Program Langit Biru dan Mengapa Jangan Membeli BBM Premium Lagi

Bagaimana caranya ikut menyukseskan Program Langit Biru dan mengapa jangan membeli BBM Premium lagi, adalah inti dari artikel saya kali ini, yang merupakan bagian dari tema besar, yaitu Bahan Bakar Ramah LingkunganIni bukanlah artikel populer di kalangan bloger, namun saya akan berusaha membujuk sobat Cakrawala Susindra agar melakukannya. Implikasinya cukup signifikan dengan penghematan dana kendaraan, lestarinya alam, dan membaiknya iklim di bumi.

Program Langit Biru dan Mengapa Jangan Membeli BBM Premium Lagi
Program Langit Biru dan indahnya langit biru. (Gambar dari Canva)


Sayangi kendaraan dan sukseskan Program Langit Biru, ternyata bisa kita lakukan secara bersamaan dengan semangat nasionalis, dan sebuah cara untuk menjadi pahlawan lingkungan. Hal sekeren ini bisa kita capai dengan mengganti premium dengan BBM jenis lain, yaitu Pertamax. Jika mindset membeli Pertamax masih sulit dicapai, setidaknya, minimal membeli Pertalite dulu, agar proses perubahannya lebih smooth. Proses menuju bahan bakar ramah lingkungan adalah proses panjang. 

Itulah salah satu garis besar yang saya simpulkan seusai mengikuti Talkshow dan Diskusi Publik bertema Program Langit Biru pada hari Kamis, 11 Februari 2021 lalu. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Kabar Berita Indonesia mengakomodir sebuah diskusi akbar untuk mempertemukan para tokoh nasional yang kompeten, termasuk di dalamnya adalah para pemangku kebijakan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok dan Cirebon. 

Tujuan dialog:

  1. Bentuk perhatian YLKI dalam mewujudkan kultur konsumsi BBM ramah lingkungan.
  2. Bentuk kritik dan keperihatinan atas lambatnya dan inkonsistensi pemerintah dalam mewujudkan program Langit Biru.
  3. Wahana edukasi dan dorongan pada regulator (termasuk Pemda), operator (PT Pertamina) dan masyarakat, agar konsisten mewujudkan dan menggunakan BBM yang ramah lingkungan.

Diskusi Langit Biru dan bahan bakar ramah lingkungan
Diskusi Langit Biru dan penggunaan BBM ramah lingkungan


Diskusi Program Langit Biru

Sebuah diskusi panjang digelar secara daring di Zoom, dengan peserta 200 lebih, dan disiarkan di radio, serta dapat ditonton di Youtube, dari pukul 8 pagi sampai jam 12 siang, pada tanggal 11 Februari 2021.  Pemantik diskusi adalah Tulus Abadi (YLKI), Faby Tumiwa (Institute for Essential Service Reform), Muhammad Nafi (Redaktur Katadata) dan Dasrul Chaniago (Direktur Pengendalian Pencemaran Lingkungan). Seusai pemaparan beliau-beliau ini, para pemangku jabatan dari dinas terkait mendapatkan hak jawab atau sumbang saran sesuai dengan kondisi kota masing-masing. 

Stake holder dan regulator yang berkepentingan dengan Program Langit Biru turut dimintai sumbang saran. Mereka adalah perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan, Bappeda, Dinas PUPR, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas ESDM. 


Masyarakat vs Program Langit Biru

Untuk mencairkan suasana diskusi publik berjudul “Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru” ini, seorang influencer terkenal, Nadine Candrawinata., turut memberikan pendapat dan upaya apa saja yang telah ia lakukan sebagai warga negara Indonesia yang mampu meng-influence penggemarnya. Semua sepakat, bahwa meninggalkan premium, dan berganti ke Pertalite atau Pertamax, adalah cara lain untuk berhemat, karena dana maintenance kendaraan bisa diminimalisir. Mesin motor menjadi lebih awet, berbeda dengan mesin berbahan Premium, yang cepat rusak bahkan menghasilkan gas buang yang mencemari udara.


reaksi masyarakat akan langit biru
Narasumber diskusi publik Langit Biru dan penggunaan BBM ramah lingkungan


Langit Biru terlahir karena keperihatinan akan pencemaran udara yang 75% di antaranya dihasilkan oleh asap kendaraan....

