Mastitis... Aduh Sakitnya.... : Dinamika Menyusui

Setelah sakitnya melahirkan, tantangan selanjutnya adalah sukses menjadi busui atau ibu menyusui. Tidak mudah, lho. Banyak yang mengalami masitis atau pembengkakan payudara karena ASI tak mau keluar. Rasanya wow banget. Saya mengalami nyeri yang kuat pada payudara karena peradangan, juga demam sekaligus kedinginan sampai menggigil. Gejala lain yang saya alami adalah sakit kepala hebat, leher kaku, dan (tulang) punggung nyeri.


Hamil, melahirkan, dan menyusui kali ini terasa seperti serba pertama kali. Jarak 10,5 tahun memang lumayan mengaratkan kenangan, bahkan kenangan spesial sekali pun. Kenangan tentu ada, tapi rasa telah memudar, hanya menyisakan kerinduan. Rindu ingin mengecap kembali rasa itu, agar kenangan lebih nyata.

Lupa, saya lupa. Bahkan tubuh saya pun lupa. Saat hamil, semua terasa seperti baru, seakan pertama kali hamil. Ketika persiapan persalinan, saya merasakan "gempa" yang sangat intens, seakan jalan lahir bayi sedang melakukan banyak perbaikan. Kontraksi palsu sangat sering terjadi. Semakin lama semakin intens. Saat persalinan, ah... Saya hanya mengikuti naluri, meski tak urung berteriak juga, bagaimana cara berhenti mengejan karena bukaan masih 8. Saya panik, saya sendirian, dan saya tak mendapatkan ruang bersalin karena penuh, sehingga melahirkan di lorong dalam kamar persalinan bersekat tiga. Pengalaman yang tak biasa dalam melahirkan.

Lupa... Juga terjadi saat menyusui. Ketika sudah seharian berjuang merangsang ASI muncul dengan terus memberikan papilla/puting susu agar dihisap Bayi Gi, saya baru sadar jika hanya separuh papilla yang dihisap. Garis putih muncul di tengah dan nyeri yang sangat terasa. Saya mulai panas dingin dan tensi darah naik. Harusnya 110/70 menjadi 120/80. Normal? Tidak. Leher saya sangat kaku, kepala berdenyut-denyut, nyeri. Saya biasa di angka 100/70. Kadang 90/60. Jadi, 120/80 itu terlalu tinggi bagi saya.



Baca juga:
Bayi Laki-laki Lagi!
Saya gagal mengeluarkan ASI pada hari kedua. Bayi Gi baru mendapatkan makanan perdananya pada hari ketiga, dari papilla kanan. Saya berkeyakinan bahwa bayi bisa bertahan hidup tanpa makanan selama tiga hari. Deg-degan juga, sih. Alhamdulillah akhirnya ASI muncul pada payudara sebelah kanan. Bayi Gi segera minum dengan lahap. Sebentar-sebentar mencari minum. Mungkin karena lapar sekali. Saya kewalahan menurutinya, tapi tak bisa mengharapkan bantuan ASI dari payudara sebelah kiri yang meradang, panas, dan sangat nyeri. Papilla atau putingnya pun lecet cukup parah.

Papilla kiri terlalu sakit sehingga saya sembuhkan dulu dengan sering-sering mengompres dengan air hangat dan mengolesi bagian yang terluka dengan ASI. Ternyata... Papilla kiri makin meradang. dan jadi masitis. Bengkak besar tapi ASI tak bisa keluar. Saya telah mencoba melakukan pijat laktasi dan pijat oksitosin, juga memerah Asi secara manual. Tak ada Asi yang keluar, dan bengkak semakin besar. Pada hari ketiga, sekitar pukul 19.30, saya sudah bersiap istirahat dan tiba-tiba, rasanya saya seperti diguyur air es. Dingin yang sangat sampai saya memekik kedinginan, lalu lanjut dengan badan gemetaran tanpa bisa dikendalikan. Setidaknya itu terjadi sekitar 20 menit. Saya terus menggigil meski dua buah selimut tebal telah menutup seluruh badan saya.



Saya melakukan kesalahan kecil, yaitu tidak menyusukan bagian yang terkena masitis kepara Bayi Gi. Rasa nyeri di bagian areola bawah mengalirkan rasa sakit yang sangat di punggung dan kepala saya saat dihisap. Tak hanya itu, ASI enggan keluar meski saya rajin memijatnya. Saya menunggu lukanya sembuh sambil terus mencoba mengompres dan memerahnya. Saya menyembuhkan luka dengan menjaga kebersihan dan mengolesinya dengan antibiotik alami, yaitu ASI. Caranya saya jelaskand di artikel Tips menyusui dengan papilla besar.

Itulah kesalahan saya. Seharusnya saya tetap menyusukan bagian yang sakit tersebut. Saya menunda-nundanya sampai sembuh. Pada usia Bayi Gi yang ke 15 hari, payudara kanan telah bisa menghasilkan 100 ml, dan payudara kiri baru 20 ml. Selisihnya sangat banyak dan saya makin kewalahan menuruti semangat minum Bayi Gi yang banyak. Agar saya tetap bisa tidur malam, akhirnya saya dan suami sepakat menambahkan sufor dalam rencana belanja, sampai kedua payudara  memproduksi ASI secara normal. Sampai usia 7 hari kami setia memberi minum dengan sendok. Hari ke delapan kami menyerah. Kami menggunakan dot bawaan dari pompa manual LVB. Dan di usia ke 15, Bayi Gi mulai bingung puting. Walaaah... semacam gali lubang tutup lubang, ini, meski tak ada kaitannya dengan utang. Bahahaha.... Dinikmati sajalah seni dan dinamika menyusui kali ini.


Ketika mengalami masitis, saya melakukan beberapa hal, yang saya pelajari dari berbagai situs yang mendedikasikan pada kesehatan ibu dan anak. Alhamdulillah makin banyak, ya, sekarang.

Inilah langkah saya dalam mengatasi masitis atau pembengkakan payudara:
1. Sering mengompres dengan air hangat, terutama saat akan menyusui dan atau memijatnya.
2. ASI yang keluar langsung saya oleskan ke bagian yang lecet agar cepat sembuh.
3. Tidak saya susukan selama 2 hari agar lecet agak sembuh dan saya tidak terserang nyeri di punggung dan kepala (lewati tips ini karena terbukti membuat ASI makin minimalis)
4. Susui bayi dengan kedua payudara secara bergantian.
5. Pastikan menyusui dengan cara yang benar.


Sederhana sekali, kan cara saya?
Oh ya, kalau penasaran dengan teknik pijat laktasi dan pijat oksitosin, silakan cari di Youtube ya.... Saya pernah mendeskripsikan di artikel sebelumnya, tentang papilla. Bisa juga langsung cus ke sana.


Itulah pengalaman saya mengalami masitis atau pembengkakan payudara pada hari ketiga sampai hari ke sembilan. Lama sekali... huhu... 

2 Komentar

  1. ASI adalah asupan penting buat Anak, terima Kasih Ibu. Tanpa pengorbananmu kami2 bisa sehat dan tahan penyakit sampai sekarang.,

    BalasHapus
  2. Perjuangan ibu tidak berhenti di saat melahirkan...
    Dan rasa menggigil gemeyar tiba2 jg aku alamin di hari ke2/ke3 di rumah, pd saat ada yg dtg nengok dedek. Cuma bs tergolek di kasur sambil berselimut, bedcover, jaketan...
    Kl inget pengalaman melahirkan terakhir pas di RS aku bawa kaos kaki krn kedinginan sesaat stlh melahirkan

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)