ayu”. Usahanya mulai dibina oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2007. Tak tanggung-tanggung, pada tahun 2009, batiknya dipamerkan di UKM World pertama sebagai wakil PT SI dan menjadi juara pertama.

“Ada 200 perajin di desa Kedungrejo dan sekitarnya yang saya bina. Saya juga menjadi instruktur batik. Anak-anak sekolah juga saya ajari membatik di sini. Hasilnya saya bayar agar mereka senang karena memiliki penghasilan,” demikian penjelasannya pada kami. Wanita yang mendapat Upakarti pada tahun 2010 ini memang berjasa dalam mengeksplor aneka batik di Tuban dan berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan apa yang ia kuasai.

Saat ini, batik tulis Tuban telah memiliki 100 motif batik dan 40 di antaranya telah dipatenkan. Batik tulis tuban memiliki 2 bentuk yaitu kain ukuran 90x250 cm yang disebut tapih, dan selendang. Fungsi batik bagi masyarakat Tuban sangat essensial. Biasanya digunakan untuk hantaran pernikahan pengantin pria yang diberikan kepada pengantin putri. Minimal ada 5 lembar batik, namun rata-rata hantaran batiknya berjumlah 100-200 helai. Budaya memberikan batik kepada mempelai putri ini membuat masyarakat sekitar sangat menjaga batik yang dimilikinya untuk diwariskan pada anak-anaknya. sekarang ini, batik Tuban sudah memiliki bentuk bermacam-macam sesuai permintaan pasar. Ada pakaian jadi, tas dan dompet.

Saya yang pernah belajar sejarah dan sosial budaya mengenali motif burung peonix (hong = bhs Cina), tanaman dan bunga-bungaan serta bentuk kijang. Warnanya juga cerah seperti ciri khas batik pantura yang terinspirasi dari China. Rupanya terjadi asimilasi budaya antara Jawa dan Cina. Motif Jawa yang khas adalah motif bunga dan tanaman. Motif China terlihat dari burung peonix (Hong).

Usai ramah tamah dan penjelasan mengenai usaha Batiknya, kami diajak melihat ke ruang produksi. Karena kami datang pada jam istirahat siang, maka ruang produksi nampak sepi. Dengan ramah bu Uswatun menjelaskan dan membeberkan rahasia pewarnaan batik.
Batik dengan pewarna alami
Untuk warna biru, bahan pewarna yang dipakai adalah daun indigo. Khusus daun ini, penguat warna yang digunakan adalah legen atau minuman dari sari kelapa siwalan yang sangat khas di Tuban.
Kulit batang pohon mahoni untuk warna coklat.
Daun batang pohon mahoni untuk warna biru muda
Kulit kayu nangka untuk warna kuning.
Selain daun indigo yang menggunakan pengunci air legen, pengunci pewarna alami lain adalah tawas dan kuncung. Proses pencelupan untuk warna alami adalah 3 bulan.

Rombongan kami terus memasuki area produksi dan saya mulai mencari-cari bahan posting karena sadar akan waktu yang sangat berharga. Saya memasuki area pembuatan batik cap, melihat tumpukan bahan pembuatan batik, dan syukurlah.... sebelum kami pergi, ada 3 pembatik muda yang memulai pekerjaannya lebih dini. Tahu saja jika rombongan kami ingin melihat proses membatik di Tuban. Ada 3 pembatik yang mengerjakan proses yang berbeda-beda. Ada yang melukis motif batik dengan malam, ada yang mulai memberi warna, dan yang satunya mengerjakan proses melukis batik dengan malam namun untuk bahan sutera yang halus. Puas melihat proses membatik, saya segera mengikuti rombongan yang mulai kembali ke halaman depan untuk berfoto bersama.
Ruang batik cap

3 perempuan pembatik

bahan yang akan dibatik. kiri adalah tenun gedog, kanan adalah kain katun
Foto bersama sebelum pulang

Demikianlah cerita saya tentang batik di Tuban. Oh ya, untuk batik, saya pernah memposting cara membuat batik di desa Tembi Jogja. Silahkan dibaca jika ingin mengenal batik di sana.

Terima kasih pada PT Semen Indonesia dan WEGI yang telah memberi kesempatan pada saya untuk mengenal lebih dekat industri semen dan program 3P-nya yang sangat ramah lingkungan. Semoga tulisan saya serta penjelasan saya pada pertanyaan di sekitar lingkungan saya mengenai kegiatan wisata saya pada tanggal 6 Juni lalu bisa mewakili misi Green industry yang menjadi salah satu konsep perusahaan semen terbesar ini. Sekali lagi terima kasih.