Program ini bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya. Adalah kebiasaan masyarakat yang ingin berhemat sekarang, mengabaikan masa depan. Cara yang paling banyak ditempuh adalah membeli premium yang lebih murah meski tahu nantinya akan menanggung kerusakan mesin, dan tahu bahwa gas buang kendaraannya menjadi polutan. Mindset ini perlu diubah, karena premium dengan RON 88 sudah seharusnya tidak digunakan untuk mesinnya. Sudah seharusnya masyarakat membeli Pertamax untuk kendaraannya, atau minimal Pertalite.

Banyak bentuk edukasi dari berbagai pihak termasuk Pertamina yang mengaku masif melakukan peran edukator, hanya mampu membujuk sebagian kecil masyarakat untuk meninggalkan Premium. Meskipun demikian, sudah sepantasnya jika kita tetap melakukan ajakan dan gerakan baik untuk jangan membeli BBM Premium lagi. Caiyo!

Kita bisa mengajak semua memakai bahan bakar ramah lingkungan jika bergerak bersama.


Cara saya mendukung Program Langit Biru

Saya dan suami, sebagai bagian kecil dari masyarakat, meski masih menjadi keluarga sangat sederhana, selalu menggunakan Pertalite untuk motor Revo kami, dan Pertamax untuk motor Jupiter MX kami. Dua jenis sepeda motor lawas yang masih setia sampai sekarang, bahkan untuk melaju di jalan Jepara Purwokerto. Kami menyadari bahwa kedua BBM di atas membuat motor awet dan punya jangkauan kilometer yang lebih panjang. 

Memang terkadang ada yang melihat dengan pandangan aneh. “Motor jelek diberi daging,” adalah lelucon kami para pengendara motor.  Premium adalah tempe/tahu, Pertalite adalah daging ayam, dan Pertamax adalah daging sapi…. Kalau bagi kami, daging lebih lezat dan bergizi, jika dihitung investasi juga lebih untung. Iya, kan?


Definisi Program Langit Biru

Program Langit Biru adalah salah satu upaya Pemerintah Indonesia untuk mengurangi pencemaran udara, khususnya yang bersumber sektor transportasi. Ada tiga upaya yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi, meliputi mengganti bahan bakar, mengubah mesin kendaraan, dan memasang alat-alat pembersih polutan pada kendaraan. Memang fokus ke kendaraan, karena polusi dari sini mencapai 75% dari total sumber polusi yang ada. 

Program ini sudah berusia seperempat abad, namun pelaksanaannya masih terseok-seok, dari presiden ke presiden. Bayangkan saja, di mulai dari masa Presiden Soeharto, sampai sekarang, Presiden Jokowi. 


Langit Biru dan penggunaan BBM ramah lingkungan
Langit Biru dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan


Misi Program Langit Biru

Program Langit Biru punya 3 misi besar, yaitu:

  1. Kualitas emisi.
  2. Teknologi otomotif
  3. Menajemen lalu lintas.

Untuk memperjelas misi di atas saya membagi sedikit pemahaman tentang upaya mewujudkannya dan mengapa emisi gas buang kendaraan dikatakan beracun.

Upaya mewujudkan program Langit Biru

Tiga misi di atas diwiujudkan melalui upaya-upaya di bawah ini:

  1. Meningkatkan kualitas  emisi gas buang kendaraan bermotor, inspection dan maintenance kendaraan bermotor, penetapan standar emisi gas buang untuk kendaraan yang sudah berjalan.
  2. Penyempurnaan motor bensin maupun diesel akan diimbangi pemanfaatan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan
  3. Teknologi akan diubah atau ditingkatkan lebih ramah lingkungan melalui penyempurnaan desain maupun perlengkapan treatment emisi gas buang.
  4. Pengembangan teknologi hibrida bensin-listrik atau eco car dan fuel cell, teknologi yang tidak akan menghasilkan gas buang beracun.
  5. Menata manajemen lalu lintas yag baik untuk menghindari kemacetan yang berandil signifikan terhadap meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor


Bahayanya emisi gas buang kendaraan

Kendaraan bermotor dengan bahan bakar Premium menghasilkan asap buang atau emisi yang bersifat karsinogenik. Berbahaya jika terhirup langsung, meski jumlahnya sedikit. Akibatnya beragam, mulai dari ISPA, kerusakan organ tubuh tertentu, sampai kanker. Zat utama yang berbahaya adalah benzana (mampu merusak sumsum tulang) dan timbal (mengganggu syaraf otak).

