The Little Nyonya 2020 – Belajar Sejarah Perempuan dari Drama Cina Ini

The Little Nyonya 2020 adalah salah satu drama yang langsung membuat saya jatuh cinta pada menit pertama dan tetap bertahan sampai tamat. Saya bahkan memasang aplikasi iQIYI demi menyelesaikannya. 

The Little Nyonya 2020 – Belajar Sejarah Perempuan dari Drama Cina Ini


Saya menonton drama Cina The Little Nyonya episode 1 di kanal Youtube resminya iQIYI. Tanpa sengaja, karena melihat orang Cina berkebaya dan rambut ditata mirip sanggul cepol, tapi tinggi. Bagaimanapun, gaya nusantara sangat terlihat. Saya tidak salah klik. Menit pertama langsung tampak tangan cekatan sedang memasak panganan tradisional yang mudah ditemukan di Jawa. Salah satunya adalah kueku merah. Wow! Saya terpesona. Saya menonton dengan penuh harap, dan harapan saya terpenuhi, melebihi harapan.

Saya langsung menonton episode kedua dan ketiga. Setelahnya mulai dicicil seadanya waktu. Tapi… semacam preview, episode yang tayang di kanal Youtube iQIYI offisial itu hanya sampai 8. Rasanya kesal sekali. Saya menonton versi tahun 2008 namun rasanya kurang greget. Memang lebih bagus yang versi 2020. 

Jangan bingung. Drama yang membuat saya jatuh hati ini, memang remake dari drama Singapura dengan judul senada. Tahun tayangnya adalah 2008. Versi 2008 sangat viral - tentu versi tahun itu - dan membuat banyak yang sangat kecewa karena ending-nya. Ternyata tokoh Yu Niang dan Chen Xi tidak bersama, dan cucu perempuan yang menjadi pencerita bukanlah darah daging Yu Niang sendiri.

Saya cukup paham mengapa sad ending di versi 2008 maupun dara lainnya selalu membuat mayoritas pecinta drama merasa kecewa bahkan mengeluh capek-capek menonton kok ending-nya tidak happily ever after

Namun saya pribadi malah merasa bahwa salah satu letak menariknya cerita adalah pada twist ending. Jadi tidak selalu berupa pasangan kekasih yang akhirnya bersama. Drama Wanita Antara Tahta termasuk ending yang bebas interpretasinya. Kalau saya lebih membayangkan si tokoh Fu Yu Zhan bukan meninggal bunuh diri di danau, tapi ditolong seseorang. 

Kalau nasib Fan Xian di Joy of Life memang jelas bukan sad ending karena ia memang licik sekaligus genius, selain merupakan manusia masa depan, sehingga tahu apa yang terjadi di masa itu. Setiap hal adalah permainan catur baginya. Jadi selalu ada persiapan beberapa langkah di depan. 

Intinya sih, ending pada The Little Nyonya 2008 bukanlah sad. Toh Yu Niang hidup bahagia sampai tua, semua yang diharapkan dari hidup mapan ada padanya. Pasangan tokoh memilih bahagia dengan pilihannya masing-masing bukanlah hal yang sering terjadi di dunia drama. Tapi, memang harus tonton kedua versi ini. Sangat mantul.

Bagaimana dengan ending The Little Nyonya versi 2020? Pasti penasaran. Kenalan dengan drama yang sangat menarik ini dulu yuuuk...


Alasan saya pertama kali jatuh cinta pada The Little Nyonya

Belajar sejarah perempuan

Seseorang sedang membuat makanan tradisional ala nusantara dengan tampilan yang sangat menarik. Lihat kukusan mengebul dan kue yang panas... Makanan yang bisa ditemukan di sekitar sini. 





Greget ya, pengen langsung makan. Apalagi melihat saat dimasak. The Little Nyonya episode 1 dan 2 akan membuatmu lapar terus karena ada sesi memasak dan tradisi tok panjang atau malan besar dalam meja panjang.


Pendidikan di rumah vs pendidikan Barat

Kemudian ada serombongan tamu yang datang. Dua anak gadis turun dari mobil dengan ditutupi payung oleh beberapa pelayan. 

