Anak adalah nyawa keluarga. Anak hilang keluarga hancur. Pesan yang sangat kuat dan terlihat jelas dalam drama Cina Sword Rose. Mungkin sobat mengenalnya dengan judul Pedang Mawar. Temanya adalah penculikan anak.
Selama menonton ini, rasa hati diremas-remas. Tak mudah melihat keluarga hancur di depan mata. Meski hanya cerita fiktif (mungkin dari kisah nyata), tapi mengena sekali buat saya.
Episode demi episode saya lalui dengan perasaan berkecamuk. Sehari 2 episode saya lalap di saat terik matahari menggila. Dalam panas yang terik, emosi saya naik turun. Bibir tersenyum lebar bergantian dengan air mata berderai.
Cengeng! Kata saya. Tapi mau bagaimana lagi. Drama Dilraba Dilmurat kali ini sangat mengaduk emosi.
Sinopsis Sword Rose (Pedang Mawar)
Satgas Perdagangan Manusia sangat sibuk bekerja. Begitu banyak kasus anak dan remaja hilang. Kasus tak selesai menggunung. Garis komando jaringan penculik sulit ditembus karena berlayer-layer. Dalam kondisi semacam itu, Deng Yan menuai prestasi sebagai ketua satgas yang berhasil membongkarnya. Itulah garis besar kisah dalam drama Sword Rose atau Pedang Mawar.
Deng Yan punya kisah sendiri dengan penculikan. Sahabat masa kecilnya diculik di depan matanya. Ia bertekad menemukan kembali sahabatnya Lin Ran. Ini juga amunisi kegigihannya.
Satgas bergerak sangat cepat mengumpulkan remahan bukti yang sangat sepele. Merangkainya jadi bukti penculikan. Satu per satu korban penculikan ditemukan. Setiap 1 korban selamat berarti 1 langkah di depan.
Banyak sekali penculik dan komplotannya yang ditangkap. Tiap kali diinterogasi, mereka sering berkilah. Sungguh membuat bara di dada berkobar rasanya. Tapi juga ada pengetahuan tentang bagaimana para penculik ini juga penipu ulung. Juga tersingkap pola-pola penculikan dan penipuan.
Sungguh tak mudah mencari dalang utama penculikan. Jaringan mereka tersebar begitu luas dan terpisah. Masing-masing komplotan tak saling kenal. Baik ke samping maupun ke atas, mereka seperti bekerja sendiri.
Petunjuk sering terputus. Sangat menantang akal penonton.
Review Sword Rose (Pedang Mawar)
Mulai episode ke-6 saya terusik dengan perasaan kuat bahwa Lin Ran menjadi salah satu pelaku penculik. Setidaknya dekat dengan dalang utama yang dicari, si pincang. Awalnya karena menebak Bai adalah Xiao yang hilang 15 tahun lalu. Pasalnya ia mengasuh Fafa, gadis kecil yang dia culik juga.
Meski tebakan untuk Bai gagal, namun tebakan Lin Ran masih jauh dari terbukti. Hanya saja di episode ke-10 muncul gadis misterius meminta bonus pada ketua geng di rumah hiburan. Sekilas ia mirip Yang Zi. Cuma mirip, lho, karena saat itu hanya sekilas. Tapi memberi sinyal kuat.
Salah satu kelebihan drama Pedang Mawar atau Sword Rose selain jalinan ceritanya yang sangat apik adalah kemampuan meramu karakter ratusan peran yang ada terlihat alami dan mudah dimengerti. Ya, pemain cameo-nya teramat sangat banyak! Mungkin ini yang terbanyak.
Setiap 1 kasus melibatkan banyak cameo. Anehnya, karakter mereka kuat. Untuk yang ini saya harus angkat topi. Mereka menyampaikan pesan kuat tentang bermacam-macam arti anak kepada kita. Bagaimana mereka mencerna kehilangan itu. Dari para cameo itulah senyum lebar dan air mata berderai saya muncul.
Bicara karakter, saya ingin mengulas beberapa. Yang pertama adalah Nyonya Lin. Seorang ibu yang hancur ketika anaknya diculik. Ia mengelola kedai bernama Kedai Reuni, untuk menunggu anaknya pulang. Setelah 20 tahun kedai terhimpit toko-toko besar ia tetap menunggu karena di ujung jalan itu anaknya diculik. Ia takut anaknya kebingungan mencari jalan pulang.
Dalam satgas ada Chan Rui sebagai kolega Deng Yan. Polisi ganteng yang punya potensi tinggi. Dia harus memahami konsep polisi menolong seseorang tanpa melihat apakah ia orang baik atau orang jahat, dengan cara yang paling menyakitkan yang bisa kita bayangkan.
Jangan bayangkan ada romansa di antara mereka.
Pak Yin, anggota satgas tertua. Sangat berdedikasi, sayangnya ijazah pendidikan membuat kariernya mentok. Di antara 2 nama yang saya sebut, Pak Yin yang terbaik.
Jia Jia, anggota satgas muda bagian IT. Perannya sangat besar dalam menjalin benang merah sehingga operasi mereka berhasil.
Memang bukan hanya mereka berempat yang berperan, namun saya cukupkan mereka saja dulu. Agar lebih fokus saja.
Drama Pedang Mawar atau Sword Rose harus mendapatkan nilai tertinggi. Ceritanya begitu dekat dengan kita, tentang bangunan keluarga dan kehidupan sehari-hari. Dari merekalah kita belajar untuk lebih mawas diri. Bahaya bisa datang kapan saja. Jangan lengah. Jangan panik. Serahkan pada yang berkemampuan.
0 Komentar
Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)