Nyatanya, zat emisi buangan knalpot kendaraan bukan hanya dua di atas. Masih ada karbon monoksida (CO) yang beracun dan sangat mudah terikat dalam darah, karbon dioksida (CO2) yang menyebabkan efek rumah kaca pada lingkungan, belerang oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan dinitrogen (N2). 

Gas buang kendaraan (emisi) atau yang biasa kita sebut asap knalpot adalah hasil sisa pembakaran mesin yang tidak sempurna, dan eksesnya sudah lama kita rasakan. Kita harus bersama-sama berupaya mengendalikannya, dan menggantinya dengan bahan bakar ramah lingkungan.

Lalu lintas di Jakarta. Sumber: Canva


Program Langit Biru dari Presiden ke Presiden

Program Langit Biru pertama kali dicanangkan di Semarang, melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996. Kita tentu tahu bahwa tahun ini masih era Orde Baru bersama Presiden Soeharto sebagai presiden. 25 tahun berlalu. Seharusnya tidak menjadi program yang terkesan futuristik jika penerusnya mampu menerjemahkan Kepmen yang satu ini. 

Maaf saya katakan futuristik meski tanpa ekspresi sinis. Alasannya adalah usia Program Langit Biru sudah 25 tahun. Jika dianalogikan dengan manusia, maka ia sudah menjadi pemuda sempurna akal pikirannya dan mampu menyelesaikan tantangannya sendiri.

Beberapa kebijakan diberlakukan para presiden kita secara bergantian, namun tidak fokus pada garis finis. Memang hal ini akan selalu jadi kebijakan yang ditentang oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Maka, meski beberapa undang-undang dan perpu sudah dibuat, namun pelaksanaannya masih setengah-setengah. Menghapus penggunaan premium bukan kebijakan populis sehingga para presiden kita terkesan tidak tegas.


Perkembangan Program Langit Biru 

Sebenarnya, Presiden Jokowi kita saat ini, sudah membuat sebuah gebrakan yang meyakinkan pada tahun 2015, yaitu evaluasi kualitas udara di 45 kota dari 33 propinsi di Indonesia, pada bulan Juli – November. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah pengisian formulir data kota, uji emisi “spotcheck” pada 500 kendaraan per hari selama 3 hari, pemantauan kualitas udara, penghitungan kinerja lalu lintas, juga pemantauan kualitas bahan bakar di SPBU. 

Perkembangan selanjutnya adalah komitmen Indonesia mematuhi Paris Protocol on Climate Change dengan cara mengurangi emisi gas karbon antara 20-40% hingga tahun 2050. Komitmen ini berarti upaya standarisasi kualitas emisi, teknologi otomotif, dan manajemen lalu lintas.

Langkah selanjutnya, jika masih ingat, adalah kelangkaan BBM sehingga masyarakat harus membiasakan diri menggunakan Pertalite. Krisis BBM, demikian masyarakat menyebutnya. Sebenarnya ini adalah implementasi dari Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 yang menggolongkan Premium di Jamali (Jawa, Madura, dan Bali) sebagai 'bahan bakar umum', sama seperti Pertamax series sehingga Pertamina tidak berkewajiban menyediakannya di semua SPBU.

Angin surga kembali berembus dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Permen LHK Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penerapan Bahan Bakar Standar Euro 4. Aturan penerapan BBM ramah lingkungan atau standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor harus sesuai Euro 4, yaitu yang memiliki research octane number atau RON 95. Bayangan kesuksesan Program Langit Biru sudah terbayang di pelupuk mata.... Masyarakat akan terbiasa menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dan setelah standar EURO 4 tercapai kita akan melaju ke UERO 6. 