Anak perempuan tidak boleh dilihat sembarang orang

Menarik sekali. Mengingatkan pada tradisi PINGITAN asli para gadis bangsawan. Mereka tidak boleh dilihat oleh orang lain. Setting-nya adalah Malaka, sekitar tahun 1930an, di rumah keluarga Huang, salah satu keluarga kaya di Malaka. Mereka keturunan pedagang Cina asli, yang di sana disebut dengan Baba (laki-laki) dan Nyonya (perempuan). Tampaknya pernikahan bukan syarat panggilan baba dan nyonya ini. 

Et voilà! Dua gadis berbaju modern keluar dari banyak payung yang menutupi lalu mereka menyatakannya sebagai sebuah tradisi yang menarik. Tampak bahwa mereka mengecap pendidikan modern pada masa itu. Bisa membaca huruf latin, dansa, dan berbaju nonkebaya menandakan bahwa mereka berpendidikan Barat dan sekolah di luar rumah.

Kika: pelayan, dua gadis berpendidikan barat, dan gadis berkebaya yang berpendidikan tradisional


Seorang gadis berusia sepantaran, berbaju kebaya dengan rambut disanggul, mengintip lalu keluar. Namanya Huang Mei Yu, putri sah keluarga Huang. Ia hanya mendapatkan pendidikan tradisional; memasak dan menyulam dengan mote. Dia sangat pandai keduanya, tapi tak pernah dapat menyaingi kemampuan saudari tirinya yang bisu, yaitu Yue Xiang. 


Huang Yu Xiang, kehidupan selir dan anaknya


Huang Yue Xiang adalah tokoh protagonis pertama kita yang cantik, lembut, berkemauan keras, sangat ahli memasak dan menyulam. Dia sebegitu sering di-bully oleh keluarga Huang, karena ibunya awalnya adalah pelayan. Namanya Tian Lan. 


Kisah bully istri selir dan anaknya akan mengingatkan pada film-film Kartini. Adat dan kebiasaan pada masa kolonialisme memang sama di seluruh nusantara. Hanya saja, banyak fakta sejarahnya yang masih berceceran dan diambil sepotong-sepotong dengan pemahaman masa sekarang. Ini perlu pembahasan yang panjang, sih. Tapi mungkin buku sejarah saya akan cukup bisa menjelaskan. Doakan segera bisa diterbitkan tahun ini, ya.

Yu Xiang punya anak perempuan bernama Yu Niang yang diperankan oleh satu aktris, Shane Xiao. Perbedaan karakter keduanya selain yang satu bisu dan yang lain tidak adalah pengasuhan. Yu Xiang, sang ibu, sejak lahir sampai usia menikah selalu bersama ibunya. Meski hidupnya keras karena selalu di-bully namun ia tidak benar-benar menghadapi tantangan dunia. Ia cantik, lembut, sangat ahli memasak, menyulam, dan sangat sabar serta tabah.

Yu Niang hidupnya keras sejak lahir. Ia berada di jalan sejak baru lahir. Ketika berusia 8 tahun ia menyeret mayat ayah ibunya menuju lapangan dan menguburnya, serta berjalan kaki dari Singapura ke Malaka. Tak dijelaskan bagaimana ia menyeberang selat, namun ini menunjukkan betapa kuat kemauannya. Setelah itu ia diasuh oleh nenek kandungnya, tanpa intervensi keluarga Huang yang jahat. Saat mereka kembali dari Inggris, ia barulah menghadapi perlakuan buruk mereka, dan bisa ditebak, ia membalasnya dengan berani.

Dari situ, terlihat bahwa selain memiliki karakter ibunya, ia juga sangat kuat, berani, percaya diri, dan punya otak dagang yang bagus. 


Kepandaian memasak dan menyulam adalah modal masa depan perempuan

Pendidikan tradisional perempuan Asia sejatinya sama. Hanya berlaku pada keluarga bangsawan.. Bahkan perjodohannya juga tidak berbeda. Anak perempuan adalah aset untuk memuliakan keluarga, sehingga dia harus pandai memasak dan menyulam. Makin baik hasilnya, makin tinggi harganya di mata mertua, sehingga makin mapan statusnya di keluarga baru. 



