Sore yang masih terasa teriknya. Kemarau belum ketahuan kapan berakhir. Angin kencang disertai debu masih akrab di sekitar kami. Syukur Alhamdulillah, sore ini angin cukup tenang. Sesuai kesepakatan, keluarga Susindra berkumpul di depan rumah untuk memindahkan bibit cabai hias ke dalam polybag. Kami mengelilingi gundukan tanah merah di depan rumah. Ember penuh tanah hitam dan 1 sak gabah kering juga sudah siap. Ketiganya akan jadi media tanam. Demikian pula polybag dan beberapa bibit tanaman. Sore ini, kami mengajak anak-anak belajar cara memindah tanaman ke dalam pot yang lebih besar.


Tiga bulan ini saya dan suami sedang jatuh cinta pada tanaman. Sebenarnya sudah lama kami ingin, namun eksekusinya menunggu agak lama. Jadi, setelah bertahun-tahun membahas dan tak habis-habis membicarakannya, Alhamdulillah sekarang sudah take action. Bahan media tanam mudah didapatkan, tak perlu berjalan jauh. Pekarangan kami juga agak luas dan rata, sehingga siap dijadikan kebun hijau mini. Maka jangan heran jika di media sosial saya mulai sering membahas urban farming ala Susindra. Yah, agak kontradiksi, karena kami tinggal di desa namun memakai konsep urban farming. Hahahaha…. Kadang saya senyum-senyum saja jika para tetangga datang dan tanya-tanya cara bertanam ala kami.

Sore ini, Destin dan Binbin setuju membantu memindahtanam beberapa bibit. Melihat aktivitas orangtuanya, mau tak mau mereka ingin juga. Untuk mengajari anak berkebun, kadang tak perlu banyak kata. Cukup lakukan saja tiap hari dengan sukacita, lalu biarkan rasa penasaran mereka tumbuh. Seperti sore ini. Mereka hanya saya tanya, “Mau bantu?” 
“Ya!” jawab mereka.
Semaian cabai hias siap pindah ke lahan/polybag

Kok mereka langsung mau? 
Yaaa… jadi orangtua memang harus aktif dan kreatif dong. Kalau tidak, nanti akan kalah dengan mereka. Saya menggelitik keingintahuan mereka sejak masa pra pembenihan, yaitu membeli benih cabai hitam, cabai ungu, jolokio, harbanero, chupentine, garda fire, jalapeno dan cabe-cabe hias jenis lain. Totalnya 14 jenis cabe hias. Saat melihat kemasannya saja, mereka sudah langsung kepo banget. Hahahaha

Cabai hias memang sangat trend sejak tahun lalu. Agaknya masih bertahan sampai sekarang. Kamu bisa beli di https://www.mataharimall.com/p-754/peralatan-rumah-tangga. Serius ada. Pilihan benih-benih hias juga cukup banyak. Ada timun zuchini merah, wortel pelangi, jagung hitam, juga selada cantik seperti bunga dengan warna merah merona. Zaman sekarang, kayaknya semua ada. Dan di e-commerce ini pilihannya lengkap. Asyiknya lagi, peralatan berkebun super lengkap atau alat rumah tangga lain, bisa dibeli dalam 1 paket kiriman. Lebih asyik, kan?

Balik ke aktivitas kami sore ini. Saya dan suami telah menyiapkan semua metan atau media tanam yang diperlukan. Begini cara bertanam kami:


Persiapan menanam cabai hias:

1. Biji benih direndam air sebentar untuk menyortir biji bagus dan biji jelek. Rak perlu merendam lama. Cukup bantu biji lebih cepat tenggelam dengan menekannya ke bawah. Jika sampai 10 menit belum turun, berarti bibitnya kurang bagus. Apakah dibuang? Iya. “Dibuang” di pot bunga lain, siapa tahu bisa tumbuh. Teteeeeuppp…. Eman-eman beli benih tapi dibuang. Biasanya tetap tumbuh kok. Tapi memang tidak secepat dan sebagus bibit berkualitas bagus.

2. Tanam biji benih ke dalam polibag semai. Saya memasukkan bibit sedalam 0,5 cm. 

3. Siram benih tiap pagi dan siang agar cepat berkecambah. 

4. Di usia 3 minggu (kadang sebulan), kami mulai.
Nah, 3 minggu sudah berlalu sejak paket benih cabe hias MaicaLeaf datang. Biji benih sudah menjadi pohon kecil yang sehat. Saatnya memindah dari polibag semai ke polibag ukuran 45x45 cm. Makanya, kami berkumpul di pekarangan depan untuk membuatkan “rumah baru” bagi akar-akar mungil yang kami biakkan dengan kasih sayang.

Begini cara memindahkan bibit cabai hias kami sore ini:

1. Kami memulai dengan mengaduk 3 media tanam: tanah pekarangan, tanah kompos, dan sekam. Oh ya, jangan lupa mengayak tanah terlebih dahulu ya. 

2. Buka polibag dan tata bagian bawahnya agar rapi. Kami melipat bagian atas juga karena tak ingin terlalu tinggi tanahnya.

3. Mulai isi sedikit tanah sambil merapikan. Setelah dirasa rapi, mulai masukkan ⅓ bagian polibag. Rapikan tanahnya. 

4. Basahi tanah sebelum memasukkan bibit.

5. Basahi pot bibit dengan air yang banyak agar akar mudah terlepas tanpa patah. 

6. Balik pot bibit untuk memisahkan bibit (plus tanahnya) dengan wadah pembibitan.

7. Masukkan bibit ke dalam polibag yang telah disiapkan. 

8. Isi kembali dengan sisa tanah sampai ketinggian yang diinginkan. Ratakan bagian atas. 

Tanaman siap diletakkan di mana saja.

Kalau di awal memang tampak aneh dan kedodoran, tapi memindah langsung ke sini memudahkan kita. Karena tak perlu lagi memindah-mindah tanaman ke wadah yang lebih besar. Bagaimana pun tetap ada risiko tanaman mati karena ketidakhatihatian. Nah, cara kami ini terbukti efektif dalam menanam cabai di pekarangan rumah. Kami bahagia, rumah hijau. Anak-anak juga mendapatkan pengalaman menanam cabai untuk mengasah potensi kecerdasan naturalis mereka. Silakan mencoba di rumah.