Story of Xing Fu, Drama Zhao Li Ying tentang Perjuangan Gadis Desa

Baru selesai menonton drama seri Story of Xing Fu. Semangat dan perjuangannya masih terasa. Membuat saya jadi bersemangat karena seperti diingatkan bahwa bahagia itu bonus setelah mengalahkan tantangan yang ada.



Malahan bukan hanya itu saja, tapi juga perasaan positif karena nasib memang bisa diubah jika mau. Akting Zhao Li Ying memang sudah matang dengan sempurna. Keren banget! 

Sungguh, rasanya memang seperti mendapat limpahan energi positif. Setelah menyelesaikan Wild Blooms yang juga diperankan si cantik imut ini, saya melanjutkan ke Story of Xing Fu. Kemudian, memutuskan mereview yang terakhi ditonton dulu. 

Si wanita baja kalah dengan si gadis desa? Tidak juga. Wild Blooms yang mengisahkan perjuangan wanita bermental baja hanya sedikit tergeser saja.


Sinopsis Story of Xing Fu

He Xing Fu menikah dengan Wang Qinlai, pemuda dari desa Wan. Pernikahannya berubah jadi tragedi karena adiknya, He Xing Yun dilecehkan oleh Wan Chuan Jia. Kakak-adik He tak bisa menuntut karena status Wan dan pelecehan dilakukan saat wedding hazing atau hunnao. Pada saat itu hunnao dianggap tradisi nenek moyang. 

Singkat kata, He Xing Fu menjadi menantu keluarga Wan yang sangat menghormati Sekretaris desa mereka yang bermarga Wan. Namanya Wan Shan Tang. Aktor kawakan bernama Liu Wei yang memerankannya.

Kalau bingung, kebetulan nama desa dan nama marga pemimpinnya sama. Dan kebetulan keluarga Wan punya perusahaan skala nasional di sana. Makanya mereka didewakan. Upaya Xing Fu mencari keadilan bagi adiknya membuat ia hampir diceraikan. 

Xing Fu meski gadis desa namun sangat cerdas dan progresif. Ia melihat suaminya pandai bertani, maka mengajaknya membuat pertanian organik. Seluruh uang mereka gunakan sebagai modal, dan sudah ada penampung sayur yang mereka tanam. Seharusnya sudah bisa bahagia. Namun ternyata keluarga Wan ingin membuat pabrik produk kesehatan dan tanah mereka menjadi tempatnya. 

Setelah serangkaian transaksi sangat alot sampai suami dan mertua Xing Fu bergantian masuk ke rumah sakit, akhirnya tercapai kesepakatan dan mereka hidup damai lagi. Xing Fu melahirkan anak laki-laki. Ketika merayakannya, ternyata Sekretaris Wan ditahan. Masyarakat desa mengusir Xing Fu dan suaminya. Mereka mengadu nasib di kota. Setting Story of Xing Fu bergeser ke kota. Di mulai dari perbedaan besar antara gaya hidup di desa dan di kota, padahal hanya berjarak 2 jam perjalanan dengan mobil pribadi. 

Xing Fu cukup cepat beradaptasi. Ia luwes dan senang belajar. Ia bekerja di tempat penitipan lalu pindah ke firma hukum milik Pengacara Guan Tao. Xing Fu menjadi tukang bersih-bersih namun ia bertekad mengambil pekerjaan sebagai recepsionis agar gajinya naik. Ia belajar ilmu hukum secara otodidak. Akhirnya Guan Tao luluh dan mengizinkannya menjadi penerima tamu.

Beda dengan suaminya yang sejak kecil di ladang. Ia tidak pandai beradaptasi. Pola pikir di desa dibawanya ke kota; misalnya memberi sesuatu agar urusannya dimuluskan, meminta bantuan ke kerabat atau sahabat, juga mengira posisi kepala berarti punya kekuasaan besar untuk mengatur hidup orang lain. Ia tidak tahu bahwa di kota, kepatuhan pada hukum sangat tinggi sehingga apa yang dilakukan oleh Qing Lai bisa dianggap sebagai suap dan nepotisme. Risikonya lebih dari dipecat.

Qing Lai yang punya bakat menanam juga terpaksa berurusan dengan polisi karena dituduh sebagai pencuri aset nasional. Pasalnya ia memotong pucuk tanaman di taman kota. Meski niatnya baik namun pemerintah mempunyai passal untuk menuduhnya sebagai pencuri aset negara, dan hukumannya sangat berat. 

