Ada yang Kena Kusta? Lakukan Ini, Ya!

Kusta masih ada di Indonesia? Ini fakta yang menyakitkan ya, karena negara kita bahkan termasuk negara dengan peringkat ketiga total kasus baru di seluruh dunia. Jadi cukup dekat juga dengan harian kita. Kalau tahu ada yang kena kusta, lakukan ini, ya.... 

Ada yang Kena Kusta? Lakukan Ini, Ya!


Artikel di Cakrawala Susindra kali ini bahasannya lebih serius karena saya memutuskan jadi bagian dari literasi kesehatan terkait kusta. Sebuah tema marjinal karena kusta memang lebih banyak menyerang daerah tertinggal yang kurang banyak informasi tentang ini. Padahal jika literasi ini sampai pada mereka, penanganan kusta akan lebih baik. Target Indonesia bebas kusta akan cepat terealisasi.

Literasi Kusta

Selamat Hari Radio Nasional! 

Tahu dong, tanggal 11 September ditetapkan sebagai Hari Radio. Nah, menjadi konsern semua pihak, di perayaan kali ini, karena perkembangan informasi yang makin cepat. tidak diimbangi dengan tingkat literasi yang semakin baik. Salah satunya adalah literasi tentang kesehatan. 

Masih saja ada hoax tentang kesehatan. Salah satunya tentang penyakit kusta. Kusta disebut sebagai penyakit kutukan yang tak bisa disembuhkan. Orang yang menderita kusta sering mendapatkan stigma dan perlakuan diskriminatif karena disinformasi di masyarakat. Inilah alasan mengapa informasi tentang kusta perlu digaungkan.



Pas banget, pagi ini saya ikut acara "Gaung Kusta di Udara" yang diselenggarakan oleh NLR dan KBR. Ini lho salah satu alasan mengapa keduanya intens membuat talkshow dan aneka informasi tentang kusta:

Masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyakit ini dan dampak yang ditimbulkannya dianggap menjadi salah satu faktor mengapa penyakit ini masih ada hingga sekarang.


Lebih jauh, nih, kusta kan aslinya ga semudah itu menular, tapi kenapa masih saja cukup tinggi?

Mbak Malika menjawab ada dua hal yang membuat kusta masih jadi PR di masyarakat yaitu kurang informasi dan terlambat penanganan. 

Nah, kalau keduanya sudah bagus, Mbak dokter cantik Febrina mengungkap ternyata pengobatan yang panjang  juga ada risiko putus obat pada penderita. Pengobatan selama delapan bulan membuat semangat penderita bisa turun, apalagi ada beberapa reaksi pengobatan yaitu perubahan warna kulit.

Wah, makin seru pembahasannya ya.

Tetap baca ya!


Gaung Kusta di Udara

NLR dan KBR bekerja sama menuntaskan kasus kusta di Indonesia, agar tak ada lagi penderita kusta. Salah satu bentuk kegiatannya adalah talkshow Gaung Kusta di Udara hari ini tanggal 13 September 2021 jam 09.00 - 10.00 WIB di Ruang Publik secara live di 100+ radio dari Sabang sampai Merauke.



Agaknya saya terlalu semangat dan langsung membuat reportasenya. Hehehe. Makasih Ibu-Ibu Doyan Nulis yang ajakin saya!


Diskusi kali ini Mas Rizal Wijaya menjadi host, menemani dua narasumber cantik dan muda, yaitu:

  1. dr. Febrina Sugianto (Junior Technical Advisor NLR Indonesia)
  2. Malika (Manager Program dan Podcast KBR)


Diskusi ini membahas tentang serba-serbi kusta dan penanganannya di masyarakat.

Pasti tahu dong kalau NLR itu sebuah organisasi non-pemerintah yang punya slogan "Hingga Kita Bebas Kusta". Organisasi ini berdiri pada tahun 1967 di Belanda untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Related banget kan dengan diskusi kali ini??

Kalau Mbak Malika mewakili KBR atau Kantor Berita Radio, pemilik Ruang Publik yang ditayangkan secara relai di 100+ radio se-Indonesia dan di Podcast KBR Prime. Tagline-nya "berita terkini, independen dan terpercaya". 


Kenalan dengan kusta dulu, yuk

Kusta adalah penyakit yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, serta mata. Kusta bisa menyebabkan luka pada kulit, kerusakan saraf, melemahnya otot, dan mati rasa. 