38 Komentar

  1. Ternyata masih ada juga pengusaha batik tulis yang bertahan sampai sekarang. Pasti harga perlembar batik tulisnya lumayan mahal, apalagi batik tulis sepertinya sudah mulai langka alias sudah jarang pengrajinnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, kalo batik tulis sekitar 600 ribuan. maklum, proses bikinnya saja bisa 3 bulan.

      Hapus
  2. batik memang selalu indah, aku cukup banyak mengkoleksi batik. Sampai saat ini aku suka dg batik dari garut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Tira harus coba batik pesisiran. Lebih colorful

      Hapus
  3. Industri batik tulis selayaknya terus dipelihara dan dikembangkan agar batik semakin berjaya ya Jeng.
    Terima kasih reportasenya yang komprehensif
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggih pakde. Sudah seharusnya. Terima kasih sudah mampir ke sini

      Hapus
  4. Kayaknya menarik banget ya, bu, jalan-jalannya :D (kok jadi pengen juga ya. Hahaha :v)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo pengen dan gratis, daftar wegi 4 nanti mas.

      Hapus
  5. Bahan pewarnya alami. Sungguh luar biasa masih ada yang mau melestarikan batik tulis. Pastinya kain ini sangat mahal ya ? tidak terjangkau buat aku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harga batik mulai 80-600-an mas. Tergantung bahan dan cara

      Hapus
  6. Semen Indonesia membinanya ke berbagai sektor ya mbak, termasuk batik juga, batiknya bagsu2 pula itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Evrina. Kalau tak salah mbak Evrina pernah ikut WEGI kan ya?

      Hapus
  7. Motif batiknya cantik-cantik sekali :)

    BalasHapus
  8. ga ikutan nimbrung membatik mba? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas banget waktu istirahat siang mbak. Sayang ya. Tuh foto 3 gadis pembatik saja sebenarnya bikin aku nyaris telat ikut foto-foto bersama sebelum pulang. Hihihi....

      Hapus
  9. Cantik batik tulisnya, warna warni macamnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, batik pesisiran kaya warna dan kaya motif. Apalagi biasanya sudah berasimilasi dengan budaya lain seperti China dan Islam

      Hapus
  10. Sebagaimana batik Rembang, saya juga suka batik Tuban. Warna dan coraknya bagus-bagus ya, Mbak.

    BalasHapus
  11. Batiknya keren dan elegant, jadi pengen beli

    Salam Blogmate Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan ke Showroomnya di desa Kedungrejo kec Kerek kab Tuban Mas. Pasti semua tahu lokasi Sanggar Batik Sekar Ayu

      Hapus
  12. Keren Juga ya "Batik Tulis Tenun Gedog dari Tuban

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Terima kasih ya sudah berkenan datang dan menorehkan jejak di sini

      Hapus
  13. batiknya cantik2 ya mbak...jd pengen nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Dwi bisa berkunjung ke sana, cukup dekat? Daripada aku maksudnya. Hihihi...;)

      Hapus
  14. silaturahim aja yaaa... dah lama gak maen ke sini! Mohon maaf lahir dan batin .... :) :)

    BalasHapus
  15. Batiknya cantik2 ya, ibu pengusahanya juga cantik, hehee *gagal fokus

    BalasHapus
  16. Ternyata batik banyak sekali ya macamnya dan keren2 juga.... bangga dengan karya Indonesia yg satu ini, sayangnya gak semua orang peduli dengan batik

    BalasHapus
  17. Batiknya cantik2, mba. Tp bikinnya lama y sampai 3 bulan.

    BalasHapus
  18. Asikk, alhamdulillah saya baru tahu WEGI 3 ini mbak... asik bisa jalan2 sambil belajar. Moga2 WEGI 4 saya bisa ikutan. kalau ada pendaftaran kabar2 ya mbak. Selamat buat pemenangnya

    BalasHapus
  19. wah kapan2 kalau ada waktu saya juga akan review tentang batik troso tempat kelahiran saya. sip gan. postingnya menjadikan inspirasi saya

    BalasHapus
  20. saya ingin cari tenun gedog putih polos, kira-kira dimana ya lokasi yang bisa di kunjungi??
    ingin juga mencoba membatik..

    BalasHapus
  21. Bu susi, saya mohon izin mengutip dari postingan ibu ya. Terimakasih

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)