Review Drama Mirror: A Tale of Twin Cities (2022) ala Susindra

Ada sebuah legenda dari Daratan Tengah tentang sebuah tempat seperti surga bernama Yun Huang. Legenda ini menjadi pijakan dalam drama berjudul Mirror: A Tale of Twin Cities (2022). Saya akan membuat reviewnya secara lengkap.

Mirror A Tale of Twin Cities (2022)


Saya baru saja menyelesaikan drama xianxia ini dan masih dipenuhi oleh aura magis yang mencoba ditampilkan dalam drama tersebut melalui CGI. Masih berusaha memilah pesona Li Yi Feng yang selalu konsisten berperan sebagai sosok cool dalam costume drama dengan karakter Su Mo.

Saya tidak tahu apakah harus senang melihat karakte Su Mo yang menjadi manis dan penuh kasih sejak awal, atau malah kecewa karena seharusnya karakter awal Su Mo adalah merman yang cenderung tidak berperasaan. 

Saya berusaha memaklumi perubahan karakter Su Mo yang beda dengan versi novel dan donghua. Saya tahu, Su Mo adalah anak (atau titisan?) dari Chun Huang. Ia adalah Sea King yang amat sangat baik hati, berhati suci. Jadi memang ia punya karakter ini, meskipun seluruh hidupnya menerima dan melihat kekejaman yang luar biasa. 

Saya agak goyah. Apalagi setelah mengkonfirmasi dengan menonton versi donghua di WeTV. Sekarang baru sampai episode 16. 

Tapi, jujur saja, pakai karakter yang mana pun, saya sangat terkesan pada Li Yi Feng saat menjadi Zhang Xiao Fan maupun Gui Li dalam drama Legend of Chusen. Li Yi Feng mampu menampilkan karakter yang berubah sesuai dengan kondisi psikologis yang dibutuhkan dalam cerita.



Kesan itu sulit hilang. Ini berpotensi mengaburkan obyektivitas saya tentang drama ini, karena sudah 4 tahun menanti Legend of Chusen III dengan pemain berbeda. Tinggal menunggu tanggal tayang pun masih belum ada kepastian. Mungkin karena episodenya 80, sementara ada regulasi baru yaitu maksimal 40an episode.

Mari kita lihat saja nanti, bagaimana saya akan menyelesaikan sinopsis dan review lengkap Mirror: A Tale of Twin Cities (2022). Karena saya sendiri belum ada pandangan. Seperti biasa, artikel ini mungkin akan sangat panjang karena begitu banyak hal yang ingin saya sampaikan.


Sinopsis Mirror: A Tale of Twin Cities (2022)

Su Mo, si manusia duyung atau merman (disebut Quan Xian), dipaksa untuk menggagalkan persatuan antara Putra Mahkota Zhe Lan dengan Putri Mahkota Bai Ying. Tradisi mengharuskan putra mahkota harus menikah dengan anak perempuan tertua dari marga Bai. Marga Bai secara turun temurun menguasai Cincin Bumi, dan harus berpasangan dengan pemilik Cincin Surga. 

Tahu bahwa Bai Ying adalah orang Kongsang yang baik, Su Mo goyah. Namun takdir mereka sudah tertulis, sehingga misi tersebut berhasil. Bai Ying mencintai Su Mo, sehingga segel penyatuan rusak. Semua orang tahu bahwa itu artinya Bai Ying tidak akan bisa menguasai Cincin Bumi. Demi memperbaiki kesalahan, Bai Ying bunuh diri dengan melemparkan diri dari Menara Cermin. 



100 tahun berlalu, Su Mo kembali dari perjalanannya. Auranya sebagai Sea King of Quan Xian sudah tampak. Ada aura hitam yang sangat kental, hasil dari kesaktiannya yang berasal dari kegelapan. Ia tetap seorang merman yang baik hati, meskipun tidak sesuci hati seperti  sebelumnya. Khasnya orang yang patah hati selama 100 tahun. Ehm.. bagaimana rasanya?