Depresi dengan kebisingan kota dan ketidakmampuannya beradaptasi dengan pola pikir urban membuatnya memaksa kembali ke desa. Xing Fu saat itu sudah cukup mapan di kota dan sudah jadi pegawai teladan. Semuanya dilepas demi menemani suaminya.

Bukan Xing Fu kalau tidak punya ide yang progresif. Ia membuat hotel di desanya dengan sistem crowdfounding. Aksinya berhasil. Ia menjadi pengusaha penginapan yang sukses. Suaminya menjadi petani, menyuplai sayur ke sana. Mereka bekerja sama dan saling melengkapi. 

Tapi hidup tak selempeng itu untuk waktu lama. Lagi-lagi gelombang dahsyat menerpa. Sungai di desa tercemar dan ia malah diserang saat mengajak warga menuntut pelaku secara hukum. Di saat yang sama ia juga baru tahu aib keluarga suaminya, yaitu berkompromi dengan pencurian identitas yang dilakukan oleh anak perempuan Sekretaris Wan. 

Wan Chuan Mei memakai nama Wang Xiu Yu untuk mengambil kuliah di universitas, Kejadiannya sudah 10 tahun yang lalu. Dengan alasan memikirkan kabaikan semua orang, Xiu Yu diimingi uang 300 ribu yuan, pelatihan akuntansi kenaikan gaji, dan takkan pernah dipecat. 

Xing Fu tidak boleh tahu karena ia pastilah akan menegakkan keadilan sehingga terjadi keributan. Bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana ending Story of Xing Fu?


Review Story of Xing Fu

Duet Zhao Li Ying dan Luo Jin 

Zhao Li Ying (He Xing Fu) dan Luo Jin (Guan Tao) adalah dua senior yang menjadi jaminan mutu drama seri. Tak hanya tampang yang nilainya plus plus tapi juga jam terbang dan jumlah judul yang dibintangi dan sukses berderet-deret. Ekspektasi saya, keduanya akan menjadi suami istri setelah cerita panjang perjuangan Xing Fu. Ternyata saya salah besar. Mereka tetap menjadi sahabat karib sampai akhir.

Xing Fu tak memberi ruang untuk penonton berspekulasi  tentang perasaannya pada laki-laki yang tak hanya baik padanya tapi juga menjadi mentor dan pelindung baginya setiap saat. Ia akan bisa menjadi pengacara resmi jika tetap berada di firma hukum milik Guan Tao.

Ia juga pastinya tahu perasaan Guan Tao saat akan kembali ke desa untuk membuat penginapan Xing Fu Inn. Perasaan kecewa pengacara idealis itu sangat nyata terlihat. Namun semua itu tertutup dengan pernyataannya yang menyatakan saat memutuskan menikah dengan keluarga Wang maka selamanya ia adalah bagian dari keluarga Wang. Artinya menjadi istri Wang Qinlai selamanya. Drama Story of Xing Fu memang sesuatu! Di luar ekspektasi.

Apakah Xing Fu mencintai suaminya yang tidak tampan dan udik itu? Mungkin iya, setidaknya ia punya kenangan-kenangan manis bersama suaminya. Ia tak mau bercerai apapun yang terjadi. Meski suaminya kasar karena selalu di ladang, namun sangat menghargai istrinya.

Jadi, meski ini spoiler, saya terpaksa menguraikan keresahan hati ini. Harapan saya melihat dua pasangan berwajah sempurna ini gagal. Xing Fu tetap bersama suaminya dan menjadi pasangan "beauty and the beast" sampai episode akhir. Agak mengecewakan, tapi juga memberi perasaan "wow!" yang seperti embusan angin dari ladang; segar dan menyegarkan.


Tradisi perploncoan di pesta pernikahan

Hal yang menarik perhatian saya lagi adalah topik tentang hunnao atau di sana disebut wedding hazing. Dalam bahasa Indonesianya mungkin adalah perpeloncoan di hari pernikahan. Mungkin tidak tepat juga karena saya mengambil dari tradisi barat yaitu perploncoan sehari sebelum pernikahan. 

Pada episode pertama, adiknya Xing Fu dilecehkan oleh Wan Chuan Jia yang sedang mabuk. Untuk menyelamatkan Xing Yun, sang kakak memukul kepala pelaku sampai berdarah. Pesta pernikahannya langsung bubar karena mereka marah dengan tindakan Xing Fu. 

