Kisah Hidup Mas Ajeng Ngasirah Tidak Sesedih yang Digambarkan di Novel dan Film

Mas Ajeng Ngasirah. Gelar yang disandang oleh seorang pembatik setelah menikah dengan Raden Mas Samingun. Dia adalah putri seorang mandor perkebunan gula di Mayong. Ayahnya bernama Modirono dan ibunya bernama Siti Aminah. 

Kisah Hidup Mas Ajeng Ngasirah Tidak Sesedih yang Digambarkan di Novel dan Film

Si perempuan sederhana itu seperti ketiban sampur. Raden Mas Samingun adalah putra seorang bupati yang kaya raya dan memiliki karier cemerlang. Suaminya itu juga berwajah tampan sedikit kearab-araban. Kariernya diperkirakan melesat dengan cepat karena ia adalah sangat sedikit dari wodono yang bisa berbahasa Belanda. Saat ini ia menjadi wedono di Mayong, sebuah distrik di Kabupaten Jepara. Benar saja, 9 tahun kemudian suaminya menjadi bupati di Jepara. Meski itu artinya ia harus lengser menjadi selir karena memiliki Raden Ayu adalah syarat menjadi bupati pada zaman kolonial.

Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1872. Tak ada data pendukung tentang bagaimana pernikahan antara putra bangsawan dengan rakyat jelata tersebut berlangsung. Apakah dirayakan secara meriah atau hanya senyap. Satu yang pasti, pernikahan tersebut tercatat secara resmi dan sah. Semua akta putra dan putri menorehkan namanya sebagai ibu kandung.

Ngasirah cukup rajin melahirkan. Jarak antar putra dan putri berjarak 1 - 4 tahun. Coba perhatikan tanggal lahir mereka:
1.       Raden Mas Slamet lahir 15 Juni 1873.
2.       Raden Mas Boesono lahir 11 Mei 1874.
3.       Raden Mas Kartono lahir 10 April 1877.
4.       Raden Ajeng Kartini lahir 21 April 1879.
5.       Raden Ajeng Kardinah lahir 1 Maret 1881.
6.       Raden Mas Moeljono lahir 26 Desember 1885.
7.       Raden Ajeng Soematri lahir 11 Maret 1888.
8.       Raden Mas Rawito lahir 16 Oktober 1892.

Di dalam banyak literatur, dikatakan bahwa Ngasirah adalah anak dari Kyai Haji Modirono dan Hajjah Siti Aminah, yang tinggal di Teluk Awur. Di lain literatur dikatakan sebagai anak mandor pabrik gula di Mayong. 

Teluk Awur adalah sebuah desa yang seharusnya sudah dinyatakan sebagai Desa Wisata Jepara karena memiliki tradisi unik yaitu Perang Obor. Desa tempak Kyai Gemblong dan Kyai Babadan berseteru sehingga menjadi legenda setempat. Sedangkan Mayong adalah sebuah kecamatan yang menjadi bagian dari Jepara. 

Saya tidak hendak meralatnya, karena hal itu benar adanya. Namun menurut interpretasi saya, status terhormat kedua orangtuanya tersebut didapatkan setelah sang putri menikah. Saya mengacu pada literasi yang menyatakan bahwa Ayah Ngasirah adalah seorang pegawai rendah di perkebunan gula di Mayong. 

Jarak antara Mayong dan Teluk Awur sangatlah jauh untuk ukuran tahun 1800an. Mereka takkan mampu memiliki kereta kuda, apalagi Milor atau kereta besi tanpa kuda. Iya, saya mengacu pada kata mobil di zaman sekarang. Milor hanya dapat dimiliki oleh orang yang amat sangat kaya. Disebut Kereta Milor dari kata My Lord atau Tuanku. Jangan pula berpikir tentang naik sepeda atau sepeda motor. Berhenti membandingkan kondisi di masa lalu dengan masa sekarang.


foto ngasirah
Foto Ngasirah, pinjam dari Twitter-nya Kang Maman @maman1965


Kembali ke Ngasirah....
Agak sulit bagi saya menyelami tentang perempuan hebat ini. Dari rahimnya, lahir putra-putri yang mengubah dunia dengan caranya. Putra pertama, Raden Mas Slamet, meski tidak sampai menjadi bupati, namun ia tetaplah mendapatkan posisi di Inlandsche Bestuur. Mudahnya, jika sekarang, ia menjadi PNS Bumiputra. Adiknya, sang putra kedua mendapatkan gelar pangeran arya seperti kakeknya. Putra ketiga kita kenal sebagai wartawan Perang Dunia II dan saat kembali ke Indonesia lebih fokus pada penyembuhan secara spiritual di Bandung.