Tanda merman murni di dahinya hilang. Ia telah reinkarnasi. Reinkarnasi terjadi saat merman tak lagi dapat mengendalikan cintanya. Istilahnya sudah menetapkan siapa yang ia cintai. Merman hanya sekali jatuh cinta dan selamanya.

Banyak hal terjadi pada 100 tahun yang lalu, saat Sumo berkelana mencari kesaktian. Bai Ying ternyata mampu menguasai Cincin Bumi sehingga selamat meskipun terjatuh dari tempat yang sedemikian tinggi.

Ia adalah satu dari enam lord utama menggunakan setengah dari diri mereka untuk membuka segel Kota Tanpa Warna, agar 100 ribu orang Kongsang dapat dibuat tidur di sana. Semua rakyat Kongsang selamat, namun mereka berenam tidak bisa lagi terkena cahaya matahari.

Ke mana PM Zhe Lan? Rupanya pada saat perang Kongsang – Cang Liu, ia dibuat tidak sadarkan diri dan Cincin Surga menghilang. Tak ada yang berhasil menemukannya. Ditambah ada enam segel yang harus dibuka agar ia mempunyai kesaktiannya kembali.

Adalah Na Sheng, manusia dari Daratan Tengah nan baik hati, yang tanpa sengaja menemukan cincin tersebut. Tempatnya tinggal kacau balau oleh perang yang terus menerus terjadi di dunia manusia, sehingga ia berusaha mencari dunia dongeng bernama Yun Huan. Negeri surge buatan para dewa dengan aneka rupa makhluk surgawi. Lebih baik mati saat mencari Shangri La daripada mati konyol dalam perang antar manusia. 



Pada akhirnya Na Sheng menjadi dekat dengan 
Kongsang dan merman, dan menjadi bagian dari misi kedua suku yang dahulunya bermusuhan selama 700 ribu tahun. 

700 ribu tahun sebelumnya ada kisah cinta tiga orang yang menjadi awal permusuhan abadi mereka. Lang Gan (leluhur Zhe Han) dan Bai Wei (leluhur Bai Ying) menjadi penguasa Yun Huan karena memiliki Cincin Surga dan Cincin Bumi. Mereka hamper bisa dikatakan sebagai pasangan serasi, namun takdir berkata lain. 

Bai Wei hilang di lautan dan ditemukan oleh suku duyung (Quan Xian) dari Laut Bi Luo. Di sinilah ia bertemu dengan penguasa laut tampan dan baik hati bernama Chun Huang. Mereka saling jatuh cinta. Hal ini membuat Lang Gan murka. 

Suku Merman hidup aman di Laut Bi Luo dengan perlindungan naga laut. Entah bagaimana atau apa motif dari Bai Wei saat membantu ‘mengamankan’ naga laut, sehingga semua suku merman terusir dari tanah airnya. Mereka berpencar ke dunia daratan dan banyak di antara mereka yang ditangkap oleh suku Kongsang yang berkuasa. 

Apa yang terjadi 700 ribu tahun lalu? Nanti akan dibuka perlahan-lahan sepanjang 43 episode. Yang jelas aliansi suku duyung dan suku Kongsang berhasil. Misi mereka berbeda namun dapat berjalan beriringan. Setidaknya mereka punya satu misi yaitu mengalahkan Cang Liu yang punya teknologi perang udara nan hebat.

Apa misi mereka yang berbeda?

Su Mo dan suku duyung harus membuka segel naga laut agar dapat membuka kembali Laut Bi Luo. Segel itu ada di dekat Menara Cermin yang sekarang dikuasai oleh Cangliu. Di sana ada Zhi Zhe yang sangat sakti dan dapat mengendalikan segalanya dari Menara Cermin. Tak ada yang tahu siapa dia dan belum ada yang bisa mengalahkannya.