Berdasarkan data pemerintah, ada delapan provinsi yang masih endemis kusta, yaitu Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Meskipun disinyalir penyebab kust adalah asupan gizi yang kurang membuat daya tahan tubuh, namun penyebab penganannya sulit adalah di daerah-daerah tersebut informasi tentang kusta masih tertinggal bahkan sulit terjangkau. 


Jenis kusta

Jenis kusta ada dua yaitu kusta basah dan kusta kering. Ini penjelasannya:


1. Kusta kering

Kusta kering ditandai dengan bercak-bercak berwarna putih seperti panu, tapi jumlahnya sedikit. Ada keluhan mati rasa. Jadi lebih mudah dikenali dan ditangani jika informasi ini merata.

Mati rasa terjadi pada penderita kusta kering sehingga jika terkena api atau tertusuk peniti, jadi tidak berasa. Penganganannya adalah dilakukan dengan minum obat secara rutin hingga 6 bulan.

 

2. Kusta basah

Kusta basah itandai dengan bercak-bercaknya tumbuh dalam jumlah yang banyak dan berwarna kemerahan, serta ada penebalan kulit. Pemulihan kusta basah harus lebih lama dari kusta kering. Bisa sampai 12 bulan dengan minum obat secara rutin. Dan intens alias tanpa putus.



Gejala kusta

Ada beberapa gejala yang terjadi saat mengalami kusta, dan wajib banget untuk segera ditangani, yaitu:

  1. Mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan ataupun rasa sakit;
  2. Muncul lesi pucat dan menebal pada kulit;
  3. Muncul luka tapi tidak terasa sakit;
  4. Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut;
  5. Kelemahan otot sampai kelumpuhan, terutama otot kaki dan tangan;
  6. Kehilangan alis dan bulu mata;
  7. Mata menjadi kering dan jarang mengedip, serta dapat menimbulkan kebutaan;
  8. Hilangnya jari jemari;
  9. Kerusakan pada hidung yang menimbulkan mimisan, hidung tersumbat, atau kehilangan tulang hidung.


Penyebab kusta

Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kabar buruknya, bakteri ini ada dimana-mana. Tidak hanya ada di hewan tapi juga ada ditubuh manusia, yaitu di hidung atau jalur pernafasan. 

Masih kabar buruk, bakteri ini ditularkan melalui udara atau pernafasan. Jika tinggal serumah dengan penderita kusta, kemungkinan tertular. Tapi... tidak semudah itu menular. Jika penderita mendapat dosis obat pertama, penularan itu langsung terhenti di penderita. Jadi semua yang tinggal bersama atau dekat dengan penderita dalam kondisi aman.

Bisa dilihat kan, kalau informasi ini menjadi sangat sangat dan sangat berharga.

Ini juga memutus mitos tentang kusta, karena pada kenyataannya kusta  tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersebelahan, duduk bersama di meja makan, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin.

Jadi tingkat penularannya sangat rendah. Masa inkubasi bakteri kusta juga sangat lama, yaitu 2, 3, atau bahkan bisa mencapai 40 tahun. Daaan... bisa langsung berhenti inkubasinya dengan gaya hidup sehat dan imunitas tubuh yang baik. 

Hidup aman berdampingan dengan penderita kusta




Tak ada alasan untuk takut berlebihan pada penyakit ini. Lebih baik membantu menggencarkan informasi semacam ini agar Indonesia bisa segera bebas kusta.

Saya ulang lagi, ya...

Setelah mendapatkan dosis pertama, langsung aman untuk keluarga karena tak ada potensi penularan. Transmisi penularannya sangat rendah.


Penanganan kusta

Ada keluarga yang punya gejala kusta? Atau yakin kena kusta? Tenang. Jangan panik. Ini lho yang harus dilakukan:


1. Tidak perlu kamar isolasi 

Tak perlu panik sampai langsung mengisolasi penderita. Penularannya termasuk rendah bahkan setelah mendapatkan penanganan dosis pertama sudah langsung aman.

Tak perlu isolasi penderita kusta


2. Ajak periksa ke puskesmas terdekat

Semua Puskesmas bisa menangani penyakit kusta ini. Nantinya setelah observasi pihak dokter di sana akan memberikan penanganan sesuai kebutuhan penderita.


