Bermain game di facebook sebagai reward jika anak mau belajar


Banyak orang tua yang mengkhawatirkan dampak internet bagi anak-anak mereka. Bahkan saya dipaksa prihatin ketika guru mengaji saya yang masih muda pernah memberi tausiah tentang bahaya internet bagi anak-anak kita. Intinya jangan sampai mengijinkan anak berinternet ria. Saya yang mendulang rejeki dari internet tentu saja tidak setuju dengan semua penggambaran negatif tentang dampak internet yang beliau ketahui dari pengamatan pribadinya. 




Internet itu adalah sebuah alat komunikasi. Perlu diingat, bahwa fungsi dasarnya adalah media komunikasi. Baik buruknya sebuah alat, sangat tergantung pada pemakainya. Juga tergantung pada seberapa pengetahuan pemilik alat tersebut akan keamanan alatnya. Pernah pergi ke dapur? Di situ ada banyak sekali alat yang sangat bermanfaat sekaligus sangat berbahaya dan dapat melukai pemiliknya. Seperti itulah internet. Jadi, kita harus membaca dengan baik manual cara memakai internet yang baik agar tak melukai diri kita sendiri. Jangan lupa, pelajari cara tertepat memakai internet agar kita mendapat benefit yang lebih banyak dari internet. 

Saya pernah membaca bahwa remaja – pemuda/pemudi kisaran usia 15 – 34 tahun adalah generasi Y  atau generasi milenium yang lahir mulai 1980. Semua yang semua serba internet. Pengen memasak melihat resep di internet. Ingin membuat bros flanel, mencari di internet. Ingin melihat acara TV yang terlewat, mencari di internet. Pengen mencari teman-teman lama, mencari di internet. 


Maka, bagaimanapun kamu menolak internet sebagai media pembelajaran, kamu tak bisa mencegah perubahan. Dan harus kamu sadari, bahwa sudah lahir generasi Z, yang secara umum lahir di tahun 2000 sampai sekarang. Memiliki anak atau adik yang lahir setelah tahun 2000? Jangan heran jika mereka sudah sangat akrab dengan internet bahkan ketika mereka masih batita. 

Saya memiliki 2 anak yang lahir di tahun 2004 dan 2008. Mereka sudah akrab dengan komputer di usia 8 bulan dalam artian bisa mengoperasikan mouse dan bermain game di komputer. Mereka sudah bisa mencari tahu apa yang membuat mereka penasaran dengan bantuan google. Tentu saja, saya yang mengarahkan. 

Saya tidak memiliki memori super yang mengingat semua yang pernah saya baca seperti Lucy di film dengan judul sama. Ketika saya ditanya, “Mama, berapa panjang maksimal kelabang?” Daripada saya jawab asal, saya mengajarkan mereka bertanya secara aman di google

Akhir-akhir ini saya lebih mengarahkan ke Wikipedia Indonesia karena mereka sudah usia sekolah. Saya memilih tidak bekerja agar dapat memantau mereka di rumah, tentu saja. Saya mengajarkan internet aman kepada anak. Banyak gambar tak senonoh di google? Ajarkan mereka agar tidak scroll ke bawah jika memakai fasilitas google search ini karena biasanya di halaman pertama semua gambar aman. 

Tentu saja... ini sangat tergantung pada history pencarian di komputer kita. Jika pernah dipakai untuk mencari halaman dewasa, bisa jadi muncul di awal. Meskipun petarung SEO mas Parno berusaha keras menguasai pejwan, jika kita pakai save internet, mereka sulit menembusnya. 

Komputer saya aman. Dan juga, kami memakai Adblock plus untuk memblok iklan dan pop up. Situs mas Parno mungkin sudah banyak yang terjaring dan tidak dapat dibuka di Indonesia, namun saat ini yang berbahaya adalah iklan-iklan mas Parno. So... HATI-HATI. Nah... pertanyaannya kemudian adalah ... apakah kamu memakai internet yang aman tidak?? 

Anak saya termasuk generasi Z. Saya sendiri termasuk generasi X. Ada lompatan 1 generasi namun saya beruntung karena termasuk yang melek internet dan mampu memanfaatkannya secara maksimal. Atas ijin Allah, 90% penghasilan saya berasal dari internet. Anak-anak saya sudah akrab dengan internet sejak batita. 

Maka saya memakai internet sebagai salah satu alat saya membentuk karakter anak saya. Mulai dari hal sederhana seperti melihat gambar binatang, gambar buah, gambar pesawat, gambar kereta. Lalu lanjut ke menjawab pertanyaan mereka yang kadang tak terfikirkan seperti mengapa ikan berenang? Atau berapa ukuran ular terbesar? Dan bermacam pertanyaan khas anak yang harus dijawab dengan jujur. Di sinilah saya memanfaatkan koneksi internet dan google search untuk menjawab pertanyaan anak saya.

Sebagai generasi X, masa kecil saya mengenal yang namanya gembot (game watch). Generasi Y sangat akrab dengan PS. Nah... siap tidak siap, generasi W akrab dengan PS dan game online. Ada situs game online friv yang berisi ratusan game online anak mulai bayi sampai dewasa. Dan ada facebook yang saat in imenjadi penyedia game online andalan para generasi Z.



Salah satu topik pembicaraan anak saya yang masih SD adalah... level game yang mereka mainkan di facebook. Inilah mengapa saya memakai game online di facebook sebagai reward jika anak mau belajar. Dan cara ini sangat jitu mendongkrak semangat belajar anak saya, terutama nilai mereka di sekolah. Dengan melaporkan nilai 90-100, anak saya langsung dapat bonus bermain game 15 menit. Mengerjakan PR dan mengerjakan soal dari saya, mereka mendapat bonus bermain game selama 20-30 menit. Rata-rata bermain game mereka 30 menit/hari. Dan jika seharian mereka berperilaku sangat baik, ada extra bonus lagi berupa tambahan bermain game. Cara ini membuat mereka semangat. 