Kongsang melalui Zhe Lan dan Bai Ying memiliki misi membangunkan kembali 100 ribu warga suku mereka yang tertidur selama 100 tahun di Kota Tanpa Warna. Mereka butuh bantuan Su Mo untuk membukanya.

Apakah aliansi ini akan berhasil? Sudah tentu… Kalau tidak berhasil, drama ini akan mengecewakan penontonnya. Namun bagaimana caranya, apa yang dikorbankan, dan siapa yang menemui akhir, itu perlu ditonton sendiri sampai tamat.


Review Mirror - A Tale of Twin Cities (2022)

Kalau ditanya apakah drama ini layak tonton, saya akan jawab IYA! Dengan huruf konsonan semua. Bahkan masih bisa ditonton ulang untuk mengetahui detail yang terlewat. 

Saat menonton drama seri, biasanya saya akan menonton ulang dari awal. Di aplikasi VoD saya masih ada donlotan Legend of Xiao Cuo, Pedang di Atas Salju dan Perjamuan Kerajaan. Tiga ini menurut saya masih the best untuk 3 tahun terakhir. Tapi di antara semua drama Tiongkok yang saya tonton ulang dan ulang sampai saya lost count adalah Legend of Chusen I dan II. Jadi bisa dimaklumi dong kalau saya akan setia menonton drama Mirror: A Tale of Twin Cities (2022) ini bahkan secara beruntun. 

Meski demikian saya harus mengakui bahwa drama ini diolah dengan agak membosankan. Saya tidak menyalahkan para pemainnya. Mayoritas pemeran sangat baik, bahkan para pemeran pendukung. 

Karakter Liu Chang sebagai Jenderal Xi Jing memberi kesan mendalam. Juga peran Lu Yan Qi (sebagai Ting), Fan Shuai Qi (sebagai Ning Liang - Jenderal Kiri Quan Xian), Shen Qi (sebagai Fei Lian), dan Nie Shi Yun (sebagai Xing). Karakter mereka patut dikenang.

Xi Jing, Yun Huan, Fei Lian

Na Sheng, Yan Xi, dan Ning Liang


Tapi entah kenapa saya merasa bosan dengan karakter Na Sheng (diperankan oleh Yang Zhi Wen), Yan Xi (diperankan oleh Ye Sheng Jia), bahkan Yun Huan (diperankan oleh Liu Hai Kuan). Padahal ketiganya punya peran sentral dalam cerita. Na Sheng terlalu berisik, reaksi Yan Xi kurang proper dan Yun Huan, entahlah, ada yang tidak tepat pada karakternya.

Kebosanan saya adalah pada teknik berceritanya. Ada jeda cukup lama untuk menekankan reaksi antar pemeran terhadap suatu peristiwa. Juga ada pengulangan atau flash back untuk menjelaskan kronologi twist yang terjadi. 

Bagi saya yang punya sedikit waktu, teknik narasi drama semacam ini bisa memberi efek lelah dan lengah. Jadi pengen jeda sejenak dengan risiko ketinggalan, atau mempercepat juga dengan risiko yang sama. 

Para penyuka sinetron atau drama dengan teknik narasi semacam ini takkan merasa keberatan. Malah senang karena bisa untuk mengagumi wajah atau postur pemerannya.


Mirror: A Tale of Twin Cities bergenre wuxia atau xianxia?

Terkadang saya agak sulit untuk menyimpulkan costume drama yang saya tonton itu wuxia atau xianxia. Tapi saya dengan tegas menyatakan ini drama xianxia karena ada unsur legendanya. Kehidupan merman alias manusia duyung, kehidupan nyaris abadi (ratusan – ribuan tahun) merupakan ciri khasnya.

Kalau masih bingung saya akan mengulang lagi definisi xianxia dan wuxia. Namun sebelumnya akan saya jelaskan bahwa drama genre fantasi di Thiongkok (Cina) terbagi menjadi empat, yaitu fantasi biasa, wuxia, xianxia, dan Xuanhuan. Drama fantasi jenis pertama tak perlu dijelaskan karena bukan jenis costume drama.