3. Dukung penuh pengobatannya

Setahu saya pengobatan kusta gratis, hanya saja waktunya sangat lama. Antara 6 - 12 bulan harus minum obat. Ini bukan sesuatu yang mudah bagi penderita. Apalagi banyak dilaporkan reaksi berupa perubahan warna kulit. Jadi bantu mereka agar tidak putus obat agar bisa sembuh dengan tuntas.


Sampai sekarang kusta belum ada vaksinnya. Obatnya hanya MDT (Multydrug teraphy). Obat ini bisa ditemukan di puskesmas dan gratis. Semua petugas puskesmas sudah dilatih untuk mengobati penyakit kusta. Kusta harus diobati selama 6-12 bulan.


4. Pantau komplikasi

Salah satu yang paling menakutkan dari kusta adalah adanya komplikasi membahayakan. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

  1. Kebutaan atau glaukoma;
  2. Disfigurasi wajah, termasuk pembengkakan permanen dan benjolan;
  3. Gagal ginjal;
  4. Kelemahan otot yang mengarah ke tangan;
  5. Ketidakmampuan melenturkan kaki;
  6. Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang;
  7. Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria.


5. Makan makanan sehat

Makanan menjadi sumber imunitas yang baik dan sangat bisa memutus penyebaran bakteri kusta, bahkan menghentikan masa inkubasi jika sudah telanjur tertular.


6. Tidur yang cukup

Setali tiga uang dengan gizi dari makanan, tidur cukup juga efektif menangkal bakteri kusta. Intinya memang ada pada gaya hidup sehat untuk meningkatkan imunitas. Kesehatan mental juga sangat berperan dalam memutus rantai penyebaran kusta.


7. Aktivitas normal

Kusta bukan kutukan yang membuat penderitanya langsung diasingkan. Jadi memang aktivitas normal bisa dilakukan, sepanjang masih nyaman dilakukan penderitanya. Jadi normalnya juga jangan yang aktivitas fisik banget seperti mencangkul. Bisa lho, diarahkan untuk melakukan pekerjaan padat karya dan dibantu menjualkan. 

Pola hidup sehat di masa pandemi



Kusta aman asal tahu cara penanganannya

Di diskusi "Gaung Kusta di Udara" tadi saya baru tahu, bahwa justru peran keluarga dan masyarakat menjadi sangat vital dalam menyemangati penderitanya. Apalagi pengobatan kusta sangat lama dan  harus intens. Bayangkan harus minum obat setiap hari, selama 6 -12 bulan (sesuai tingkat keparahan). Tak boleh putus obat karena risikonya ada dua:

  1. Meneruskan pengobatan sesuai timeline (jika baru putus obat)
  2. Mengulang pengobatan dari awal (jika putus obat sudah lama)
  3. Mengobati komplikasi yang terjadi.


Permasalah yang sering terjadi adalah munculnya reaksi obat yang tidak diantisipasi dan kadang terjadi. Entah tenaga medis belum memberitahu, penderita tidak mendengarkan, atau malah penderita malu dengan reaksi obatnya. Memang reaksi obatnya adalah perubahan warna kulit, sehingga langsung dirasakan.

Di sinilah peran kita untuk tetap menyemangati penderita. Memanusiakan mereka. Menjadikan mereka sahabat paling dekat. 


Penutup

Kiranya kita perlu mengapresiasi sekaligus mendukung KBR dan NLR yang intens membuka wacana kita, bahkan membuka cakrawala kita tentang kusta. Ini juga bagian dari upaya agar lebih banyak kebijakan inklusi yang mengakomodir penderita kusta agar bisa bekerja seperti masyarakat normal.

Memang benar, jika banyak diperbincangkan, informasi lebih menyebar rata, deskriminasi hilang, dan lebih cepat penanganan. Harapan besarnya adalah "media lebih berpihak pada isu-isu marginal agar cepat sampai, tapi bukan karena belas kasihan. Sehat adalah hak kita semua. Jadi sekarang sudah tahu kan apa yang perlu dilakukan jika ada yang kena kusta? 

Diskusi ini bisa ditonton ulang di: https://www.youtube.com/watch?v=37K4zTR4PlI


Sumber lain:

https://kbr.id/kesehatan/01-2020/mungkinkah_indonesia_bebas_kusta_/102092.html

https://www.halodoc.com/artikel/bukan-diasingkan-ini-cara-mengobati-kusta



31 Komentar

  1. Stigma masyarakat yang mempercayai kalau kusta itu penyakit turunan, penyakit kutukan dll bikin OYPMK merasa minder. Padahal mereka juga manusia yang punya hak dan penghidupan yang layak ya...