Adat dan budaya Baba (Cina peranakan)

Tentu saja ada tambahan yang sangat wajib yaitu keperawa*nan. Maksimal pada hari ke-10, keluarga perempuan akan mendapatkan antaran khusus, berupa makanan khas (nasi lemak?). Makin banyak makin besar penghargaan atau tingkat kepuasan keluarga laki-laki. Dan proses pembuktian “darah” itu harus dihadiri oleh semua sesepuh perempuan. 

Tradisi pernikahan dan aturan emas juga menjadi ciri khas drama ini, selain aneka makanan dan budaya khas mereka.

Bisa dilihat mengapa saya sedemikian jatuh cinta pada drama ini?


Sinopsis The Little Nyonya

[Spoiler alert] bisa skip jika tak suka dan langsung ke review lengkapnya. Cakrawala Susindra selalu menulis super lengkap.



Seorang laki-laki tampan keturunan Jepang, namanya Yamamoto, tampak asyik memotret pernak-pernik Baba-Nyonya. Terlihat bahwa ia sedemikian kagum dengan apapun yang berbau Baba-Nyonya. Lalu ia melihat seorang perempuan yang dilempar ke jalan dan dicekik oleh orang gila. Setelah menyelamatkannya, ia jatuh cinta pada kecantikan perempuan muda tersebut.

Mereka kembali bertemu di tok panjang keluarga Huang. Tok panjang adalah tradisi Baba-Nyonya berupa makan bersama di meja yang sangat panjang. Tamu yang diundang adalah kenalan spesial. Makanan-makanan yang sedianya jarang keluar akan disajikan di sana. 



Salah satu keluarga yang paling dinanti adalah keluarga kaya raya dari Singapura yang punya anak jejaka usia kawin. Jelas bahwa maksud hati keluarga Huang adalah menawarkan Huang Mei Yu kepada keluarga Chen ini. Jejaka muda itu bernama Chen Seng.

Mudah ditebak kalau Chen Seng auto jatuh cinta pada Yu Xiang. Namun salah satu adat kuno bangsawan masa lalu, sesepuh adalah penentu jodoh dan seluruh kehidupan. Masa itu di mana pun, “aturan emas” orangtua yang berlaku. Daan… lebih baik menikahi anak sah daripada anak selir. Pada hari Chen Seng dan Mei Yu menikah, Yu Xiang melarikan diri karena akan dinikahkan dengan Charlie Zhang, seorang pebisnis kejam yang akan menjadi antagonis abadi.

Btw, adegan pernikahan Mei Yu dan Chen Seng harus ditonton. Mengesankan sekali!

Singkat cerita, Yu Xiang melarikan diri, ditangkap kawanan penjual manusia, nyaris ternoda oleh Charlie Zhang, diselamatkan oleh Yamamoto. Mereka kawin lari di Singapura, di rumah sekaligus kios foto Yamamoto. Mereka hidup bahagia hanya sebentar sekali, karena Yamamoto segera diculik oleh tentara Jepang dan baru kembali saat anak perempuannya berusia 8 tahun. Namanya Yamamoto Yue Niang.



Dan singkat cerita, kondisi mengenaskan Yu Xiang diketahui oleh Chen Seng, dan lelaki ini jadi penolong tanpa pamrih. Yu Niang berusia 8 tahun, ketika Singapura diluluhlantakkan oleh Jepang, membunuh ayah dan ibunya. Keluarga Chen dan Huang, seperti keluarga baba lainnya, memilih mengungsi di Inggris selama bertahun-tahun.