Bagi orang tua, itu adalah sebuah cara, bagi anak, dampaknya lebih banyak lagi, yaitu: 
  1. Mereka senang sekali dapat bermain game. 
  2. Game membantu mereka relaks dan menentukan tujuan 
  3. Game dapat mengembangkan kemampuan otak di bagian tertentu 
  4. Game juga dapat berarti afeksi atau kasih sayang bagi anak. Jadi anak merasa disayangi 
  5. Bermain game juga berarti kebanggaan, karena sama seperti teman yang lainnya 
  6. Game online mengajarkan anak berkompetisi 
  7. Game online mengajarkan anak berbagi.

Ada satu tambahan fungsi game yang tak dapat saya masukkan ke atas, yaitu mencegah bully teman yang berupa olok-olok. Anak jaman sekarang memang tak sama seperti jaman kita dahulu. Jaman sekarang, karakter anak adalah banyak bicara dan banyak bertindak. Kontrol lisan dan action lebih lemah sehingga anak mudah mengeluh, mudah mengolok, mudah terpuruk, mudah menaikturunkan semangat, mudah mengayunkan tangan. Suka atau tidak.. itulah yang terjadi. 

Kamu harus benar-benar mengamati untuk setuju dengan pendapat saya yang satu ini. Ketika semua serba mudah, apa saja berada di genggaman, kemampuan survive seseorang memang cenderung melemah. Di kondisi seperti sekarang, kita sangat akrab dengan teman maya dan berkomunikasi intens di dunia maya namun jarang berkomunikasi dengan orang yang berada di dekat kita seperti tetangga misalnya. 

Pikiran kita mungkin oot of the box namun fokus tubuh kita masih di dalam box  Ckckck... saya memunculkan polemik baru di paragraf ini. Bagaimana? Apakah teman-teman sepakat dengan pendapat saya? Berbagi pendapat yuk.....

17 Komentar

  1. wah keren nih mbak susi.. bs jg jd masukan bahwa game online ga selamanya buruk, selama kita tau batas2 yg harus dipatuhi.. memang sbg ortu zaman sekarang ga ada deh gagap teknologi ya, spy kita yg bs kontrol pemakaian anak2 menggunakan internet, ga bs jg dilarang krn skrg apa2 pake internet, termasuk cari info dan ilmu di internet bejibun smua itu kita dpt kan, makasih sharingnya ya mbak.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Kita harus cerdik menyiasati kebutuhan anak. Dan nampaknya game online sudah menjadi kebutuhan tersier anak.

      Hapus
  2. yes, boleh juga nih ya...biar bisa kedua2nya belajar dan bermain ya mak, jadi anak gak bosan dan bisa happy :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud saya juga begitu mak. Dampak positif yang lupa saya sebut adalah... aktivitas bermain di luar sedikit terkendali. Anak saya mbolang tiap hari mbak. Bersepeda kemana-mana.. bahkan jaraknya lumayan jauh.

      Hapus
  3. Reward harus diberikan secara bijak agar anak-anak tidak selalu mengharap reward.
    Terima mkasih tipsnya yang bermanfaat
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pakde. Jangan sampai reward itu menjadi dampak negatif. Lagi-lagi butuh kecerdikan orang tua dalam melihat kondisi anak

      Hapus
  4. Kalau saya bilang, internet ini mirip dengan pisau. Bisa berguna, bisa juga merugikan. Tergantung cara memakainya. Begitu pula saat dikenalkan pada anak. Kita mesti memberi aturan jelas dan alat proteksi agar hal-hal negatif tidak sampai pada anak-anak. *komen sok bijak, padahal belum punya anak. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pendapat yang benar. :)
      terpenting adalah anak dan orang tua siap. pola asuh sangat berperan penting.

      Hapus
  5. Saya aja masih maen game... Ha ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga masih mas Huda. Malah maingame-nya bareng anak-anak. Hahahaha...

      Hapus
  6. sepupu saya bisanya main game terus,di rumah nggak ada tv,jadi hiburannya kl pagi koran,pulang sekolah komputer dan isinya game semua hehe.nilai di sekolahnya bagus2. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak anak yang bermain game dan tetap pintar di sekolah mbak. sangat tergantung pada anak dan orang tuanya.

      Hapus
  7. soalnyaaa...kalau interaksi dg tetangga kudu keluar rumah dulu. padahal udah malas keluar rumah, hehe
    kalau saya sih kebanyakan para tetangga yang ke rumah, jadi massih sering berinteraksi, mbakk...

    iya juga yaaa. ini semacam hadiah, kalau udah kerjain PR atau nilai bagus, sok atuh ngegame

    BalasHapus
    Balasan
    1. Litha, enak ya kalo tetangga sering dolan. saya ketemu tetangga tiap pagi, belanja bareng di abang tukang sayur. selaijn itu ya waktu ngaji mingguan dan PKK dwi mingguan. hehe

      Hapus
  8. setuju... game itu baik jg utk otak ya...
    asal seimbang aja...

    BalasHapus
  9. Anak saya masih kecil-kecil, balita dua-duanya, tapi juga sudah ngerti ngegame sejak dini. Hihihi. Tapi namanya anak-anak, asal diajak main dan diperhatikan, game gak akan menarik baginya. Tapi gak tahu ding kalo nanti sudah besar-besar, kudu belajar lagi orang tuanya. :D

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)