Dan… menjelang lebaran 2018, tiba-tiba premium mudah ditemukan di SPBU kembali. Pak Tulus dari YLKI beberapa kali menegaskan bahwa masifnya pengadaan premium tersebut adalah sebuah langkah mundur Program Langit Biru. Keseriusan pemerintah kembali dipertanyakan.


Agar langit biru bukan lagi impian


Berhenti membeli Premium

1. Demi semangat nasionalis

Berhenti memberi BBM Premium, demi semangat nasionalis dan sebuah cara untuk menjadi pahlawan lingkungan, demikian saya menyebutkan di paragraf awal. Saya tidak sedang bercanda atau menghayal. Saya serius.

2. Makin parahnya pemanasan Global

Jika saya sebut pemanasan global atau global warning sebagai alasan utama, beberapa pembaca Cakrawala Susindra akan menyatakannya sebagai alasan klise. Akan tetapi ini adalah sebuah alasan pahit, karena dunia yang kita tempati memang mengalami apa yang disebut dengan pemanasan global. 

3. Cuaca ekstrim

Sebenarnya kita merasakannya, dengan perubahan masa tanam dan panen, perubahan cuaca yang kadang cenderung ekstrim, kemarau panjang tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, juga es di kutub yang semakin menipis. Bukan tidak mungkin film Water World (1995) yang dibintangi oleh Kevin Costner, mungkin bisa terjadi karena laut jauh lebih tinggi daripada daratan, setelah semua es di kutub mencair.

4. Kesehatan diri dan keluarga

Bagaimanapun kesehatan dan lingkungan sehat adalah hak setiap warga negara Indonesia, baik mereka yang memakai kendaraan maupun tidak. Kita layak untuk tinggal di lingkungan yang sehat dan mendapatkan jaminan kesehatan.

Adanya BPJS sebagai jaminan kesehatan dari pemerintah tidak membuat kita lupa dengan jumlah dana yang dikeluarkan untuk mengobati penyakit-penyakit karena emisi atau gas buang kendaraan, misalnya ISPA, gagal ginjal, kanker, dan masih banyak lagi.

5. Kendaraan awet sebagai bentuk investasi sekaligus penghematan

Alasan berhenti membeli premium yang paling sederhana adalah sudah saatnya kita naik kelas. BBM Premium dengan RON 88 sebenarnya sudah tidak layak pakai karena mempunyai kandungan timbal yang bisa merusak mesin motor kita. BBM Euro 2 ini membuat kita harus menyiapkan dana perawatan motor yang lebih banyak dan lebih sering. 

Saya dan suami sudah membuktikannya. Motor lawas kami masih dalam kondisi baik sehingga tidak perlu membeli lagi. Masih kami gunakan untuk keluar kota, bahkan mudik ke Purwokerto ketika sekolah libur. FYI, kami mudik dengan bis jika lebaran dengan alasan kepraktisan dan keselamatan.


Ayolah....

Kita harus move on ke BBM Euro 4, dengan memakai Pertalite (RON 90) atau Pertamax (RON 92) yang merupakan bahan bakar ramah lingkungan. Untuk truk dan diesel, sudah seharusnya meninggalkan solar dan menggantinya dengan Bio solar/diesel. Hanya dengan demikian maka kualitas hidup kita akan lebih baik dan bisa mereduksi pemanasan global. Setidaknya tidak naik lagi sehingga bumi menjadi tempat yang layak kita tinggali.


Suasana promo Pertalite dari Pertamina


Rayuan maut Pertamina

Sudah seharusnya masyarakat berpindah ke Pertamax dengan RON 92. Namun proses perpindahan ini di disadari tidaklah mudah sehingga masyarakat diarahkan untuk membiasakan. Kabar baiknya, Pertamina mulai 7 November 2020 lalu memberikan diskon pembelian Pertalite secara bertahap di area Jamali. Diskon ini diberikan selama 6 bulan, secara bertahap dengan rincian:

  1. Diskon Rp1.200,- per liter selama 2 bulan, sehingga harganya sama dengan harga premium
  2. Diskon Rp800,- per liter selama 2 bulan
  3. Diskon Rp400,- per liter selama 2 bulan

Rayuan maut Pertamina berupa diskon besar secara bertahap sudah dilakukan. mulai dari Denpasar, berlanjut ke Tangsel, Gianyar, Palembang, dan wilayah lainnya. Bentuknya adalah edukasi market secara langsung dengan memberikan harga Pertalite sama dengan harga Premium. Dengan harga sama namun kualitas berbeda, diharapkan masyarakat akan terbiasa memakai Pertalite setelah membuktikan keandalannya. 