Putri pertama, atau anak keempat adalah sosok yang terus dibuat kontroversinya setiap bulan April. Pasti tahu. Putri kedua sedang diajukan menjadi Pahlawan Nasional karena membuat RSUD Tegal dengan menjual sekolah bumiputra pertama di Tegal serta membuat banyak buku panduan belajar sekolah keputrian untuk biaya sekolahnya yang juga memiliki banyak cabang, bahkan sampai Aceh.

Selanjutnya ada dua anak kali-laki yaitu Moeljono dan Rawito yang memilih bekerja di luar bidang pemerintahan. Masih ada anak ketujuh atau putri terakhir, Soematri, yang menjadi sosok paling modern di antara semua saudaranya, karena ia menyambut perubahan zaman dengan segala kesempatan. Ia dan suaminya menjadi salah satu anggota Yayasan Kartini yang mendirikan Sekolah Kartini di kota-kota besar pada saat itu. 

Bagaimana seorang yang digambarkan bernasib buruk bisa memiliki putra dan putri hebat seperti mereka? Lupakah kita bahwa ibu adalah pusatnya keluarga?

Bagaimana dengan banyaknya anak yang ia lahirkan, apakah ia bisa digambarkan sebagai sosok yang tugasnya hanya manak atau membuat anak?

Banyak pertanyaan yang saya coba jawab di blog Cakrawala Susindra ini.

Kartini, putrinya adalah sosok yang sedemikian peka dan mencintai ibunya sehingga ia tak bisa merelakan kewajiban adat yang menuntut ibunya dipanggil Yu

Kartini telah tersentuh budaya Eropa yang liberal sehingga tak rela adiknya menyembah dirinya, apalagi ibu yang mencintai dirinya. 


Sebelumnya saya sudah menulis tentang Poligami dan Politik Pemerintah Kolonial yang menarik untuk dipelajari.

Juga postingan Mengapa Selalu Kartini dan Bukan Cut Nyak Dien untuk menjawab suara-suara sumbang tentang penetapan Hari Kartini.

Dia ingin dicintai sebagai dirinya sendiri, bukan karena jabatannya sebagai putri tertua yang diemban sejak tahun 1896-1903. Jabatan yang membuatnya memegang kendali tata pergaulan antar saudara. Yang membuat keluarga ini melesat sebagai keluarga cemerlang dan berkiprah di sekitarnya. 

Tentu saja, hal ini tak bisa dilakukan tanpa dukungan ayahnya sebagai "penguasa tertinggi" di rumah. Bagaimana dengan ibu tirinya yang digambarkan jahat dalam film? Ooh.. perempuan baik ini juga tergilas oleh adat dan zaman. Saya akan menceritakan tentangnya, suatu saat. Kasihan kalau terus saja dibully sebagai pelakor yang jahat.

Ngasirah memiliki hidup yang sangat baik di rumahnya, dan sangat dicintai oleh suaminya. Fakta bahwa ia tinggal di rumah sendiri, di sebelah kiri rumah utama bukan berarti ia tidak diterima di sana. Fakta bahwa ia dipanggil Yu, bukan ibu, adalah sebuah hal yang lazim pada saat itu. Lama-lama terhapus juga dan pada akhirnya Kartini bisa dengan bangga menyebutnya ibu dalam suratnya. Dia memang pendobrak adat di rumahnya, dan rumah Bupati Jepara tersebut terlalu modern untuk ukuran saat itu.

Makanya.... saya sarankan jangan berhenti membaca surat di tahun 1899 saja, tapi khatamkan sampai surat tahun 1904. Jumlah yang sudah dibukukan dalam bahasa Indonesia ada 141 surat dan tampak perubahan zaman di sana.

Ngasirah juga berkirim surat kepada keluarganya di luar rumah Bupati. Menggunakan bahasa Jawa, kalau menurut pengakuan R.Ay. K. Reksonegoro, putrinya. 

Ngasirah pergi ke Semarang sebulan sekali dengan ditemani seorang kapten polisi. Dia pengatur keuangan dan kebutuhan rumah tangga dan terlalu baik menjalankan tugasnya. Dia punya sebuah kantor sendiri di belakang rumah.

Mau tahu apalagi tentang dia? Tanyakan saja.