Wuxia adalah jenis drama Thiongkok yang bergenre fantasi, dengan mengeksplorasi elemen seni bela diri dan petualangan. Fokusnya pada gerakan-gerakan seni bela diri China kuno (seperti Kungfu atau Wushu). Wuxia dapat diterjemahkan sebagai pahlawan beladiri. Saya ada rekomendasi top 10 drama wuxia tahun 2022 yang menarik. 

Xianxia adalah jenis drama Thiongkok yang bergenre fantasi, dengan unsur utamanya berasal dari mitologi China. Xianxia dapat diterjemahkan sebagai pahlawan abadi. 

Kita akan menemukan penggambaran dunia surgawi, hewan mitologi, makhluk abadi, iblis, dan kekuatan sihir. Ada dunia surga, dunia abadi, dunia peri, dunia bunga, dan lain-lain. Tidak semua elemen harus ada semua, biasanya penggabungan 123 elemen di atas.

Yang cukup membingungkan adalah dalam drama wuxia, elemen xianxia dapat muncul, pun demikan dengan sebaliknya. Penggabungan ini tampaknya menjadi trend untuk tahun-tahun belakangan ini.

Oh iya ada genre baru dari drama fantasi dalam costume drama, yaitu Xuanhuan. Xuanhuan berarti fantasi misterius. Maksudnya adalah genre khusus fantasi China yang melibatkan sihir, petualangan, dan beberapa pengaruh Barat. Ini merupakan kombinasi wuxia dan xianxia dengan tambahan pengaruh barat. Biasanya drama yang berasal dari game online akan menggunakan jenis xuanhuan. Saya sedang lupa salah satu judul dramanya Yang Yang yang bertema xunhuan, dan lupa tahun berapa. Huhuhu. Akan diupdate nanti.

Dari penggambaran dunia Yun Huang, Quanxian, dan Dunia Tanpa Warna, tampak bahwa drama Mirror: A Tale of Twin Cities (2022) adalah xianxia. Apakah manusia duyung bisa muncul dalam drama wuxia? Tentu saja! Contohnya drama Novoland: Pearl Eclipse. Meski ada putri duyung namun perannya sangat minor. Ia bahkan tak bisa melindungi dirinya sendiri di dunia manusia.


Bedanya Mirror: A Tale of Twin Cities versi drama dengan novel dan donghua-nya

Drama Mirror: A Tale of Twin Cities tak bisa lepas dari sumber aslinya yaitu novel. Tepatnya novel berjudul 镜·双城 (Jing Shuang Cheng). Versi Bahasa Inggrisnya adalah Mirror: Twin Cities. 

Novel ini sangat disukai pembacanya dan diadaptasi dalam dua versi, yaitu animasi (donghua) dan drama seri. Keduanya rilis dalam waktu yang nyaris bersamaan. Saya menonton dramanya – sudah tamat – di Croton MEGA HIT, dan menonton versi donghua di WeTV. Seharusnya versi drama dapat ditonton di WeTV juga namun tidak saya temukan di aplikasi. Bisa dipanggil melalui browser di PC. 

Perlu diketahui bahwa donghua adalah sebutan untuk animasi Thiongkok.

Versi drama mengalami perombakan yang sangat banyak. Karakter awal Su Mo seharusnya berhati besi. Dia mengalami banyak sekali pengalaman traumatis yang jauh dari manusiawi, sehingga punya dendam yang amat sangat mendalam pada suku Kongsang

Meskipun ia punya karakter pahlawan namun ini akan berjalan secara perlahan. Tapi masih bisa dipahami. Sumo merupakan titisan dari Cun Huan yang berhati lembut. Mungkin dengan pertimbangan ini sehingga dalam versi drama Li Yi Feng langsung memerankan karakter pahlawan yang amat sangat baik, rela berkorban demi keselamatan orang lain.


Chun Huang dan Bai Wei saat masih di Laut Bi Luo - negeri ajaib di dalam laut. 

