Berkebun di Saat Pandemi

Saya bukan orang yang bisa meramal masa depan. Saya hanya satu dari sekian banyak orang yang sangat menanti hujan agar bisa menamam. Maka benar saja, saat hujan pertama membasahi bumi, saya membeli benih aneka tanaman secara online. Dalam waktu tak sampai seminggu, saya sudah menerimanya dan mulai menanam. 




Hasilnya memang luar biasa. Saya sudah bisa panen harian untuk selada dan bunga telang. Panen mingguan untuk pokcoy, sawi, tomat, cabe, dan daun pepaya; baik yang daun pepaya buah maupun daun pepaya Jepang. Mungkin aneh ya kalau saya bilang panen daun pepaya buah. Saya suka sayur ini sehingga sengaja menanam beberapa pohon pepaya hanya untuk diambil daunnya. Total ada 4 pohon. Pohon daun pepaya jepang juga ada 6 pohon. 

Jadi saya hanya beli wortel dan kecambah saja, beberapa hari sekali. Juga kangkung, bayam, kacang panjang dan pare. Empat jenis sayur itu saya sudah menanamnya tahun lalu. Dua yang pertama tidak cocok dengan tenaganya, dua yang terakhir adalah jenis tanaman merambat sementara saya sudah punya 4 tanaman merambat sekarang ini. Gantian, lah.....

Seperti ini kondisi kebun mini saya. Gambar pertama diambil dari halaman rumah tetangga.

Lihat postingan ini di Instagram

Menemani si ucul #EsplolaGi bermain sambil mensyukuri hasil kebun sendiri. Si imut Gi sering pergi dolan sendiri tanpa alas kaki. 🤭 Kebun mini kami ini dibangun saat hujan mulai menyapa, dari satu pot ke pot lain. Dari 1 rak sampai sudah jadi 3. Dari hasil sayur 2 minggu sekali sampai menjadi seminggu 3x. Tak bisa dihitung irit karena tenaga siram dan aduk tanah cukup mahal. Juga bahan dan trial eror-nya. Maklum kami aslinya wong kisik akan pesisir. Tapi memang, badan jadi lebih sehat dan segar karena aktivitas berkebun di pagi dan sore hari. Termasuk nikmatnya makan sayur yang ditanam dan dirawat sendiri. #berkebun #sayur #urbanfarming #susindra #ceritasusindra #BayiGi

Sebuah kiriman dibagikan oleh Susi Ernawati Susindra (@susierna1) pada

Saya menanam bunga yodium sebagai bagian dari bunga P3K pertama di rumah.

Berkebun di masa pandemi

Seperti saya bilang sebelumnya, saya bukan peramal sehingga tidak tahu kalau hobi dan aktivitas me time saya akhirnya malah menjadi sumber makanan sehat saat ini. Roda ekonomi dari industri kreatif yang digeluti suami mandek nyaris total. Nyaris karena berkurang hampir 75%.

Aktivitas blogging dan influencing saya menjadi sumber rezeki utama. Tapi saya bisa melakukannya juga karena si kecil Giandra selalu diajak papanya tiap jam 13.30 - 17.30 WIB ke tempat kerja, agar saya bisa menyelesaikan timbunan pekerjaan online saya plus mempersiapkan makanan berbuka puasa.

Kerjasama kami cukup baik dan ini adalah hal yang harus sangat kami syukuri.

Kerjasama kami juga berlaku di kebun. Suami, di awal pandemi, membuat rak-rak tanaman agar saya bisa menyusunnya dan menyelamatkannya dari ayam. Tiap fajar, ada 2-3 ember air yang disiapkan suami untuk saya menyirami tiap pagi.



Aktivitas berkebun bisa sangat menyenangkan kalau dilakukan dengan senang hati. Bahkan saat kami harus menimba air dan membawanya dari belakang rumah ke kebun depan.... Rasa lelah mungkin ada, tapi selalu excited melihat hasilnya.

Kalau butuh ilmu cara membuat pupuk cair sendiri, artikel cara membuat mol ini sangat membantu.

Bukan aktivitas tanpa risiko

Berkebun bukan hanya cerita tentang indah (dan lelahnya). Banyak juga kendalanya. Saya ceritakan ya.

