Sosok Susindra yang Baru

Menulis selalu jadi passion-nya. Seperti membaca yang selalu menjadi aktivitas wajibnya. Tiap hari, Susindra hanya membaca dan membaca. Menulis hanya saat ia mau saja. 




Oh, ya. Susindra bukan nama sebenarnya. Itu nama lainnya. Nama aslinya adalah Susi Ernawati. Kalau title ditambahkan, jadinya Susi Ernawati S.Pd. Gelar yang sangat jarang ia pakai kecuali jadi narasumber resmi di institusi. Biasanya sih cukup dengan nama pena Susi Ernawati Susindra saja. 

Dari mana asal nama Susindra? Tentu saja dari Susi + Indra. Nama itu lekat padanya saat memutuskan serius menikah 22 tahun lalu. Di surat undangan pernikahanlah, nama Susindra pertama kali diperkenalkan. Tentu saja banyak yang tidak kenal. Hehehe. Setelah anak pertama lahir, barulah nama itu resmi jadi milik mereka, karena tertulis di akta kelahiran dan seterusnya di ijazah dan KTP anak. 


Bermula di Jepara

Susindra menetap di kota Jepara. Sebuah kota yang disebut sebagai Sudut Terlupakan, karena letaknya di ujung utara pulau Jawa. Saking ujungnya, tak ada lintasan bis antarpropinsi di sini. Pernah lihat di peta Pulau Jawa, dong, dan bisa bayangkan, sebuah wilayah paling utara dengan sebuah gunung itu. 

R.A. Kartini pertama kali menyebut kotanya sebagai sudut terlupakan di sebuah artikel promosi kerajinan rakyat di Eigen Haard tahun 1903. Ternyata, sampai tahun 2025, tak berubah! Tetap saja seperti itu. Tak ada mall di sini, tak ada bioskop, atau gedung untuk pertunjukan. Orang metropolitan yang datang ke sini akan merasakan aura slow living yang amat sangat kental!



Yep! Jepara memang slow living banget! Orangnya nyeni tapi tidak ndeso. Termasuk bergaya. Apalagi para perempuannya yang bergen kuat, sekuat Ratu Kalinyamat dan R.A. Kartini. Jadi, meskipun jauh dari ibukota, fashion di sini tak kalah dengan Jekardah. Viral sekarang, tak sampai seminggu sudah jadi trend! 

Ya... tapi beda dengan Susindra yang tiap hari memingit diri di rumah. Dia anomali bagi teman-teman maupun keluarganya. Salah satu kelainan di antara dua juta penduduk Jepara! Susi Ernawati Susindra memang makhluk aneh! Mungkin ia alien dari planet tak bernama.




Siapa Susindra sekarang?

Dia sungguh aneh! Introvert yang cuma bersinar di tempat yang nyaman baginya, yaitu dunia literasi dan Kartini. Di lain itu, dia silent bahkan hidden. Anehnya, ia sering kelelahan kalau di luar. Saat pulang, sebagian besar energinya seperti terbetot keluar. 

Mungkin itu karena hobinya membaca, membaca, membaca dan membaca. Tak ada waktu keluar dan tak terbiasa srawung dengan orang lain selain keluarga. Mungkin itu juga yang membuat ia berhenti berceloteh tentang dirinya di blog maupun media sosial. 

Baca terus, kapan menulis? Ya... lumayan sering. Blog Susindra memang sedang nganggur karena ia sedang malas. Sama seperti semua media sosialnya sedang off. Tapi... ia punya target menulis pribadi di tempat lain. 

Ia sedang fokus membuat buku! Tahun ini target membuat bukunya cukup banyak. Beberapa buku antologi, sudah akan terbit, tapi buku solo juga harus terbit. Yang terdekat adalah buku Meniti Tenang. Ia ingin saudarinya juga segera terbit, yaitu Memeluk Tenang

Dua judul di atas, harusnya berbentuk Trilogi Tenang dan berasal dari novel hibrid berjudul Di Ujung Jalan Kan Kutampar Kau dengan Sendawa. Judul yang aneh dan nyata sekali kalau emosi si penulis sedang bergolak. Wkwkwk. 