Yu Niang, si gadis cilik berhasil selamat dan menuju ke rumah neneknya di Malaka. Jikalau keluarga Huang tidak mengungsi di Inggris, tentu nasibnya akan sangat merana seperti ibunya. Beruntung, ia diasuh oleh nenek kandungnya, meski sangat keras, namun menjadikannya Yu Xiang kedua. Bahkan lebih unggul karena ia tidak bisu seperti ibunya. Untuk menyambung hidup, ia berjualan nasi dan “kue nyonya”

Daan… singkat cerita lagi, keluarga Chen, Huang dan Zhang (Robert) pulang dari Inggris, dan bersiap menerima jalinan nasib mereka yang mbulet. Chen Seng-Mei Yu tak punya anak (karena tak pernah bersama), sehingga keluarga Chen hanya punya satu penerus bernama Chen Xi, putra kakak Chen Seng. Keluarga Huang bertambah 3 cucu: 1 laki-laki dan 2 perempuan, kesemuanya bernasib buruk oleh kejahatan mereka. 

4 perempuan Huang yang menjadi antagonis dengan peran mereka masing-masing


Huang Tian Bao, seperti ayahnya Huang Jin Chen: Kurang pandai berniaga, ceroboh, plin-plan, amoral. Ia berakhir mati ditembak polisi setelah lama buron karena menjadi pembunuh Chen Seng, demi menjadi wakil direktur abal-abal di perusahaan keluarga Zhang. 

Huang Yushu, protagonis

Huang Yushu, anak perempuan tertua, dinodai Robert Zhang, dinikahi, dijadikan dagangan demi kekayaan keluarga suaminya, lalu menjadi gila. Anaknya lahir di RSJ, dan diadopsi oleh Yu Niang. Yu Shu menjadi tokoh protagonis. Ia mewakili gen ibunya yang aslinya baik, mudah diperdaya, namun sangat memanjakan semua anaknya sehingga mereka punya karakter buruk. Ibunya berada di deretan antagonis di atas, yang tidak menyanggul rambut. Ia putri keluarga Korr yang berpendidikan Barat.

Huang Zhensu, gadis nakal, menikahi Chen Xi, namun akhirnya berkelana tak tentu arah menuruti nafsunya sendiri.


Keluarga Chen lebih baik posisinya....

Chen Seng, si cucu bungsu tak mau menjalankan perusahaan, malah menjadi kolektor benda antik dan membuka toko atas nama seorang perempuan yang tidak dinikahi, tapi juga bukan pasangan. Hanya sekadar rasa simpati karena ia adalah nyonya yang kehilangan segalanya. Kaumnya yang bernasib papa. Sebelum meninggal, ia mengajarkan Yu Niang bisnis berjualan keramik. Ia selamanya memang mencintai ibunya Yu Niang. Chen Seng sangat suka berpantun, sebuah budaya melayu yang khas. Tiap Darren Chiu membaca pantun berbahasa melayu, saya jadi merasakan beratnya jadi aktor. Jeleknya pwol. Hahahaha. 



Chen Mei Yu (istrinya, putri keluarga Huang) hanya punya posisi istri namun sangat lemah karena tak punya kemampuan mengikat suaminya. Jika bukan karena keluarga Chen tak punya menantu atau anak perempuan, entah bagaimana nasibnya. Berkali-kali ia ingin bunuh diri namun tetap bertahan, siapa tahu nasibnya berubah. Ia sedikit mendapat hiburan saat berhasil membuat keponakannya menjadi menantu keluarga Chen seperti dirinya, namun akhirnya ia menyadari bahwa keponakannya itu bukan dirinya. Ia nyaris mencekik keponakannya agar menemaninya bunuh diri, namun usahanya gagal semua. 


Chen Laotai, sesepuh keluarga Chen yang sudah sangat mirip ibu suri. Semua nasib keturunan Chen berada di tangannya. Bajunya sekilas juga sudah mirip ibu suri Inggris. Hehehe. Andaikan ia tidak memaksa memilih Mei Yu, tentu keturunannya tidak seperti itu. Ia menyadari kesalahannya namun nasib sudah menjadi bubur, jadi dinikmati saja. Yu Xiang sudah lama meninggal, dan Yu Niang sudah menikah dengan tukang jagal kasar. 

Semua nyonya tua di keluarga Baba akan memakai baju atasan panjang seperti ini, dengan rambut disanggul tinggi, dan ciir khasnya tampak pada selendang yang menjadi hiasan di pundak kiri, dan diberi bros sebagai pengikat sekaligus pemanis. Sanggul mereka kadang dibiarkan polos, kadang dihias seperti ibu suri. Mereka memang berkiblat ke British.

