Apa Kabar Ibu Muda?

Apa kabar ibu muda? Apakah masih galau melihat anak tetangga lebih besar, sehat dengan pipi merona? Apakah sedang ngumpet di bawah bantal karena ada tetangga mencela kemampuan anak berbicara? Atau… malah sedang membujuk suami agar pindah dari Pondok Indah Mertua gara-gara ibu mertua selalu mengingatkan mencela setiap kali cucunya merajuk? Tenang… kamu tidak sendirian. Banyak temannya. Apalagi di zaman digital begini, banyak posting diary anak yang setiap ulang bulan (ulbul) selalu ditulis dengan gempita, lengkap dengan foto-foto indah dan prestasi anak. Paling banyak lagi adalah status prestasi anak harian dari teman-teman facebook. Jika semua itu mengganggumu, bisa dikatakan, “Kelar hidupmu. Sembunyi saja di gua dan jangan berhubungan dengan dunia lain.”



Apa separah itu? Ah tidak. Saya hanya bercanda saja.
Sejatinya, memang, ibu muda masih belum mapan pola asuhnya. Makanya, mereka mudah terpengaruh ketika melihat anak teman atau kenalan terlihat lebih plus-plus daripada anak yang berada dalam pengasuhannya. Padahal, anak yang saat ini bersamanya adalah hasil pengasuhannya. Maka, layakkah ia menjadi baper? Saya yang sudah lama melampaui masa itu bisa dengan mudah menjawab TIDAK. Tetapi, saya yakin, saat di usianya, saya mungkin berada dalam barisan ibu muda baper. Mungkin… karena di zaman saya menjadi ibu muda, media sosial baru dikenal sangat sedikit orang.

Mbak Widi Utami a.k.a Mbak Widut termasuk salah satu ibu yang pernah baper ketika K, nama bayinya, dikritisi pertumbuhan atau perkembangannya. jarang sih, mungkin saat itu ia sedang galau? Atau… karena ingin segera memberi adik untuk K? Kita tunggu klarifikasinya. Saya bagi 2 kalimat kegalauan Mbak Widi saat fisik K dikomentari. Lebih lengkapnya bisa dibaca di artikel Milestone bukan untuk dibanding-bandingkan.

Kenalan dengan Mbak Cantik Widi Utami dulu
"Kok si K kurusan? Dulu kan gemuk. Itu yang lahirnya selisih satu kilo sama si K, sekarang aja gemuk, kok. Masa kalah?

“Makanya, kalo ngeden itu yang kuat dan lama, sekarang kepalanya K lonjong, kan?”

Akrab dengan komentar seperti ini? Saya sudah lupa apakah pernah menerima komentar seperti ini. Zaman dahulu saya hanya ingat bahwa saya merasa mempunyai bayi laki-laki paling ganteng dan paling cerdas di dunia. Dia tak punya kelemahan. Berat badannya ideal, tinggi badannya kelebihan, kulitnya putih, cerewetnya minta ampun, dan dia anak yang sangat tenang serta bisa diajak berkegiatan tanpa rewel. Dia anak surga. Nah, jika saya saya sering menuliskannya di status, bisa jadi saya akan dikecam banyak ibu gara-gara membuat mereka baper. Hahahahaha…. Padahal... saya hanya ibu yang jatuh cinta tanpa syarat pada anaknya sehingga merasa anak begitu sempurna.

Apakah Destin sesempurna itu? Tentu saja tidak. Dia juga punya banyak PR pertumbuhan dan perkembangan sehingga saya beberapa kali menatap galau ke Kartu Menuju Sehat. Dia agak terlambat berjalan karena takut jatuh. Dia terlalu lama ngesot. Laju ngesotnya sangat cepat sehingga dia baru mau berjalan di usia 14 bulan. 

Apakah saya galau? Baper? Jawabannya tidak. Alasannya adalah, karena kepercayaan diri saya dalam mengasuh anak sangat tinggi. Saya mempunyai banyak buku parenting dan berlangganan tabloid serupa sehingga saya tahu, milestone setiap anak berbeda. Saat Binbin bayi sampai balita pun, saya tetap bahagia. Bahkan saat Binbin sering dipanggil bisu karena delay speech-nya, saya tak terlalu terganggu. Hanya ibu yang tahu betapa anaknya tiada cela.

Kartu Menuju Sehat adalah salah satu kartu bantu milestone yang dimiliki setiap ibu yang memiliki bayi sampai balita. Bu bidan atau Posyandu akan memberikannya sebagai penanda tumbuh kembang bayi. Meski kurang detail, tidak up to date dan sudah lama selalu dicetak ulang, tetapi manfaatnya cukup besar. Saya memakainya sebagai acuan tumbuh kembang Destin dan Binbin. Alhamdulillah, saya tuntas menjalankan tugas awal ini. 

Karena saya sedang senang parenting, saya mereview blog Mbak Widi ala parenting saja. bagaimana dengan blog Mbak Widi?

Blog Mbak Widi yang simpel dan banyak tulisan parentingnya

Tenang Mbak, blogmu bagus kok. Putih nuansa ungu yang manis membuat saya senang di sana. Apalagi membaca tulisanmu yang berciri khas. Blog semanis ini kok minta dijepret cabai 3. Satu saja, deh ya. Ntar kita ngerujak bareng jika bertemu. Kita sudah dua kali gagal bertemu, ya. Hihihi....

5 Komentar

  1. hai mbak susi , apa kabar? maaf lama ga berkunjung

    BalasHapus
  2. Untungnya saya tipe yang cuek. Etap dulu waktu jadi ibu muda memang jarang internetan, sih. Jadi gak merasakan omongan ini itu hehhee

    BalasHapus
  3. Hai Mbak, ini mama muda yg suka galau galon pecah. wkwkwkwk

    Kalo aku sih hobinya panikan, Mbak.

    BalasHapus
  4. "Dia anak surga. saya hanya ibu yang jatuh cinta tanpa syarat pada anaknya sehingga merasa anak begitu sempurna"
    "Hanya ibu yang tahu betapa anaknya tiada cela"

    mbak ini, kalimatnya bagus banget. suka deeh.

    kalau menurut aq, ibu muda zaman sekarang senang ikut komunitas yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak, bagus sih, jadi ada tempat untuk lebih banyak belajar mengasuh anak dan sharing juga. tapi sedihnya adalah sebagian dari ibu-ibu ini malah membully ibu2 lain yang anaknya tdk sama milestone-nya. kasian ibu-ibunya jadi baperlah, stresslah karenanya.

    terima kasih mbak sharingnya.

    BalasHapus
  5. Hoo..akulah ibu muda yang baper.hahahaha

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)