Target program ini adalah untuk semua kota/kabupaten di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali). Potongan harga yang menarik ini sudah sampai di Jepara, yaitu di SPBU Senenan dan SPBU Ngabul. 

Menyukseskan Program Langit Biru

Jangan sampai program ini hanya akan berpindah dari satu presiden ke presiden lainnya karena tidak selesai. Memang bukan kebijakan populis, bahkan kebijakan yang mendapatkan banyak tentangan dari semua kalangan. Namanya perubahan, apapun itu, pasti akan digoyahkan oleh kebiasaan lama. Dan tidak semua orang suka perubahan, karena betah dengan zona nyaman.

Melihat kondisi naik turunnya Program Langit Biru, kita perlu serempak menyuarakan pentingnya menggunakan BBM yang ramah lingkungan dengan tujuan membantu menyukseskannya. Perlu juga membuat gerakan menggunakan Pertalite dan Pertamax di kalangan menengah ke bawah yang menjadi konsumen utama Premium. 

Diskusi, catatan dan kopi


Itu salah satu tugas kita sebagai bloger dan influencer. Nadine Candrawinata sebagai seleb influencer telah lantang menyuarakan. Mari kita juga ikut menulis tentang bahan bakar ramah lingkungan agar makin banyak yang teredukasi.

Di sinilah kita semua harus bersuara lantang agar pemerintah sekarang ini (dan selanjutnya?) serius menetapkan kebijakan yang mensukseskan Program Langit Biru, kalau perlu mengukuhkan dengan undang-undang agar presiden selanjutnya menjadi pembawa ke garis finish.

Kita. Kita sebagai warga negara Indonesia. Kita sebagai penulis blog yang juga bagian dari media profetik, yang dengan sendirinya ikut menjadi pilar demorasi dengan gaya kita. Mari kita langitkan Program Langit Biru, demi lingkungan Indonesia dan masa depannya yang lebih sehat.

Akhirnya selesai sudah rangkuman diskusi publik saya ini, yang sekaligus sebuah ajakan baik untuk kebaikan negeri ini. Artikel ini saya tulis untuk mengikuti lomba blog Kantor Berita Radio (KBR) dengan tema Bahan Bakar Ramah Lingkungan.

Mau dapat banyak informasi baik dari KBR? Bisa langsung ke situs KBR.idFacebook, atau Twitter. Bisa juga ke Podcast dan situsnya untuk live streaming seperti yang saya ikuti kali ini.

Jangan lupa ikuti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia dan atau Facebook-nya.



Sumber:

1. Diskusi Publik bertema Program Langit Biru pada hari Kamis, 11 Februari 2021

2. Nafi, Muchamad. 2021. Jalan Panjang Langit Biru: Program Tua dari Presiden ke Presiden. Makalah 

3. NN. 2017. Program Langit Biru, di Buang Sayang. Jurnal ANTASENA Vol.2 No.2 2017

4. Sudarwanto, H.W. et.al. 2020. Bahaya Emisi Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar Bensin dan Menumbuhkan Lingkungan Hijau di Perkotaan. Makalah Seminar Hubisintek 2020


Bahan daring

1. https://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/2421-program-langit-biru-2015-evaluasi-kualitas-udara-perkotaan-di-45-kota-dari-33-provinsi

2. https://katadata.co.id/muchamadnafi/ekonomi-hijau/5f61eee1b0754/jalan-panjang-dan-berliku-program-langit-biru


32 Komentar

  1. alhamdulillah sih aku sekarang sudah beralih nih ke pertalite kok, krn memang dimana-mana juga premium tuh sudah langka dan hanya diperuntukkan untuk motor dan kendaraan umum bersubsidi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan antrinya bikin males ya Mbak. Hehehe.
      Kami sering heran lihat antrian motor- mobil demi Premium

      Hapus
  2. Nggak kerasa udah Tau Euro 6 ya?
    Sosialisasi program Langit Biru emang harus selalu didengungkan
    Karena hanya Indonesia, negara ASEAN yang masih memproduksi bbm oktan rendah seperti premium

    BalasHapus
  3. Ah iya, pakai BBM ramah lingkungan jadi salah satu cara buat menjaga bumi dari polusi udara. Dari nama programnya saja sudah menyatakan apa yang jadi tujuan. Program yang sangat menarik dan mesti banyak diberitakan ke orang-orang.