Yu Niang memang setuju menikah dengan jagal bernama Liu Yi Tao, yang sangat ditakuti melebihi bos preman, jika ia bisa membunuh harimau ganas di sebuah gudang yang meneror warga. Namun pada akhirnya ia berhasil meyakinkan bahwa mereka lebih cocok jadi kakak-adik, bahkan menjadi manajer penjualan sarang walet untuknya, yang membuat mereka cukup kaya. Hal ini tak banyak diketahui, apalagi Nenek Chen yang tak lagi keluar rumah karena selalu sakit. Pada akhirnya ia memutuskan tidak lagi khawatir serta mengatur nasib cucu-cicitnya lagi dan meninggal dengan tenang.

Chen Xi adalah keponakan satu-satunya dari Chen Seng, dan satu-satunya penerus keluarga Chen. Ia sangat disayang oleh Chen Seng, dan memberinya banyak cerita romansa perjuangan, sehingga menjadi sosok yang ideal. Bisa dikatakan begitu. Ia sering keluar rumah dan menyamar menjadi sopir taksi. Ia mau bekerja ala kuli padahal pewaris tahta keluarga Chen yang makin jaya. Di tangannya, bisnis keluarga makin bersinar. Dan tentunya ia jatuh cinta setengah mati pada tokoh utama kita, Yu Niang. Cintanya tidak berbalas karena keadaan. Pada akhirnya ia kuliah kembali di Inggris dan bekerja di sana selama 7 tahun.



Yu Niang adalah gadis cantik yang sangat ulet. Ia kembar mayang ibunya. Dia juga sosok yang sangat ideal. Keturunan baba, yang hidupnya sangat keras. Jatuh bangun, bahkan bangkrut ia alami. Masakannya sangat istimewa, karena diasuh sendiri oleh neneknya dengan sangat keras sekaligus lembut. Sangat jujur dan sangat berani. Ia mencintai Chen Xi namun hidupnya sangat rumit. Saat ia akan kawin lari dengan Chen Xi, Huang Yuzhu diper**sa oleh Robert di kamarnya. Hal ini membuatnya merasa bersalah selamanya dan selalu mengingkari rasa cintanya sampai akhir. Bisa dipahami, karena Yuzhu satu-satunya keluarga (selain nenenk Tian Lan) yang baik padanya. 

Yu Niang akhirnya membuat restoran dengan cita rasa “Nyonya” yang otentik dan menjadi kaya raya. Ia bahkan bisa membeli rumah keluarga Huang yang lama disita oleh bank dan rumah keluarga Chen yang lama ditinggalkan, selain restoran besar yang ia miliki. Keluarga Huang yang sempat sangat miskin akhirnya pulang ke rumah mereka dan hidup bahagia bersama Yu Niang yang selalu mereka sia-siakan.



Daan… akhirnya pada perayaan tok panjang keluarga Huang yang perdana setelah bangkrut…. Dua sejoli bertemu kembali di sebuah rangkaian acara khas melayu… Apakah Yu Niang dan Chen Xi menikah? Sayangnya tidak dijelaskan. Mereka hanya bertemu dan tersenyum bahagia. Mungkin tidak mau mengubah cerita The Little Nyonya yang menjelaskan bahwa Yu Niang tak punya keturunan. Cucunya adalah anak kandung Huang Yuzhu.


Review The Little Nyonya 2020

iQiyi menayangkan The Little Nyonya mulai tanggal 12 Juni 2020. Drama ini sangat ditunggu penggemarnya, karena trailer dan spoiler awal memang sangat menggoda. Tokoh Yamamoto diperankan oleh Dai Xiang Xu kembali, membuat fans beratnya tak sabar menanti. 

Penampilan Shane Xiao sebagai Yu Xiang maupun Yu Niang juga sangat menarik. Kebaya encim yang ia pakai tampak sangat cantik. Sanggulnya juga menarik sekali. Dan… budaya melayu peranakan sangat kental di drama The Little Nyonya. 