Kebetulan saya pernah ke makam beliau di Pemakaman Sidomukti. Makam beliau bagus, jika dibandingkan dengan makam lainnya. Diberi pagar dan atap. Lokasinya di dekat makam suaminya. Kalau diurutkan, dari kanan ke kiri, adalah makam suaminya, makan raden ayunya, makan putra kedua yang menjadi pangeran, lalu makam dirinya. Mereka berada dalam satu bangunan yang diberi sekat. Di bangunan kanan sang bupati Jepara tersebut terdapat sebuah makam yang paling besar, yaitu makam putra ketiganya, Kartono.

Makam ngasirah di sidomukti


Ada satu yang menggelitik perasaan saya saat melihat nama nisan yang tertera R.A. Sosroningrat. Saya kurang paham sejarah penamaan itu, apakah resmi atau hanya ditulis saja. Mungkin kelak kita akan tahu kisahnya. Belajar sejarah memang harus sabar dan pelan-pelan.

Makam di atas adalah makam M.A. Ngasirah di Pemakaman Sidomukti Kudus. Jenazah beliau dipindah ke sana agar berkumpul bersama keluarga Sosroningrat lainnya, tapi saya lupa kapan tepatnya.
Sebelumnya beliau dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Citrosoman di belakang Masjid Sendang.

penulis di makam sidomukti


Jadi... apakah kisah saya hari ini mengejutkanmu? Bagikan pada temanmu agar semakin banyak yang tahu. Dan jangan sungkan membaca kisah saya tentang Kartini dan Keluarganya atau kategori sejarah.

41 Komentar

  1. memang dibalik sosok seorang yg hebat, pasti membuat org akan terkagum akan org tuanya ya mba. kepengen sekali saya juga membuat harum nama org tua saya lewat karya atau usaha dan kerja keras saya. saya juga ingin menjadi kartini yg org tdk hanya ingin mengenalnya tetapi ingin mengenal ttg org tuanya terkhusus ibunya. Ah, komplit mba ceritanya. saya yg gk suka pelajaran sejarah jadi luas pengetahuannya mengenai kartini dan keluarganya setelah baca artikel ini. tfs mba.

    BalasHapus
  2. Belajar banyaak sekali saya tentang mas ajeng ngasirah lewat postingan ini mbaak susii, senang bisa tau sejarah perjalanan hidup dari ibu RA kartini ☺️ komplit sekalii artikelnya . .

    BalasHapus
  3. makasih mbak, aduh jadi banyak tahu ceritanya, manfaat banget

    BalasHapus
  4. Kalo tidak membaca lewat tulisan mba Susi, aku pun gak tau kalo mas ngasirah ini adalah ibu dari R.A Kartini.

    Betul-betul menginspirasi. Mengingat bahwa kecerdasan secara genetik diwariskan dari ibu. Makanya nggak salah kalo anak-anak beliau adalah orang hebat dan berpengaruh

    BalasHapus
  5. Ibu yg hebat, membuat anaknya juga hebat. Semangat untuk perempuan2 semuanya. Semoga kita bisa terus bertambah lebih baik

    BalasHapus
  6. Baca ttg ini Aku jadi ingat novelnya Umar kayyam, yg judulnya Para Priyayi.. tapi aku belum sempat nonton filmya sih,, padahal film kolosal keren2 cinematic nya

    BalasHapus
  7. Saya jujur baru tahu sosok Raden Mas Ngasirah ini, Mbak. Dan sosoknya sangat mengginspirasi ya. dari seorang gadis biasa, yang terangkat derajatnya. Ini ada pesan tersirat, bahwa nasib seseorang kelak bisa akan berubah.
    Penasaran mau baca novelnya atau nonton filmnya.

    BalasHapus
  8. Saya tersenyum ketika membaca kalimat "cukup rajin melahirkan".

    BalasHapus
  9. Kisah sejarah bermanfaat nih Mbak. Bikin kita mengenal lebih dekat sosok Kartini dan keluarganya. Ibu Kartini itu bikin para wanita termotivasi, karena jiwanya kuat, berani dan mampu jadi pendobrak peradaban Jawa.