Saya selalu bahagia melihat aneka kupu-kupu. Saya perhatikan beberapa kupu-kupu datang pada kisaran jam yang sama. Mata saya berbinar melihat mereka. MasyaAllah... indah sekali. Kupu kecil sampai besar sekali. Kupu batik putih sampai kupu hitam besar yang berkilat.

Aneka predator imut yang menyenangkan mata tapi membuat tangan sibuk.

Tapi mereka juga menitipkan telur ulat... dan tinggal dengan nyaman di bunga nona makan sirih....

Juga di bunga ruellia. Khusus bunga yang ini saya agak ketat dan selalu membuangnya. Tak boleh dekat-dekat kebun mini saya. Ini alasan mengapa bunga kencana ungu atau ruellia harus jauh dari kebun saya meski sangat bermanfaat.

Ada kupu-kupu juga berarti harus mau punya ulat. Ada ulat-ulat manis di tanaman yang menghabiskan daun dengan sangat cepat. Bunga kenanga saya langsung ludes semua daunnya. Hahahaha.... Itu belum termasuk aneka sayur daun hijau yang juga jadi sasaran. Bedanya, yang sayur memang selalu saya inspect dan langsung saya hilangkan ulatnya. 

Nggak dibunuh, kok. Ada dua cara menyingkirkannya: saya "indekoskan" di tanah kosong milik tetangga yang lokasinya di depan dan sebelah rumah (jarak 1 rumah). Itu cara pertama. Cara kedua adalah memberikannya ke ayam-ayam tetangga yang selalu merasa bahwa rumah saya adalah sumber rezeki utama mereka.

Saya pernah mengalami, 40an tanaman selada saya habis dimakan ayam tetangga. Saya tidak sampai marah karena tahu para tetangga saya memelihara ayam untuk makan, meski tahu mereka sendiri juga sulit makan. Jadi memang hanya disebar saja, mengandalkan kebaikan hati tetangga. Makanya saya ikhlas. 
Ternyata itu cara Allah berkomunikasi, bahwa saya terlalu banyak menanam, sehingga: 1. tak cukup rak tanam; 2. terlalu menghabiskan waktu dan tenaga; 3. terlalu banyak panenan sementara tak ada yang doyan selada kecuali saya dan suami.



Saya belum bisa menjual selada hasil kebun karena masih belajar menanamnya. Selada saya daunnya masih tidak renyah dan sedikit keriting. Beda dengan yang di pasaran. 

Yah... begitulah. Saya tidak tahu jika biji yang saya sebarkan punya prosentasi germinasi yang sangat tinggi sehingga dalam waktu kurang dari seminggu saya kewalahan menanam seratusan selada. Sekarang tinggal 50an dan saya bisa panen harian untuk konsumsi sendiri, dengan mengambil dauu terbawahnya.

Hal yang sama terjadi pada seledri, yang dalam waktu 3 minggu sejak tebar, ...saya memindah tanam 106 bibit imut. Sekarang tinggal 80an.

Ada kupu-kupu, ulat dan ayam. Apa lagi?

Aneka jenis serangga, mulai yang indah sampai biasa saja.

Aneka jenis kepik... 

Keduanya rakus memakan daun. Hahaha.

Tapi saya paling jengkel dengan bebek tetangga. Biasanya langsung kami usir. Bebek terlalu rakus dan cepat sekali buang kotoran.... meski saya juga tak seberapa menolerir ayam kalau sudah naik ke atas rak tanaman sayur.... Saya sudah menulis arrtikel tentang belajar ilmu ikhlas saat berkebun. Artikel yang haru biru. Hahahaha

Agar Sobat Susindra tidak sia-sia datang ke mari hanya untuk membaca curhatan, saya beri sedikit informasi tentang cara menanam sayur, ya. Kalau tips lengkapnya, mungkin perlu dibuatkan artikel khusus. Semoga bisa bikin nnti dan menjadikan artikel ini sebagai ibunya.

Akhir-akhir ini saya terlalu sibuk optimasi media sosial....

Cara mudah menanam sawi

Menamam sawi sebenarnya amat sangat mudah. Tapi memang perlu pengalaman, seperti saya dulu yang tanaman sawinya kutilang (kurus tinggi langsing). Itu artinya gagal. Saya ga enak bilang gagal saat ada teman yang tanya, sih....

Membaca pengalaman langsung seperti ini bisa dikatakan "Membeli JAM TERBANG" seseorang. Begitu kata gurunda saya, agar selalu rajin mencari bacaan tentang pengalaman seseorang jika tak punya tenaga trial & error.