    BalasHapus
  4. Waaahh, wawasanku jd bertambaaahh mba
    aku kapan hari sekilas lihat info webinar ini, dibagiin sama pengurus IIDN kalo ga kliru.
    Ternyataaa, mantulll banget ya. Kita jadi mudheng serba serbi BBM ramah lingkungan

    BalasHapus
  5. Program baik seperti ini akan lebih efektif jika didukung secara konsisten oleh semua pemilik SPBU. Bisa dengan secara rutin memberikan himbauan dalam bentuk spanduk atau flyer yang bisa dibaca oleh publik. Serta satu lagi MENURUNKAN harga yang signifikan dan berterusan untuk Pertalite dan Pertamax. Setidaknya jauh lebih murah dibandingkan Premium. Kalau sudah begini, biasanya pemilik kendaraan pun secara otomatis akan beralih ke Pertamax atau Pertalite.

    BalasHapus
  6. Di Malang udah susah nyari premium di SPBU mbak.
    Saya udah lama pakai pertamax, cuek aja antrian beli BBMnya di deretan mobil-mobil keren. Program langit biru ini memang haus terus disosialisasikan, semoga makin banyak masyarakat yang tahu dan membantu untuk mewujudkannya

    BalasHapus
  7. aku mulai SMA pakai pertamax loh, Alhamdulillah
    secara teori memang lebih hemat pakai pertamax sih, aku pernah belajar waktu kimia SMA dulu

    Alhamdulillah ya semoga istiqomah

    BalasHapus
  8. Saya pun sdh meninggalkn menggunakan premium sejak lama, krn di mesin mobiln dan motor saya, bahan bakar seperti pertamax dan pertalite membuat mesin kendaraan lebih awt

    BalasHapus
  9. Alhamdulillah sudah meninggalkan premium sejak lama, karena kalau mau beli premium juga di pom tertentu dan harus antri juga.


    Suka bgt baca artikel ini, jadi semakin semangat ngajakin orang buat setia sama pertamax karena tahu alasannya skrng

    BalasHapus
  10. Perlahan namun pasti aku sudah beralih ke Pertamax nih, semoga bisa mewujudkan Program Langit Biru aamiin

    BalasHapus
  11. Daku setuju dengan program langit biru ini karena memang sudah mengkhawatirkan polusi udara kita. Makanya pas PSBB pertama berasa banget bahwa memang polusi udara menutupi indahnya melihat langit biru

    BalasHapus
  12. Dampak yang paling aku rasakan adalah kesehatan dan cuaca ekstrem ini sih kak. Apalagi aku kan tinggal di Kalsel dan baru aja terjadi banjir hebat. Rasanya tuh ingin melakukan sesuatu untuk alam ini. Mungkin dengan mendukung program ini bisa jadi langkah awal.

    BalasHapus
  13. untuk kepentingan bersama dan menjaga lingkungan, semoga program Langit Biru bisa berlangsung dengan lancar ya

    BalasHapus
  14. Motorku sih Revo jadul, mba
    Tapiii aku seringnya beli Pertamax :D
    Gapapa mahal, enakeun buat tarikan mesin motor. dan lebih ramah lingkungan yhaaa

    BalasHapus
  15. masyarakat biasanya ngegas duluan kalau ada kebijakan, seperti kebijakan premium ini. Padahal yang harus dipikirkan adalah dampak jangka panjangnya. Semoga semakin banyak yang sadar ya...