    BalasHapus
  10. Saya baru tahu tentang sejarah ibunda dari RA Kartini. Sosok wanita yang luar biasa tentunya, mampu mendidik anak-anaknya hingga punya pemikiran yang jauh ke depan

    BalasHapus
  11. Nyatanya saya terkejut. Awalnya baca judulnya doang cuma ngebatin, siapa sih ini? Wah kuper juga saya. Semakin sy scrol semakin takjub dibuatnya. Ibunda RA.Kartini, dengan saudara2 hebat lainnya. Sungguh ibu memang gerbang utama peradaban. Salut buat Mas Ajeng Ngasirah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaa ... Rasanya bodoh banget. Ketahuan nggak pernah belajar sejarah, hihihi ... Setujuuu ... Ibu memang gerbang utama peradaban.

      Hapus
    2. Benerr, baru ngeh pas lihat nama anak-anaknya, ada Kartini. Sekejap sadar, wah ternyata Mas Ajeng Ngasirah ini ibunya Kartini. Semakin takjub waktu lihat pemikiran dan perilakunya. Di masa itu, Ngasirah sudah layaknya perempuan modern. Nggak heran kalau Ibu Kartini bisa memperjuangkan emansipasi wanita, sudah menurun dalam darahnya

      Hapus
  12. Mas Ajeng Ngasirah ini berarti ibundanya RA Kartini ya mbak. Ternyata bukan hanya RA Kartini saja yang hebat ya, saudara-saudarinya juga. Makasih banyak atas artikel yang bermanfaat ini mbak, jadi belajar sejarah lagi dengan cara yang asyik.

    BalasHapus
  13. sejarah akan di tulis ulang oleh orang yg benar paham dan pernah hidup di zamannya.. saya sangat suka dengan tulisan ini mewakili wanita di Indonesia memang sangat perkasa dan kuat banget

    BalasHapus
  14. Aku nggak akan pernah mengenal sosok Mas Ajeng Ngasirah kalau nggak membaca tulisan Mbak Susi ini. Pernah ada film dan novel tentang beliau kah? Huhuhu ... Semakin nggak tahu lagi aku.

    Membaca nama putra-putri beliau, ada nama RA. Kartini di sana. Ibu Kartini kah itu? Sama-sama orang Jepara. Kalau betul, nggak salah kalau Ibu Kartini menjadi sosok wanita hebat karena ibundanya pun juga hebat.

    BalasHapus
  15. Wah, pertamax ini saya membaca kisahnya Ibunda Kartini mba. Terima kasih. Hehehe. BTW, tradisi Perang Obor masih lestari sampai sekarang kah mba?

    BalasHapus
  16. Teerimakasih mba kisahnya. Aku baru pertama banget tahu tentang kisah yg ditulis di sini.

    BalasHapus
  17. Waah pengetahuan sejarah yang baru. Setelah pandemi ini berakhir harus berkunjung ke jepara nihh untuk ziarah ke makam beliau.

    BalasHapus
  18. memang ngga ujug2 atau tiba2 ya seorang Kartini tiba2 jadi sosok yang maju melewati jamannya di era itu, lingkungan kuncinya. dan asuhan dari sang ibu dan saudara saudari yg mendukung ya. Keren ini mbah Ngasirah (melihat makamnya tulisannya mbah)

    BalasHapus
  19. Aq bner2 payah dalam sejarah dan ku tak tau kisah ini.. jadi taka d perasaan terkejut.. malah jadi penasaran dg kisah yg dbuat "menyedihkan" itu.

    BalasHapus
  20. Oh.. Jadi beliau ibunya R.A kartini. Saya baru tahu lho. Tapi karena nggak pernah dengar ceritanya saya jadi agak bingung dan penasaran, gimana ceritanya sampai beliau di ceritakan punya hidup yang menyedihkan? Apa maksudnya ibu tiri itu dimadu?

    BalasHapus
  21. Belajar sejarah menyenangkan ya mbak. Kita jadi tau asal-usul ceritanya. Jujur, saya baru tau cerita ini. Beliau ibunya R.A Kartini.

    BalasHapus
  22. Memanglah benar ya Mba Susi, bahwa ibu adalah madrasah pertama anaknya. Dan dari ibu yang hebat akan tercipta generasi hebat untuk negeri ini..

    BalasHapus
  23. Setuju nih, bahwa ibu itu gak cm bs "manak", saja tp juga mendukung putra/i jd orang-orang hebat seperti ibunya RA Kartini ini, Ibu Mas Ngasirah, al faatihah

    BalasHapus
  24. Saya mau membuat pengakuan :). Mengejutkan Bu. Saya suka baca sejarah eh tapi cerita ini kok terlewat dari saya ya. Soalnya hanya kenal Kartini saja. Kisahnya rumit, banyak liku-liku. Kisah cinta yang penuh pengorbanan akibat aturan adat pula.