    BalasHapus
  2. saya pikir kusta udah lenyap dari Indonesia, ternyata masih ada

    beruntung KBR rajin mengampanyekan ya?

    Acara "Gaung Kusta di Udara" ini bagus, agar masyarakat peduli ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurangnya pengetahuan memang sering membuat kita berada dalam kesesatan informasi. Membaca tulisan ini menambah wawasan saya lagi, kalau ternyata penyakit kusta juga ada jenis-jenisnya dan pengobatan untuk penyakit ini tidak sebentar. Ada efek samping yang bisa membuat penderita merasa malu. Ya Allah, semoga kita dijauhkan dan dihindarkan dari penyakit ini, aamiin. Semoga para penderita kusta, bisa kuat menjalani pengobatan dan sembuh, aamiin

      Hapus
  3. Pendemi kusta kebanyakan di Indonesia timur ya? Perlu dukungan penuh dari berbagai pihak agar kusta hilang di Indonesia

    BalasHapus
  4. Tulisan ini menambah wawasan saya lagi tentang penyakit kusta, terutama dari segi cara penanganan. Semoga kampanye KBR ini terus berjalan dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

    BalasHapus
  5. Kalau ada edukasi seperti ini jadi lebih paham ya. Kusta tidak seseram itu seperti informasi yg beredar di masyarakat selama ini. Semoga semakin banyak acara ini digelar untuk mengedukasi masyarakat dan penderita kusta juga haknya tetap terpenuhi

    BalasHapus
  6. Konon dahulu kala di tangerang sini tempat saya tinggal daerah orang-orang yang banyak mengidap kusta mb susi. Makanya sampai ada rumah sakitnya khusus kusta saking banyaknya. Penting banget sharing artikelnya mb makasih ya.

    BalasHapus
  7. Nah, pemikiran-pemikiran negatif tentang kusta ini pastinya mempengaruhi penderita kusta, merasa dikucilkan tentunya saat dianggap sebagai penyakit menular dan dijauhi banyak orang. Padahal mereka membutuhkan dukungan dari kita untuk tetap semangat dan memberi harapan sembuh

    BalasHapus
  8. Kusta bisa diobati, tapi stigma dimasyarakat kenapa masih buruk ya. padahal kusta juga tidak menular secara langsung. Nah, skr bagaimana masyarakat harus hindari stigma yg salah. edukasi penting dilakukan.

    BalasHapus
  9. Saya kok selalu ngilu hati saat membaca artikel tentang kusta apalagi melihat foto-fotonya. Meskipun jadi lebih memahami, tapi tetap aja gak tegaan lihatnya. Tapi saya berharap akan semakin banyak organisasi non-profit yang giat mensosialisasikan tentang kusta dan pengobatannya. Agar banyak publik yang makin terbuka dan bertambah pengetahuannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak, edukasi dan sosialisasi tentang penyakit kusta ini memang perlu digaungkan kepada masyarakat awam dan juga yang sudah tahu akan penyakit ini. Dan yang paling terpenting kita harus tidak mendiskriminasi mereka ya..

      Hapus
  10. Senang sekali KBR aktif turun tangan mengedukasi masyarakat Indonesia tetang kusta, apalagi menggandeng banyak blogger. Aku lebih sering melihat kusta kering mba, kusta basah mungkin aku belum pernah lihat. Ternyata udah ada juga vaksin khusus untuk kusta ya.

    BalasHapus
  11. Terima kasih infonya, soalnya memang sudah jarang sih sosialisasi penyakit ini, atau aku yang jarang tahu hehe, gara2 membaca ini langsung nambah ilmu.

    BalasHapus
  12. Yang paling terpenting kita harus hidup toleransi dengan penderita kusta. Karena kusta bukan kutukan tapi memang penyakit medis. Btw, setahuku untuk berobat kusta di puskesmas itu gratis ya kak? bener gak sih...???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harusnya gratis ya mas, soalnya ini sudah bisa dibilang wabah dulunya di Indonesia. Biasanya kalo pengobatan yang udah berstatus wabah itu lebih banyak digratiskan.