Menaman biji sawi itu mudah, 2 hari sudah tumbuh. Tapi akan bagus hasilnya jika:

1. Media tanamnya porous, berupa campuran 3 bahan: tanah pekarangan, kompos dan sekam bakar. Takarannya 1:1:1. Saya sudah coba 1:1:2, hasilnya cepat mati karena batang bawah kering.

Saat menyiapkan media tanam untuk biji sawi ini, siapkan juga media tanam untuk sawinya kelak. Masukkan tanah ke dalam polibag/calon wadah, beri pupuk kandang di atasnya. Biarkan di tempat terbuka sampai siap ditanami. 6 jam sebelum masa menanam, baiknya disimpan di tempat yang teduh dan pastikan saat menanamnya kelak, lakukan di sore hari.

2. Selalu pastikan media tanam (tanah dkk) basah tapi tidak ngecembung. Hmm... tidak tergenang, maksud saya. Biji sawi cepat germinasi di kondisi ini. Hanya 2 hari saja.

3. Sebar di wadah, dan letakkan wadahnya di tempat yang terkena cahaya matahari. Cahaya langsung juga bisa, malah bagus, asal jangan kena hujan saja.

Jujur saya bikin bangunan sederhana untuk kebun sawi dkk dengan penutup plastik biasa yang sangat panas saat siang. Tapi tidak kena hujan sehingga aman. Bibit sawi benci hujan. Biasanya ia langsung mati tanpa mengucapkan selamat tinggal.
 Kalau kena matahari langsung, tubuh si sawi imut jadi pendek dan bagus pertumbuhannya. Bibit sawi kutilang akan sulit besar dan setelah sebulan masih awet kurusnya.

Nah, sekarang tahu kan, mengapa dan bagaimana jika tanaman sawi jadi kutilang? 

4. Pindah tanam mulai hari kedua setelah bertunas, dan jangan tunggu sampai 1 minggu! Hasilnya batang sawi akan pendek sehingga makanan bisa diolah dengan cepat dan tanaman sawi cepat besar. Sebulan panen dengan hasil yang bagus, renyah dan daun lebar.

Saya pernah ditanya apa harus pindah tanam sawi? Jawab saya tidak harus, tapi memang hasilnya tidak bagus. Bagaimana kalau seminggu? Saya jawab silakan. 

Saya memang tipe yang ga enak menjawab negatif jika ditanya di tempat yang bisa dibaca banyak orang, kecuali yang tanya sudah saya kenal baik hatinya.

Di sini, saya jawab yang telanjur telat ya diopeni saja sampai selesai masa tanam mesk hasilnya akan tetap kurus (kecuali mau pakai pupuk urea dkk). 

Yang mau full natural, ya harus dimulai dari sejak media tanam.

Selamat menikmati lezatnya sawi yang ditanam sendiri.....

Cara mudah menanam pokcoy, selada, cabai, dan tomat

Secara umum, menaman pokcoy sama seperti menanam sawi. Keduanya masih satu jenis. Waktu germinasi atau tunasnya juga dua hari. 

Selada baik merah maupun hijau juga sama cara menanamnya. Bedanya, masa tunas selada 2x lebih lama. Antara 4-5 hari. Bisa juga 1 minggu jika tanahnya lupa disirami. Jadi bisa semai sawi, pokcoy dan selada bersamaan, lalu pindah tanamnya bergantian dalam satu minggu itu. 

Saya sudah mencoba cara itu dengan modal uang 6000 rupiah, karena di sini dijual biji tanaman kemasan repack seharga 2000 per jenis. Lumayan, lah. Hasilnya bisa sekitaran 50 sawi, 50 pokcoy dan 30 selada. Prosentase jenis sawi berkecambah menang tinggi karena cuma 2 hari. Untuk selada, sekitar 85%.

Biji cabai dan tomat butuh waktu sekitar 7 hari untuk berkecambah. Tapi makin pedas jenisnya, makin lama juga waktu yang diperlukan. Saat ini saya sedang menanam jenis cabai carolina reaper, sudah 10 hari belum sprout. Saya tutup dengan plastik hitam untuk percepat waktunya. Perkiraan 21 hari. 

Cabai paprika juga butuh waktu agak lama, yaitu 21 hari....