Nggak kok. Itu cuma judul yang tiba-tiba terlintas saja. Dan saat ditulis di KBM, alurnya berubah menjadi bagaimana si tokoh menjadi pribadi yang kalem dalam menghadapi tantangan hariannya. Silakan baca, full gratis. 



Susindra, bagi sebagian orang yang butuh informasinya, disebut sebagai perpustakaan berjalan untuk tema Kartini. Saking banyak yang ia baca. Tapi, sayangnya ia sangat pelupa. Begitulah kalau terbiasa begadang bertahun-tahun. Untungnya, saat ditanya, ia selalu bisa jawab cukup detail. 


Penyuka sejarah

Bisa ditebak, dong kalau passion Susindra lebih spesifiknya ke menulis sejarah? Yup. Dia memang suka banget Bisa dilihat dari blog ini. Ya, meskipun banyak juga cerita drama Cinanya. Itu me time dia.

Awalnya, tahun 2011 dia ingin belajar menulis story telling. Jadilah ia kesasar di kelas menulis cerpen Akademi Menulis Jepara di Arpusda Jepara. Dari situ ia kecemplung di kelas Ibu Profesional (disebut Ipers saja ya). Ia banyak belajar "menjadi ibu" dengan menguatkan peran sebagai pribadi yang kokoh. 

Dari Ipers ia melihat dunia perempuan dengan kacamata berbeda. Ia melihat banyak non-Ipers yang tidak menyadari dirinya terperangkap dalam dunia patriarki! 

Maka sampailah ia pada tokoh yang disebut sebagai feminis pertama Indonesia. Ia gali dan gali terus sampai akhirnya akrab dengan Rumah Kartini Japara. Akhirnya keterusan membantu meneliti sejarah di sana. Agar lebih afdol, ia ikut bimtek kepenulisan sejarah

Akhirnya sampai sekarang ia sering terjebak dalam buku-buku sejarah yang tebal-tebal itu. Kalau dapat komisi dari pekerjaan membuat reels yang lumayan, ia rajin membeli buku, sebagian besar buku seken karena terbitan lawas. Malahan beberapa bukunya punya usia sama tua dengannya!



Katanya sejarah membosankan, membuat orang tertidur... tapi baginya, sejarah bisa jadi obat anti tidur. Setidaknya ia beberapa kali lupa tidur selama 90 jam gara-gara melakukan riset dan membaca. Itu antara tahun 2017-2022. 

Mau bagaimana lagi, dia merasa bersalah jika tidur pagi/siang/sore karena itu perannya sebagai ibu dan istri. Maka jika keasyikan membaca sampai jam 2 pagi, ia akan meneruskannya sampai jam 4: waktu baginya memulai peran sebagai ibu rumah tangga.

Sekarang, ia sudah jadi alita. Cuma kebablasan satu malam saja sudah tepar dan body ngadat. Tak ada cerita gila saat riset. Cuma lembur sampai jam 12 malam saja sudah gemetar badannya, dan berlinang-linang matanya tanpa sebab. 

Tapi... ia tetap mencintai sejarah dan menjadikannya sebagai lahan untuk mewariskan hidupnya. Di sisa waktu yang ia tak tahu sampai kapan, tulisan-tulisan sejarah banyak ia tulis di draft buku solo. Jika ada antologi yang menarik, ia ikut serta. Targetnya memang punya baaanyak buku untuk diwariskan ke keluarganya dan orang yang menyukai tulisannya. 

Saat ini ia sedang mengikuti kelas Mindful Writing dari Pusaka Indonesia. Harus terus melebarkan sayap, mencari teman perjalanan menulis, dan melebarkan kolam literasi, kan? Maka inilah Sosok Susindra yang baru





0 Komentar