    BalasHapus
  16. Untung selama ini saya sudah menggunakan pertalite sehingga saya merasa ikutan juga mendukung program langit biru hehe

    BalasHapus
  17. aku pakai pertamax mbak, sejak SMA hingga sekarang
    agak mahal sih, tapi sebanding
    bahkan menurutku lebih hemat banget daripada premium

    BalasHapus
  18. ternyata Program Langit Biru sudah dirintis sejak lama. perlu kesadaran anak bangsa untuk sama sama menyukseskan program ini. Kesadaran tentang lingkungan hidup memang sudah tidak bisa ditawar lagi. harus dimulai dari kita

    BalasHapus
  19. Sy pakai pertamax, tarikan lebih enak.
    Iya wlaupun mahal, tpi demi perawatan motor, ya wajib.

    Klo lebih irit ya disaranin pakai pertalite.
    Bahkan disaat urgent juga beli ini kak.

    BalasHapus
  20. WAh baru tau kalau ada program Langit Biru ini mba.. Setau saya kalau di Jawa ataupun khususnya Jogja sepertinya udah gak jualan Premium di pom bensin manapun mba sejak 2020 kemarin.. Semua harus menggunakan pertalite.. Tapi kalau daerah lain sepertinya masih ada

    BalasHapus
  21. Tadi pas baca judulnya aku bertanya-tanya ini langit biru apa, kok gemas namanya. Kebayangnya itu ya langit biru yang biru dengan awan putih yang bersih. Terus pas baca wah, setuju banget sama program ini! Masalah pencemaran udara benar-benar memprihatinkan. Mari sama-sama jaga lingkungan dengan baik dimulai dari diri sendiri. Apalagi kalau ada BBM yang memang ramah lingkungan harus didukung.

    BalasHapus
  22. Aku dukung banget program langit biru dan apapun yg bersifat go green gini. Supaya kita bisa mewariskan bumi yg sehat buat anak cucu kelak. Semoga sulsea acaranya

    BalasHapus
  23. Sebagai orang yang pernah kerja di Dinas Lingkungan Hidup, saya tahu betul semnagat Program Langit Biru yang dicannagkan ini. Manfaatnya juga akan balik ke masyarakat kok sebenarnya ya. Yuk, kita mulai perubahan besar dengan langkah kecil.

    BalasHapus
  24. Masyarakat perlu diberi edukasi lagi tentang pentingnya menggunakan BBM yang ramah lingkungan, ya, Mbak. Supaya program langit biru bisa berjalan dan bumi kita bisa terus lestari.

    BalasHapus
  25. Kalau mau lebih sukses lagi ya manfaatkan kendaraan umum kali ya hehe
    Sayangnya transportasi umum massal mungkin msh ada di kota2 tertntu aja
    Kalau pakai pertalite ini salah satu cara supaya mesin gk cepet rusak juga keknya ya. Mesti banyak disosialisasikan juga, pandemi ini gongnya, mumpung gk banyak yg keluar rumah. Trus mungkin jg sekalian penjualan BBM biasa dikurangi jg kali ya

    BalasHapus
  26. Aku team pertalite nih mbaa, udah gak pernah beli premium soalnya heheh, gak ngerti kandungannya sih. tapi ngerasa lebih enak aja pas bawa kendaraan wkwkkw

    BalasHapus
  27. 100 % aku dukung ini karena aku sendiri menggunakan pertamax kak karena lebih awet buat mesin motor juga sih.

    BalasHapus
  28. Saya dukung banget neh program langit biru ini, makanya lebih sering pakai petramax daripada yang lain, hehehe

    BalasHapus
  29. Alhamdulillah selama ini saya selalu membeli bahan bakar minimal Pertalite, kalau pas habis gajian belinya Pertamax. Makasih Mbak ulasannya, sekarang jadi makin yakin beli Pertalite/Pertamax demi masa depan yang lebih baik untuk anak cucu kita.

    BalasHapus
  30. Program Langit Biru ini semakin digaungkan dengan masif agar semakin banyak masyarakat yang paham dan memang bagus banget juga untuk merawat mesin lebih awet karena pembakaran sempurna.

    BalasHapus
  31. Ibu saya dulu juga menyarankan saya untuk pakai Pertamax di motor Revo, katanya biar lebih awet dan nggak gampang rusak. Bener juga, gapapa bayar sedikit mahal namun ternyata memberi dampak walaupun hanya sediikiiiit sekali. Kemudahan dalam hidup, memang perlu dibarengi dengan kesadaran kalau kita manusia harus menjaga bumi ini ya :))

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)