Dalam versi novel diceritakan bahwa Su Mo memiliki adik yang meninggal saat ia masih sangat kecil. Ia memang terlahir kembar. Ibunya disiksa oleh suku Kongsang dengan menjadikannya human swine atau manusia babi. 

Saya jadi ingat ayahnya Empress Ki, drama Korea yang mencoba menggambarkan kehidupan kerajaan Tiongkok masa Dinasti Yuan. Itu masih versi sopannya, kalau dibandingkan dengan kisah Selir Qi.

Human swine adalah manusia yang tuna netra, tuna daksa, tuna wicara dan tuna rungu. Kedua tangan dan kaki dipotong, lalu diberi racun untuk mematikan semua inderanya. Kekejaman semacam ini terjadi pada ibunya, dan bisa mengubah anak yang baik menjadi berhati besi, meskipun pada dasarnya ia anak yang sangat baik. Oh iya, Su Mo juga buta saat pertama kali bertemu dengan Bai Ying. Tentu saja informasi ini hanya muncul di dalam novel…

Pengaturan karakter Su Mo sebagai sosok yang dingin, menutup diri, dan sangat ingin membunuh semua orang Kongsang yang ada di depannya, dapat ditemukan dalam versi donghua. Kita bisa melihat ketika serpihan jiwanya (dalam bentuk boneka imut) membunuh dengan keji, ia hanya menjauhkan boneka itu dari korban. Bahkan ia memakai boneka itu sebagai senjata. Su Mo dalam versi drama takkan menggunakan teknik ini. Saya tidak baca versi novel, jadi tak bisa klarifikasi.

Orang Kongsang menindas suku manusia duyung (merman) karena air mata mereka berupa mutiara yang sangat bagus kualitasnya. Bahkan ada yang amat sangat istimewa. Dalam kondisi seperti inilah Su Mo menjadi sosok yang penuh dendam pada Kongsang, dan senang saat Cangliu menaklukkan Kongsang sepenuhnya. Namun ia menemukan bahwa Cangliu bahkan lebih kejam lagi pada kaum merman

Hal ini membuatnya bertambah teguh untuk mempelajari kesaktian, meski menyakiti dirinya sendiri. Bahkan penyatuan dengan Naga Dewa nyaris gagal karena Su Mo dipenuhi dengan aur jahat. Ilmunya ini memunculkan serpihan jahat dalam dirinya yang nantinya muncul sebagai Su Nuo (adiknya).

Cinta, cinta, cinta

Dalam komentar di episode terakhir drama Mirror: A Tale of Twin Cities di kanal Youtube Croton MegaHits, ada yang berkomentar bahwa drama ini penuh dengan cinta. Cinta segitiga, cinta romantik, cinta pada sahabat, cinta pada suku bangsa, dan cinta anak pada ayah (angkat). Setellah di-resume ulang, ada benarnya juga. Drama ini memang penuh dengan cinta. 


Beberapa penjelasan lainnya

Apalagi ya… Hmm… tampaknya jangan hanya fokus pada Su Mo saja. Ada Yukee sebagai Bai Ying dan Bai Wei, juga ada Zheng Ye Cheng yang memerankan sebagai Pangeran Zhe Lan, Peramal Zhi Zhe, dan Lang Gan sekaligus. Harusnya mereka berdua dapat kredit yang sama karena membentuk cerita ini menjadi indah.

Karakter Yukee Chen atau Chen Yu Qi sebagai Bai Ying maupun Bai Wei tidak banyak dieksplor. Malahan seperti eman-eman padahal dia termasuk artis yang bagus. Karakternya sebagai Zhao Min dalam drama Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre (2019) memesona. Juga di drama The Love Last Two Minds

Bai Ying sering menampakkan diri sebagai sosok yang berdiri membatu seakan sedang meyangga dunia di bahunya. Harus tegak dan tidak banyak bergerak. Wajahnya sering terlihat serius. Menjadi kontras dengan Na Sheng. Sebelas dua belas dengan Yan Xi yang juga kadang tak tahu harus bersikap bagaimana.

