Hari minggu kemarin anak sulung kami memasuki fase baru dalam hidupnya, yaitu sunat. Satu peristiwa penting dalam keluarga Susindra yang patut diiabadikan. Satu pengalaman mengesankan bagi keluarga Susindra yang memiliki 2 putra; Destin Susindra dan Binbin Susindra. Kami biasa menyingkat nama mereka dengan DnB Susindra.
DnB Susindra |
Destin masih berusia 8 tahun saat ini. Namun ia telah meminta sunat berkali-kali. Saya bertanya pada semua teman di facebook tentang pengalaman mereka menyunatkan anak. Aneka jawaban dan support saya terima dari para sahabat facebook. Subhanallah. Teman facebook yang saya kenal secara langsung maupun hanya bertemu di dunia maya dengan tulus memberi jawaban panjang-lebar tentang pengalaman mereka menyunatkan anak mereka. Saya dan suami pun mantap mengantarkan Destin ke gerbang perubahan status baru; anak yang sudah disunat. Pengalaman yang luar biasa. Rasanya seperti memakan permen Sacramento favorit saya kala SMA dulu. Ada rasa manis, asin, trecep-trecep, lengkap-lengkip-lengkup (kosakata apaaa… ini?).
Si hitam manis kala disunat |
Sepulang dari sunat, para tetangga yang mendengar Destin sunat datang berkunjung. Ada yang membawa uang atau kado. Binbin yang baru saja ber-ultah kelima ingin mendapatkan hadiah juga. Geli rasanya melihat Binbin merengek minta kado di depan para tamu. Akhirnya Destin berinisiatif membuka kado dan membaginya dengan Binbin. Jika hadiah berupa alat tulis, Destin akan segera membaginya dengan Binbin. Dan Binbin dengan bahagia “belajar” dengan ATK barunya. Beberapa tamu yang menyaksikan merasa takjub. Saya dan papanya selaku orang tua yang sudah mengenal kebaikan Destin pun ikut tersenyum. Sudah sejak lama Destin selalu membagi hadiah atau uang saku untuk adiknya. Saya sudah terbiasa melihatnya pulang membawa 2 mainan atau 2 jajan yang sama untuk berdua. Subhanallah…. saya bangga dan bahagia memiliki anak dengan emphati tinggi seperti Destin. Kami, suami-istri Susindra merasa berhasil menyemai benih cinta di hati anak-anak kami. Kebaikan Destin ditiru Binbin. Meski belum sesering kakaknya. Mungkin karena usia Binbin yang masih 5 tahun, dan belum paham benar. Bagaimanapun, menyemai cinta di hati anak adalah tugas orang tua.
Saya masih ingat benar bagaimana cara kami menyemai cinta Destin pada calon adiknya. Kami menabur benih cinta dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Ketika saya menyadari kehamilan saya, Destin masih berusia 2,9 tahun. Usia dipuncak egosentris. "Semua nyakku (punyaku)". Ia tak suka adek bayi, dan ketika saya iseng bertanya, “Mau punya adik?” akan dijawabnya dengan marah atau ngambeg. Beruntung saya kuliah di jurusan keguruan dan belajar cukup banyak tentang psikologi anak. Akhirnya kami memberitahu Destin tentang kehadiran adiknya di pantai favorit kami usai bermain air. Destin yang sedang bahagia tak menunjukkan reaksi negatif. Ia dengan lugu bertanya, “Mama tetap sayang Destin, kan? Main air terus, kan?” Saya menjawab “Tentu” dengan mantap sambil memeluknya. “Punya adik tidak melarang mama bermain denganmu tiap hari.” Dan saya menepati janji saya. Selama hamil saya sangat sehat dan selalu sigap bermain dengan Destin. Saya juga selalu “menyertakan” adik yang masih di kandungan ketka bermain. Destin pun sering mengelus dan mencium perut saya dan tak sabar menanti kelahiran adiknya. Ia ikut menghitung kapan waktu bertemu adiknya. Kami berhasil menyemai cinta kakak pada adiknya sejak dalam kandungan.Semua cerita lengkapnya ada di sini.