Duh, sudah jam 6 pagi, Sobat Cakrawala Susindra.... Sudah saatnya saya menyiram tanaman. Saya tak boleh menunggu Giandra bangun, karena dia hobi membantu memetik dan mencabut tanaman. Hahahaha.

Awalnya karena ia sering melihat dan atau saya gendong saat mencabuti gulma, jadi ia mengingatnya sebagai aktivitas yang benar.

Anak akan selalu meniru orang yang ia cintai tanpa memahami maksudnya. Makanya jangan marah dan melabeli anak nakal jika melakukan kesalahan. Biasanya ia melihat ayah/ibu/kakak dan meniru, tanpa paham maksudnya.

Hanya baca tentang curhatan menanam, ternyata bisa masuk juga kan, ilmu parenting?

Bertanam atau berkebun bukan hanya cara berlatih ikhlas tapi juga berlatih menjadi orangtua yang tidak menggegas potensi prestasi anak. Belajar slow living dan accepting.... 

Semua artikel suka duka berkebun di rumah dan aneka tipsnya sudah saya satukan dalam berkebun ala Susindra . Selamat membaca.....

22 Komentar

  1. Saya suka berkebun juga Mba, dulu di halaman rumah ortu punya lahan lumayan gede, saya tanamin bunga-bungaan dan di samping rumah saya tanamin bermacam-macam, kayak cabe, tomat dan semacamnya.

    Senang rasanya, mau nyambel cukup petik di pohonnya langsung :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya sekarang pun kadang pengen ikutan orang-orang nanam-nanam dengan berbagai media tanam, hanya saja memang waktunya nggak memungkinkan, ditambah tempat tinggal kami dekat sawah, means banyak banget hama, jadinya udah keder duluan niat berkebunnya hahaha

      Hapus
  2. Wah senangnya, saya juga urban farming dan cara organic, jadi ya biasalah kalo ada yang keriting dan dimakan serangga
    Perkebunan organic kan umumnya pakai green house supaya serangga ngga masuk, karena itu harganya mahal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tadi aku habis belajar menanam via zoom gitu, Ambu, mengenai menanam sayuran tanpa punya lahan. Ternyata memang bisa, ya. Jadi nggak ada alasan deh buat nggak menanam di teras rumah sendiri. Apalagi manfaatnya ternyata banyak banget.

      Makasih udah menginspirasi ya, Mbak Susi ...

      Hapus
  3. Wah, senangnya berkebun ya, Mbak. Aku juga pengen nyobain tapi lahan di rumah orangtua nih terbatas banget. Teras aja dipakai buat menjemur, huhuhu ...

    Nanti kalau punya rumah sendiri Aku mau juga belajar berkebun. Pasti puas bisa makan hasil kebun sendiri, ya.

    BalasHapus
  4. Saya terharu bacanya mba Susi. Baik banget karena ikhlas dimakanin sama tetangga eh ayam tetangga dan segala binatang hama lainnya.
    Kalo di kota, mba susi bisa kaya. Karena ayam masuk pekarangan bisa dapet 10 juta. Ehhh becanda.. hehe

    Saya kenapa ya kalo nanem-nanem sering gak berhasil mba.. apa bener ada kaitan tangan dingin atau gak.. hiks kadang sedih .semua yang ditanam mati. Eeh palingan sayur katu yang bisa hidup saya tanam. Tapi lama banget bisa lebat. Kurus kayak saya .

    BalasHapus
  5. Saya mulai berkebun karena pandemi, tidak ada kata terlambat bukan...Sepertinya harus kepoin terus blog Mbak Susi nanti
    Dulu di rumah lama luas lahannya, jadi bisa nanam-nanam. Sekarang harus disiasati karena lahan sempitnya. Tapi apapun kalau kita niatkan dan senang melakukan pasti bagus hasilnya. Dan baca artikel ini saya dah bayangin makan selada segar tiap hari hihi

    BalasHapus
  6. Senang mbak klo ada lahan buat berkebun..
    Berkebun bisa jadi langkah kita mencapai ketahanan pangan lho

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah yah mba kalau punya lahan bisa berkebun . Dirumahku ga ada lahan buat berkebun, kayaknya mesti disiasati nih dengan pot. Ah aku dah bayangin aja punya sayuran kayak dikebun mba itu..segarnya ..adem rasanya