Kalau Bai Ying sering seperti itu, jika mengamati benar alasannya, masih masuk akal. Bencana menyeluruh di Kongsang berawal segel Putri Mahkotanya rusak. Padahal pada saat itu pasukan suku Cang Liu sudah mendekat bahkan menyerang di pinggiran. Ibaratnya Kongsang musnah di tangannya sendiri karena tumbuh perasaan cinta pada laki-laki lain selain calon suaminya. Perasaan bersalah ini menghantuinya selama 100 tahun. 

Reaksi Yan Xi selama drama agak membingungkan...

Bagaimana dengan Zhe Lan? Oho, dia sempat membuat saya kesal karena jadi laki-laki yang lemah. Kalau cinta ya perjuangkan, dong! Begitu pendapat saya. Ini sih pendapat tentang karakter Zhen Lan, bukan tentang acting Zheng Ye Cheng. Dia mendapat tantangan memerankan 3 karakter sekaligus, dengan tingkat kesulitan masing-masing. Saya bisa katakan okelaaah.... meski tidak memberikan kesan mendalam.

Sekarang informasi yang lainnya deh sebelum ditutup.

Pertama, kalau bingung, sebenarnya Jenderal Xi Jing dari suku mana, saya bantu jawab deh ya. Xi Jing dari Kongsang, namun ia tidak ikut menjadi penghuni Kota Tanpa Warna. Pasalnya bukan karena kesaktiannya. Memang, dia adalah kakak seperguruan Bai Ying dan murid utama. Bahkan mewarisi relikui sakti dari gurunya yang berupa payung. Tapi bukan itu penyebabnya. 

Kalau dalam novel dan donghua dikatakan bahwa ia selamat karena diusir dari kerajaan. Pasalnya, ketika diketahui bahwa segel Putri Mahkota rusak karena Su Mo dari suku merman, banyak orang Kongsang yang dikabarkan menyiksa suku merman sebagai balas dendam. Xi Jing bukannya ikut menyiksa, malah membebaskan semua suku merman. Makanya dia dihukum eksodus selamanya. 

Bagaimana dengan penjelasan ending Mirror: A Tale of Twin Cities yang menggantung? Hmm… banyak spekulasi, yang intinya ada dua, yaitu 1) drama ini akan ada kelanjutannya, yaitu Mirror: A Tale of Twin Cities II, 2) Su Mo kembali hidup dan bahagia bersama Bai Ying alias memang beneran tamat. 

Pendapat kedua didasari pada narasi Bai Ying yang mengatakan selama tiga tahun ia berkelana ke tempat-tempat yang pernah mereka berdua kunjungi. Serpihan Su Mo masuk ke dalam relik kalung mutiara yang dipakai oleh Bai Ying. Lagi pula setiap tanggal 15 Oktober seluruh masyarakat Yun Huang selalu merayakan hari Dewa Laut (sebutan Su Mo) dengan banyak harapan baik padanya. 

Sobat Cakrawala Susindra akan pilih yang mana, nih? Teori pertama atau teori kedua? Mungkin akan disebutkan dalam drama The Longest Promise yang sedang ditunggu tanggal rilisnya. Judul yang saya sebutkan ini merupakan kompilasi dunia Yun Huang juga, tentang suku Kongsang. Xiao Zhan yang sukses dalam drama Douluo Continent, Joy of Life dan The Untamed menjadi pemeran utama pria. 

Kita tunggu saja. Tampaknya aturan pemerintah tentang batas maksimal episode yang diizinkan membuat drama The Longest Promise mengalami penundaan mengudara. Drama ini mungkin lebih beruntung daripada drama Mirror: A Tale of Twin Cities yang tampak benar bahwa banyak adegan yang di-cut demi bisa menjadi 43 episode. Pasti effort-nya besar. Ini juga yang membuat beberapa bagian pada 10 episode terakhir kadang terasa seperti ada informasi yang hilang.