Insiden ini membuat sang pengantin baru menghadapi kecaman dari warga desa Wan, keluarga suaminya, bahkan dari ibunya sendiri yang menganggap apa yang terjadi adalah bagian dari tradisi. Sebagai tambahan, mereka mengakui jika kejadian itu berlebihan akibat alkohol dan meminta korban hanya menerima nasib. Itu hanya bagian dari tradisi.

Apa sih tradisi wedding hazing atau hunnao itu? Tradisi wedding hazing di Cina lazim dilakukan pada saat perayaan pernikahan. Tepatnya setelah prosesi utama. Yang menjadi korban biasanya adalah keluarga atau teman dari pengantin. Di drama Story of Xing Fu, korbannya adalah gadis dari pihak pengantin  perempuan. Ide awalnya adalah untuk memberikan kemeriahan dalam pesta pernikahan. 

Tradisi hunnao atau wedding hazing dilakukan hampir di semua desa di Cina, dan merupakan tradisi ratusan tahun lalu. Ide awalnya adalah untuk mengusir roh jahat dan membantu pengantin baru agar terhindar dari kesialan. Juga untuk menambah kemeriahan pesta pernikahan. 

Namun tradisi ini berkembang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan literasi tentang tradisi yang mirip dari luar negeri sehingga menjadi lebih ke guyonan fisik yang kadang malah berakhir dengan tuduhan pelecehan. Meskipun beberapa tahun ini sudah banyak seruan untuk tidak lagi melakukan tradisi ini, namun masih banyak yang melestarikan tradisi wedding hazing ini.  

Seruan paling keras dan membuahkan hasil berupa pelarangan hunnao terjadi pada tahun 2016-2017. Pada tahun 2019 sudah banyak imbauan dari pemerintah untuk tidak lagi melakukannya dan jika terjadi peristiwa yang mengacu pada pelecehan atau kekerasan, maka pelakunya tidak lagi kebal hukum meski menggunakan tameng "tradisi ratusan tahun".


Gambaran kehidupan feodalistik dan wong alit

Kalau tidak membaca secara khusus tentang pola pikir feodalistik dan gambaran kehidupan masyarakat kromo alias wong alit, pasti sulit memahami karakter Wang Yuo De dan Lin Gui Zhi. Kedua orangtua Qin Lai atau dua mertua Xing Fu ini sedemikian mendewakan Wan Shantang yang menjadi pemimpin komite desa dengan status sebagai Sekretaris Wan. 

Saya sebut mendewakan karena bahkan di prosesi, kedua orangtua yang mewakili rakyat jelata ini menempatkan Shan Tang terlebih dahulu daripada kedua orangtuanya. Mereka memujanya. Padahal sepanjang cerita, menantu mereka terus-menerus kisruh dengan keluarga Wan, baik dengan anak maupun bapak.

Saat insiden pertama, kedua dan ketiga, You De dan Gui Zhi tak hanya meminta maaf terlebih dahulu, bahkan sampai membungkuk-bungkuk. Kurang lebih sama seperti kehidupan feodalistik di negeri kita pada masa kolonial dulu.

Melihat gambaran demikian, wajar kiranya jika penonton akan menempatkan keluarga Wan sebagai sosok antagonis yang jahat. Tapi kita akan diperlihatkan pada sosok humanis manusia yang pada dasarnya baik, namun kadang lupa diri. Terlalu banyak dipuja membuat mereka mungkin sedikit tinggi hati dan merasa lebih benar. Ketika melihat lawannya ternyata sangat gigih, mereka pun luluh dan bisa berkompromi. Xing Fu menjadi ujian yang menyadarkan Shan Tang kembali pada karakter awalnya yang adil dan hanya tidak mau mengambil hak orang lain. Sikap kepahlawanan tokoh antagonis ini terbongkar sedikit demi sedikit melalui perjalanan cerita. 10 jempol untuk Story of Xing Fu. Keren banget!

Dua orang tua Qin Lai sendiri juga dipaksa menelan pil pahit berupa kesadaran bahwa sikap terlalu mendewakan Shan Tang menjadi kerugian bagi mereka. Puncaknya adalah ketika pencurian identitas anak perempuan Wan terbongkar. Perlahan sikap mereka menjadi lebih liberal dan pada akhirnya menjadi lebih percaya diri di depan besan mereka yang secara status jauh di atas Shan Tang yang mereka dewa-dewakan.