    BalasHapus
  8. Masyaallah senengnya ya bisa panen dari hasil tanaman sendiri. Saya juga ada Mbak Susi, nanem kangkung di halaman belakang. Btw saya auto-smile lho baca yg tentang ulat dan kupu2... kayak kita di kelas Buncek yaa Mbasay, hihii

    BalasHapus
  9. Organik semua ya Mba Sus. Lebih sehat. Apalagi sekarang ini bibit-bibit sudah banyak yang dijual bagus. Saya belum mulai berkebun, masih berlindung di bawah kesibukan mengurus si kembar. Wkwkwk. Mungkin nanti kalo sudah pada gede, saya bisa memulai lagi. Kalo ayah saya di kampung mah jangan ditanya, semua empon2 ada, cabe ada, sayur lengkap, sampai ikan di kolam juga ada. Enaknya tinggal di desa ya begitu.

    BalasHapus
  10. Halamannya luas juga ya bisa buat berkebun, dan juga ada tutorial berkebunnya. Tapi kalau kayak tempat aku nih sama sekali ga ada lahan, dan halaman pun ga ada tanah, semuanya tanah udah di cor.

    BalasHapus
  11. Membaca ini jadi makin paham, di balik kesegaran hasil berkebun di halaman terpampang nyata suka duka menjalani prosesnya. Serbuan ayam, hama, ulat, ketekunan menyiangi, menyiram dan merawat tanaman....salut buat para pekebun, petani, yang menyajikan hasil tanaman segar setiap hari.

    BalasHapus
  12. wah sy senang ada tutorial berkebun..emang ya soal tanam menanam ini hrs tau kiatnya..sy kalau nanam sesuatu tak awuri bijinya aja..tumbuh sih tumbuh..pernah nanem pare, cabe rawit, tapi cuma berbuah sekali terus mati.. apa ada yg salah ya mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nutrisi kurang Mbak. Ketika mulai berbuah, beri pupuk untuk buah. Bisa fementasian buah (atau kulit) atau langsung saja, diberikan. Diblender dulu juga lebih baik.

      Pupuk alami saya dari limbah dapur yang berupa buah tanaman, misalnya kulit wortel, kulit onyong, kulit pisang, dkk.

      Kalau saat tanaman masih fase menumbuhkan daun, pupuk alamnya dari daun juga. Tanaman liar di sekitar rumah saya cacah dan selipkan di sekeliling tanaman. Tapi tidak menyentuh tanaman karena proses pembusukannya bisa ganggu tanaman.

      Hapus
  13. Kebayang serunya berkebun ya mbak. Aku dulu di depan rumah juga berkebun cabe, tomat, terung, kangkung, bayam, pare, dan sawi hijau serta pepaya. Pas panen biasanya aku bagi2in ke tetangga atau rekan kerja...

    Pas berkebun menemukan serangga2, ya itu serunya juga he..he...

    BalasHapus
  14. Saya sepertinya agak suka menanam ini mba.
    Pernah sekali saya benamkan cabe yg mulai membusuk ke dalam tanah di polibeg.
    Eh keluar daunnya.
    Excited saya dan si sulung.
    Sayangnya saya gak tau cabenya muncul apa gak, krn kami gak lama pindah rumah dan tanaman cabenya dikasi ke tetangga

    BalasHapus
  15. Seru banget nih dirumah aja bisa sambil berkebun disekitaran rumah ya. Aku juga disamping rumah ditanam cabe, gonje dan pepaya.

    BalasHapus
  16. Wah keren, aku cuma menanam tanaman bumbu dapur aja nih, soalnya ga ada lahan yg luas utk sayuran, padahal hidroponik gt bagus yaa

    BalasHapus
  17. Bisa jadi ladang bisnis menjanjikan ini mbak. Selain itu juga bisa jadi presediaan makanan di masa PSBB. Sayang banget rumahku gak ada lahan buat tanam.

    BalasHapus
  18. Sama mbak karena di rumah saja, salah satu cara yang saya lakukan untuk menghilangkan kebosanan adalah berkebun. Ada beberapa jenis sayur yang saya tanam yaitu kangkung, tomat dan cabai. Selain bisa menghilangkan kejenuhan dengan berkebun juga bisa untuk menghemat pengeluaran..

    BalasHapus
  19. Wah ini artikelnya menarik banget kak ibuku suka banget nanam nanam dan waktu itu nyari nyari info makasih kak nanti aku infokan ke ibuku biar langsung baca

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)