      Hapus
  13. Hoax kesehatan yang sering beredar salah satunya adalah penyakit kusta. Kusta disebut sebagai penyakit kutukan, tidak bisa disembuhkan dan perlu dijauhkan. Orang yang terdiagnosa kusta maupun penyandang disabilitas akibat kusta seringkali mendapat stigma dan perlakuan diskirminatif dari masyarakat karena misinformasi yang beredar.

    Salut banget, NLR Indonesia bekerja sama dengan KBR dalam meningkatkan akses publik terhadap informasi dan pengetahuan tentang kusta dan disabilitas.

    BalasHapus
  14. Aku gak ada keluarga yang kena kusta mau pun pernah ketemu mereka penderita kusta sih, tapi pernah sempat kaget lho saat tahu indonesia masuk urutan 3 di dunia penyandang kusta terbanyak. Karena itu kita perlu tahu ya cara menangani penyakit kusta.

    BalasHapus
  15. Salut dan apresiasi untuk KBR dan NLR yang intens membuka wacana dan cakrawala kita tentang kusta. Mesti didukung oleh semua pihak ini, mengingat masih adanya stigma pada penderita kusta ini. Kita sebarkan faktanya, lawan hoaksnya dan yakinkan jika kusta bukan kutukan juga bisa disembuhkan

    BalasHapus
  16. Zaman dulu, kusta dianggap kutukan. Masyarakat menjauhi para penderita kusta dan membuangnya dengan dipasung dan sebagainya. ALhamdulillaah kini edukasi tentang kusta sudah diketahui banyak orang sehingga kita saling supprot. Kusta dapt disembuhkan pelan2 kan ikhtiar ya mbak.

    BalasHapus
  17. iya nih kak entah dari mana informasi di kepala ini ya. saat mendengar kata kusta sudah parno duluan. Terbayang pengucilan, isolasi, biaya berobat yang mahal, penyakit yang berat dan menular serta membahayakan dst. Oke kak banyak informasi baru nih....makasih kak tulisan bermanfaatnya....

    BalasHapus
  18. Sampai saat ini, penyakit kusta masih jadi momok ditengah masyarakat Indonesia ya mbak.

    Apalagi stigma negatif yang sudah melekat. Susa jadi edukasinya

    BalasHapus
  19. Mudah mudahan kita terhindar dari penyakit kusta. Amiin. Dan semoga saja kusta hilang dari muka bumi ini

    BalasHapus
  20. Kalau yang kena matahari lalu memerah badannya itu apakah bisa disebut kusta basah ya..

    BalasHapus
  21. Mudah-mdahan kusta segera sirna dari bumi Indonesia. Banyak stigmatisasi yang justru menghambat penanganan kusta ya ...

    BalasHapus
  22. Ternyata bisa disembuhkan ya mba.. kupikir ini penyakit kulit bawaan dari lahir . Dan tdk bisa disembuhkan. ternyata dari virus Dan tidak menular jika Kita dekat dg penderita

    BalasHapus
  23. Kusta selama ini banyak orang salah stigma sehingga kusta dianggap penyakit kutukan, tpi mulai berkembangnya pengobatan dan akhirnya kusta bisa disembuhkan

    BalasHapus
  24. Beberapa waktu terakhir cukup banyak baca pemberitaan tentang kusta
    Setuju banget sama langkah ini, makin banyak yang menulis dan meluruskan berita tentang kusta, semoga dapat menghilangkan stigma-stigma negatif tentang penderita kusta yang banyak beredar di masayarakat

    BalasHapus
  25. Saya pikir juga kusta seperti kutukan atau semacam mistis. Ternyata dijelaskan secara medis juga saya baru memahaminya, akan tetapi kusta di pandangan masyarakat sudah dipandang buruk sekali. Susah bgt untuk menjelaskan secara medis

    BalasHapus
  26. Dengan adanya informasi-informasi yang benar seperti artikel ini, bisa mengubah stigma di masyarakat tentang penyakit kusta. Bahwa penyakit ini bisa disembuhkan dan bukan penyakit berbahaya jika penanganannya cepat dan tepat.

    BalasHapus
  27. Keren banget nih slogannya. Hingga kita bebas kusta. Literasi kusta bisa memposisikan dengan bijak sikap terhadap kusta.

    BalasHapus
  28. iya benar dengan hadirnya informasi seperti bahwa kista bisa disembuhkan dan si pengidap menjadi tetap semangat dalam pengobatan

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)