Hidup adalah cobaan

Satu hal yang paling dominan di drama ini adalah perjuangan seorang gadis desa dalam melawan ketidakadilan di daerahnya. Ia dengan tegas meminta pertanggungjawaban kepada pelaku penganiayaan keluarganya. 

Karakter Xing Fu yang bisa berkompromi namun harus adil terlihat pada episode awal saat ia dipaksa meminta maaf pada keluarga Wan. Ia tanpa ragu meminta maaf namun dengan sikap yang sama ia juga menagih permintaan maaf dari keluarga Wan. Permintaannya ini bagaikan tamparan di wajah orang yang paling kaya dan paling berkuasa di desa tersebut. 

Perbedaan pola pikir antara Xing Fu dan keluarga suaminya juga tergarap dengan baik dari peristiwa di atas, selain juga di banyak adegan. Misalnya saat sang menantu gagal membeli komputer, mereka senang, karena penting sekali untuk menghemat uang. Mereka juga menyimpan uang seratusan ribu yuan untuk mahar pernikahan anak juga di rumah sendiri, bukan di bank. Padahal jumlah tersebut sangatlah besar.

Ketika usaha membuat green house agar bisa menjual sayur dengan harga yang tinggi mengalami cobaan, mertua laki-laki kontan menyalahkan menantunya karena mengada-ada dan membuang uang dengan percuma.

Tapi tentu saja tak semuanya adalah kisah sedih. Kisah Xing Fu dan suami di kota selain menegaskan bahwa hidup adalah perjuangan, tapi juga memberi edukasi bahwa siapapun yang ingin maju punya kesempatan untuk berkembang. Siapapun yang sibuk mengeluh maka nasibnya akan mandek di situ bahkan mungkin harus mengambil langkah ke belakang atau kembali ke tempat asal sebagai orang gagal.

Xing Fu sebagai gadis desa sebenarnya sangat cerdas. Namun statusnya sebagai anak tertua membuatnya harus mengalah pada adiknya. Sang adik Xing Yun mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi bahkan sampai pasca sarjana. 

Di keluarga Wan juga sama. Suami Xing Fu sebagai anak mbarep disibukkan oleh perannya menjadi petani dan meneruskan kerja ayahnya sebagai petani. Si adik kedua juga sama seperti Xing Yun, tamat S2 dan bekerja di kantor pemerintah kota. Calon istrinya adalah putri dari seorang kepala bagian di kantor pemerintahan. 

Xiu Yu, adik perempuannya Qin Lai sering dikecam oleh orangtuanya saat belajar. Mereka menganggap anak perempuan tak perlu masuk universitas. Cukup puas dengan pekerjaan sekarang lalu menikah. Berbeda jauh dengan saudara laki-lakinya.

Pada masa lalu memang lazim bagi orangtua untuk mengantarkan anaknya bersekolah di kota agar bisa mengubah keadaan dan takdir mereka. Umumnya para orangtua ini menggantungkan semua harapannya pada anak agar di masa tua hidup mereka berkecukupan melalui bantuan anak. 

Sikap orangtua yang semacam ini juga terjadi di sekitar kita kan ya? Anak dianggap sebagai investasi dan asuransi di hari tua.


Judul drama: The Story of Xing Fu

Asal negara: Cina

Judul asli: 幸福到万家

Judul lainnya: Qiu Ju's Lawsuit , Xing Fu Dao Wan Jia , 幸福到萬家 , 秋菊打官司

Sutradara: Zheng Xiao Long, Liu Xue Song

Penulis naskah: Zhao Dong Ling

Tema drama: drama, hukum, kehidupan pengacara

Subtema drama: kehidupan desa, perubahan nasib, latar belakang kehidupan di desa, female-lead berkarakter kuat, pelecehan dan kekerasan, kehidupan keluarga.

Jumlah Episodes: 

Tayang mulai Juni sampai Juli 2022, setiap hari.

Streaming di: BTV, Dragon TV, Youku,

Durasi: 45 min.

Rating: 13+



2 Komentar

  1. mayoritas orang tua ingin yang terbaik untuk anak2nya tapi bukan investasi juga. kita mendidik anak supaya mereka mampu bersosial dan beradaptasi dengan zaman mereka nanti, tanpa pamrih.

    BalasHapus
  2. Menarik juga cerita enggak hanya fokus ke romance tetapi ke kehidupan, dari desa ke kota dengan segala perjuangannya pasti tidak mudah. Suka sih drama China yang begini, enggak pasaran dan melulu tentang cinta. Menarik juga buat ditonton di akhir pekan, terima kasih informasinya!

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)