Agama dan Peradaban di Zaman Batu

Pernah punya pertanyaan kapan peradaban Nusantara yang berkaitan dengan agama pertama kali terbentuk? Saya pernah. Kayaknya menarik untuk dikulik. 

Agama dan Peradaban di Zaman Batu


Ternyata, peradaban Nusantara bisa ditemukan dari zaman batu. Tepatnya pada zaman Pleistosin Akhir. Saat itu etnis yang menghuni di negara kita sudah mengenal Menhir, Dolmen, Sarcophagus, dan Punden Berundak. Ini menjadi bukti bahwa saat itu sudah ada agama yang dipeluk, bahkan sudah ada ritual pemujaan. Hasil budaya berbahan batu juga ditemukan pada era Mesolithikum, Neolithikum, bahkan Megalithikum. 


1. Menhir

Menhir adalah batu tunggal yang berdiri menjulang ke atas. Ukurannya besar dan bentuknya seperti tugu. Beberapa menhir punya tatahan/relief sederhana dan seperlunya. Menhir punya arti batu panjang. Jika digali asal katanya akan ditemukan dalam dari bahasa Keltik, yaitu dari kata 'men' dan 'hir'. Jadi, menhir adalah batu berdiri yang biasanya digunakan untuk pemujaan terhadap arwah atau sebagai penolak bahaya yang mengancam. Biasanya menhir, berupa pahatan batu berbentuk silinder (bulat dan panjang) yang terbuat dari batu monolit.


2. Dolmen

Dolmen adalah batu yang disusun seperti meja besar. Fungsinya untuk meletakkan sesaji pengorbanan. Di bawah dan di sekitar dolmen biasanya ditemukan kuburan-kuburan kuno. Sebagian kuburan kuno tersebut memiliki prasasti batu nisan. Dolmen merupakan peninggalan pada zaman Megalitikum atau zaman Batu Besar. Sekitar sebelum 40.000 tahun. Pada zaman ini, masyarakat membangunan selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati, juga keterkaitan mereka dengan kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman pertanian. 


3. Sarcophagus, 

Sarkofagus adalah sebuah wadah pemakaman dan pada yang umumnya terbuat dari batu. Mengenai letaknya, sementara ini diyakini bisa diletakkan di atas tanah atau mungkin juga dikubur di dalam tanah. Kata sarkofagus berasal dari bahasa Yunani sarx yang berarti "daging" dan fagein berarti "makan". Secara harfiah disebut sebagai 'batu pemakan daging'. Kata tersebut juga merujuk pada jenis batu kapur tertentu yang dianggap mempercepat penguraian daging mayat yang terkandung di dalamnya karena sifat kimia batu kapur itu sendiri.


4. Punden Berundak

Punden berundak merupakan objek pemujaan yang berupa teras berundak. Makin ke atas makin menyempit dan dianggap makin tinggi posisinya. Kata dasarnya adalah pundèn, dari bahasa Jawa. Artinya objek-objek pemujaan". Punden berundak disebut sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara.

Struktur dasar punden berundak ditemukan pada situs-situs purbakala dari periode kebudayaan Megalit-Neolitikum pra-Hindu-Buddha. Kebudayaan ini masih dipakai pada bangunan-bangunan dari periode selanjutnya, bahkan sampai periode Islam masuk di Nusantara. Misalnya pada candi Borobudur. Punden berundak juga jadi motif relief ukiran batu di Masjid Mantingan Jepara Jawa Tengah. 


Empat hasil budaya masyarakat zaman batu tersebut tersebar di seluruh Nusantara. Menariknya lagi adalah, dari hasil penemuan ditemukan bahwa nenek moyang kita sudah menggunakan alat-alat sebagai sarana pemujaan dan system penguburan mayat. Khusus yang terakhir, benda kuno yang ditemukan lebih muda usianya yaitu pada masa perunggu, meskipun bahannya dari batu. Belum ada yang ditemukan pada zaman batu. Tapi setidaknya kita bisa sepakat dengan kesimpulan bahwa semua aktivitas ekonomi dan budaya penghuni Nusantara sejak zaman batu sampai zaman logam menunjuk pada tanda-tanda adanya hubungan integral antara kebudayaan dengan agama.

Tapi kita tak bisa mengklaim hasil budaya ini sebagai asli milik Indonesia karena sejatinya saat itu yang disebut Nusantara masih sangat luas. Masih berupa kesatuan kebudayaan dengan cakupan wilayah yang sangat luas, yaitu India, Indocina, Indonesia, beberapa pulau di Lautan Pasifik. Ada teori yang menyatakan barangkali termasuk Tiongkok Selatan. Wilayah seluas ini punya kesamaan budaya namun tidak memiliki kesamaan etnis. 

Semoga artikel ini bermanfaat. Kalau mau cari sumbernya silakan baca buku Atlas Walisongo, ya. Tepatnya halaman 11-12. Suka membaca fun fact sejarah? Saya juga. 

0 Komentar