Foto kala Binbin berusia 10 bulan. |
Benih cinta yang telah disemai itu kami pupuk dengan cinta dan kasih sayang. Hama iri dan cemburu kami pangkas. Meski Binbin baru lahir dan rasa lelah serta sakit masih sangat terasa, saya selalu siap menemani Destin. Saya dibantu penuh suami saya. Saya siap menggendong Destin kapan saja. Dan tiap malam saya tetap menemani Destin sampai tertidur. Saya dan suami tak ingin Destin merasa cemburu dan kurang perhatian. Kehadiran adik tidak merampas haknya sebagai anak, tetapi melengkapi haknya. Dan Destin pun sangat menyayang adiknya. Demikian pula Binbin hingga saya pernah dibingungkan dengan kecemburuan dan cinta posesif Binbin pada Destin yang membuatnya marah jika Destin bermain dengan teman lain di posting ini.
Kembali ke masa sekarang, ke masa penyembuhan luka sunat Destin. Tiap hari saya membebaskan Destin dan Binbin bermain game agar melupakan sakitnya. Kami menyediakan game di komputer, play station, dan permainan otak seperti monopoli. Mereka berdua bermain cukup akur. Banyak kejadian lucu ketika bermain monopoli dengan Binbin. Permainan ini terlalu dini bagi Binbin. Ia belum paham konsep uang, sewa-menyewa, beli-membeli. Tiap kali Binbin melakukan kesalahan,kami semua tertawa bersama. Ketika Binbin ingin minta uang milik bank, diperbolehkan. Hanya dicatat “Binbin pinjam bank sekian” dan nanti akan diminta lagi. Binbin yang tak paham nilai uang sering menjawab ya. Tak ada kemarahan/kejengkelan. Yang ada adalah tawa. Toh mereka juga akan bermain sebentar, bahkan sebelum semua kompleks tanah terbeli,permainan sudah usai. Rumah Susindra memang rumah yang penuh tawa. Rumah tempat cinta disemai dan dipupuk dengan dengan penuh perhatian dan kehati-hatian.
12 Komentar
Wiii Destin baik banget bagi hadiahnya ke adeknya... ^^
BalasHapusSemoga menang ya mbak...
Mas Indra mas Insan & Untje: alhamdulillah... mereka memang titipan karunia terindah yang saya syukuri. Tak mudah membentuk karakter anak, dan butuh banyak perjuangan. Namun cita2 mejadikan mereka khalifah yang beriman dan berakhlak tetap tujuan utama. Semoga terkabul.
Hapushampir aja bingung, karena peyebutan destin pertama kali disebut di photo pertama, dan binbin kedua. solanya di photo terakhir, binbin disebut pas usia 10bulan, ooohh berarrti di photo pertama, binbin yg pake baju kuning ya, dan destin yang yg pake baju biru.
BalasHapusmemang salah satu cara menyemai cinta itu dg persiapan, kayak anak pertama sy, ketika istri pengen punya anak lagi, anak pertama ditanya, "mau adik bayi lagi gak?" sukur jawabannya mau dan emang pas itu anak pertama sy suka banget ngeliat anak bayi. eh pas lahir, sayang banget dia ama adiknya, sampe sekarang
Keluarga yang komplit, dua anak laki dan perempuan, mama papanyanya smart dan saling pengertian, kurang apa coba?
BalasHapusAllhamdulillah lega rasanya ya mbak setelah selesai. tinggal satu lagi ya binbin & Alvin :)
BalasHapusIya, mbak. Tinggal Binbin-Alvin. Tanpa rencana, kita sering barengan ya...
BalasHapusiya hampir barengan dengan kak pascalnya mbak lidya yah mbak sunatnya mas destin..masyallah semoga lekas sembuh :)..lega yah mbak rasanya sudah melewati kewajiban untuk khitanan anak..
BalasHapuskebersamaan bersama keluarganya terasa Mbak :)
BalasHapusMbak Lidya: Iya, mbak. Tinggal Binbin - Alvin ya...
BalasHapusMama Kinan: Ada rasa lega dan bangga, mbak. Tugas wajibku untuk destin sudah berkurang 2, yaitu sunat dan akikah.
Mbak Myra: Alhamdulillah iya, mbak. meski keluarga sederhana, tetapi insyaAllah bahagia.
Ridwan: Ikut mengamini... semoga terkabul ya harapan dna do'anya.
BalasHapusMbak Susi, maaf baru berkunjung ke sini. Waktu itu saya klik pendaftaran mbak Susi kok terhubungnya sama GA saya. Rupanya seharusnya ke kisah indah ini.
BalasHapusSemoga keluarga mbak Susi selalu dalam lindungan Allah.
Mbak Niken: Makasih mbak.
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)