Ah lagi-lagi saya jadi ingat nasib drama Legend of Chusen III yang menurut jadwal memiliki jumlah episode sebanyak 80. Sulit dipercaya, sebenarnya, namun jika benar segitu, maka bisa dibayangkan betapa lamanya proses syuting dan editing. Setelah jadi, malah harus menyesuaikan lagi dengan aturan yang ada. Yang jelas saya akan selalu setia menanti Zhang Xiao Fan kembali, meskipun perannya digantikan oleh Han Dong. Masih layak ditunggu!

Kalau ingin baca lebih banyak review drama, silakan baca di kategori film dan drama


12 Komentar

  1. Drama china memang jadi favorit apalagi yang bertema kerajaan selain latarnya yang mendukung, visual pemainnya itu lho udah kayak dewa-dewi gitu :) dan alur ceritanya gak biasa.

    BalasHapus
  2. Mbaaaaaak. Astagaaaaaa. Aku kagum banget karo njenengan. Kokyaa iso apaaaaal karo jeneng-jenenge. Aku yg tinggal baca aja mesti bolak-0balik ben paham iki mau jenenge sing ngendi, sing melakukan apa.

    Eh, kok malah berbahasa Jawa ya komentarku,? Hihihi ...

    BalasHapus
  3. Li Yifeng ini saya pernah nonton dua drama xianxianya, sword of legend dan legend of chusen, dua-duanya sad ending. Sempat berpikir dia aktor langganan sad ending ^^;

    BalasHapus
  4. setiap liat drama china aku ingat mamaku hahaha cuss aku kasitau dia klo ada drama china terbaru Mirror: A Tale of Twin Cities. nice review mba!

    BalasHapus
  5. Drama China itu berbeda ya, temanya juga biasanya lebih ke Sejarah sih ya.
    belum pernah nonton drama Mirror Tale of Twin Cities nih, kayaknya di We Tv lagi ramai ini sih ya sekarang.

    BalasHapus
  6. Yaampun reviewnya lengkap bener mbak, jadi pengan langsung nonton sekarang juga. Btwe, sudah lama juga gak nonton film kolosal kayak gini jadi rindu.

    BalasHapus
  7. Wah ini drama yaa, belum pernah nonton drama china yg berbau kerajaan nih. Baca reviewnya mba susindra jd bikin penasaran nih

    BalasHapus
  8. kumplit yesss.... ternyata diangkat dari novel ya kak ceritanya. Tapi tetep harus dong nonton filmnya karena mata tetep harus dimanjakan

    BalasHapus
  9. drama tiongkok kayak gini kesukaan ibuku nih.. kalau aku kurang suka sih kak, biasanya aku liat pemainnya dulu. ini baru banget yaa. tayangnya baru tahun ini

    BalasHapus
  10. Waaaawww drachin nostalgiaku dulu suka nonton drama-drama Tiongkok. Kalau drachin bertema kerajaan gini menarik visualisasinya karena kaya game digital...flawless.

    Reviewnya panjang dan lengkap, Mbak Susi. Kereeenn.

    BalasHapus
  11. Wah membaca cerita reviewnya dari awal sampe abis udah serasa nonton filmnya secara live. Super lengkap bangett, jadi sedikit tau gambaran dari film yang dibahas dan apa saja yang akan terjadi. Menarik banget nih buat ditonton..

    BalasHapus
  12. Selalu suka kalau Mba Susi review drama...panjang tapi ga bikin bosan, berasa nonton juga. Ditunggu terus reviewnya ya, Mbak
    Saya bisa bayangin jika jumlah episode sebanyak itu untuk sebuah drama, duh betapa lamanya proses syuting dan editing.
    Sayangnya malah harus menyesuaikan lagi dengan aturan jumlah episode ya. Hm, pasti ada terasa bagian yang hilang, enggak nyambung ceritanya

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)