    BalasHapus
  25. Mbak susii aku rasanya pengen ke Jepara ketemu dan ngobrol banyak soal sejarah dan sekalian diajakin dolan ke kawasan sejarah di jepara,
    Suka aku tuh ngobrolin sejarah 😍
    Kalau kenal pas aku pernah di pare kampung inggris thn 2012-2013, mungkin udah melipir aku ke Jepara hehe,
    Sekarang udah tinggal di medan lagi, udah susah kemana-mana,
    Kalau suatu saat aku jalan ke Jawa lagi, terima aku sebagai tamu mu ya mbaeee hehehe

    BalasHapus
  26. Membaca kisah hidup Mas Ajeng Ngasirah, ibu dari putra-putri yang berpemikiran maju pastinya Beliau bukan perempuan sembarangan. Setuju, belajar sejarah memang mesti sabar dan pelan-pelan agar tak mengambil kesimpulan instan.
    Selalu senang membaca kisah seputar Kartini yang selalu diulas Mbak Susi dengan baik sekali

    BalasHapus
  27. Terimaksih telah menulis ini mba.
    Saya suka membaca sejarah dan juga biography atau perjalanan hidup orang orang terkenal.

    BalasHapus
  28. Ternyata ibu Kartini itu terlahir dari wanita yang luar biasa ya ... Bunda yang hebat

    BalasHapus
  29. Aku sangka raden mas ngasirah itu laki-laki lho mba. Soalnya ada masnya. Terus aku juga bingung waktu awal baca paragrafnya. Raden mas nikah ama raden mas lagi. Seriusan bingung aku awalnya, abis kata masnya aku sangka kayak laki-laki nikah ama laki-laki hihihi 😂. Maafkan kurang ilmunya ini tentang jawa begitu.

    Baca ini jadi kayak baca sejarah aku mba. Jadi inget kartini. Makasih ceritanya aku jadi tahu tentang raden mas ngasirah

    BalasHapus
  30. Banyak pelajaran ya Mbak pastinya dengan mempelajari sejarahnya ibunda RA Kartini. Banyak dapat insight yang mencerahkan Alhamdulillah

    BalasHapus
  31. Ibu hebat melahirkan anak2 hebat..btw sy baru tau RA Kartini bnyk saudaranya.. ini cerita terkumplit yg pernah sy baca ttg ibu Kartini..mksh mba Susi sdh berbagi cerita

    BalasHapus
  32. Waw anak2nya pada hebat2 ya
    Tentu karena binaan dan didikan beliau yang membuat anak2nya sehebat itu
    Jadi orang semua

    BalasHapus
  33. Aku suka sekali tulisan kak Susi.
    Selalu membawa kebahagiaan mengenal sejarah Jepara dengan baik.
    Kak Susi, kalau membaca refrensi sejarah, perlu dicocokkan dengan buku terbitan lain?

    BalasHapus
  34. Bagus tulisannya Bu, dari ibu yg hebat lahir anak2 yg hebat... Termasuk Kartini. Darah perjuangan dan keilmuan sudah mengalir secara turun temurun. Sejak dari kakek neneknya

    BalasHapus
  35. Mas Ajeng Ngasirah luar biasa melahirkan anak yang akhirnya menjadi sejarah dan inspirasi. Sejujurnya kalo gak baca tulisan ini, paling yang kutahu dia adalah sosok yang menderita karena di Film karya Hanung adegannya nangis2. Ah makasih mba tulisan bagusnya ini :))

    BalasHapus
  36. Keren banget sosok dibalik R.A Kartini ini ya, saya pernah melihat filmnya tapi sayang sekali sosok ibunya tidak terlalu menonjol. Terima kasih ceritanya kak

    BalasHapus
  37. dari dulu tuh sempat ngebatin. pengen tahu ibu dan bapaknya RA Kartini. Biasanya anak yang dididik hebat sama orangtuanya jadi orang hebat pula. pas baca judul sempet bingung ini siapa sih, eh pas baca sampai habis baru sadar ini ngebahas ibunya RA Kartini. Masyaallah keren ya ibunya.

    BalasHapus
  38. Wah, aku baru tau nyonya Ngasirah ini dariembaca review ini. Makasih banyak infonya Kak. Mungkin masih ada banyak tokoh lagi yang belum kita ketahui ya.

    BalasHapus
  39. aku suka bacanya suka, banyak gak yang bisa dipelajari ini
    tentang kisah hidupnya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)