Drama sejarah bergenre romantis yang disajikan dengan manis, sedikit kletuk-kletuk karena pemain antagonisnya bikin orang yang tidak suka karakter full jahat akan jengkel. Karakter antagonisnya terlalu banyak. Mereka mengeroyok tokoh manis kita itu tanpa membuatnya babak belur. Hebat sekali, kan?

Ini bukan komentar sarkastik, sih, Cuma agak jengkel karena kebanyakan ketemu tokoh jahat atau setengah jahat. Bahkan polisi saja bisa nyebelin dengan perilaku korup dan bodoh mereka. Mengingatkan pada alasan kenapa saya tak suka nonton sinetron sejenis.

The Little Nyonya punya durasi yang tidak seberapa panjang, hanya 40an menit dengan 45 episode. Meski saya menyatakan sebal dengan banyaknya antagonis, namun drama ini termasuk manis. Perjuangan ibu anak (Yu Xiang dan Yu Niang) melawan adat yang membelenggu keluarga Baba (kalau di sini sih kasta bangsawan) yang mengerdilkan peran perempuan, kecuali ia berhasil mendapatkan posisi sebagai pewaris kedudukan sesepuh utama. Sebenarnya cukup mirip dengan adat dan budaya Jawa kita pada era yang sama. 

Busana nyonya yang sudah jadi sesepuh
Bayangkan saja, selir dan anak yang istri padminya tak pernah rela selamanya, sedangkan suaminya masuk barisan ISTI (ikatan suami takut istri). [Seng]Soro nasibnya. Disebut pelayan, tidak digaji, disebut nyonya juga tak pernah keluar dari dapur. Bahkan rumah tinggalnya juga di belakang, di sebelah dapur. Temannya cuma para pelayan. 


Kalau menelaah lazimnya adat, tradisi, dan budaya bangsawan pada masa itu, sebenarnya hal ini tidak seberapa aneh. Selir memang disebut garwo ampil yang Cuma ngampil (pinjam nama) saja. Ia tidak berhak atas suaminya, kecuali suaminya mau. Tapi suami mau juga pun, tak boleh satu rumah. Harus di rumah yang berbeda. Kalau istri utama baik, ia akan dibuatkan pavilyun di sebelah rumah utama. 

Tian Lan ini ibarat durinya Nyonya Huang. Ia menantu keluarga Huang, yang kalah dengan pelayan kesayangan mertuanya. Bisa dibayangkan bagaimana ia benci pada Tian Lan sejak muda. Apalagi rivalnya itu akhirnya dinikahi oleh suaminya dan punya putri yang sangat sempurna. Pada hari kematian neneknya. Yu Xiang menjadi bisu selamanya. Entah bagaimana, bebas membayangkan. 

Begitulah kebencian itu diwariskan pada anak-cucu sehingga menjadi ujian bagi Yu Niang. Tanpa mereka, mungkin Yu Niang hanya akan jadi manusia yang hidupnya mapan tanpa banyak usaha. Dia sangat pandai memasak dan menyulam, membuat keluarga mana pun yang memegang adat peranakan akan memandang tinggi dirinya. Mau tahu kenapa?

Interpretasi saya, memasak berarti sanggup menjaga kesehatan seluruh keluarga sedangkan menyulam itu bentuk laku kesabaran. Sulaman mote yang rapi menunjukkan karakter sabar, telun, dan pikiran lurus. Di Jawa, laku ini diwakili oleh keterampilan membatik.

Oh iya, katanya sih, drama Cina The Little Nyonya ini menceritakan latar belakang sebuah museum Melayu Peranakan di Malaka. Saya sangat ingin tahu kebenarannya dan berharap suatu saat bisa ke Malaka. Banyak sejarah Jepara yang bisa ditemukann di sana.


Detail The Little Nyonya 2020

Judul drama: The Little Nyonya, 小娘惹, Xiao Niang Re

Setting: Malaka dan Singapura

Negara: China

Sutradara: Guo Jing Yu, Xie Min Yang, Huang Guang Rong

Produser: Yue Li Na

Penulis skenario: Hong Rong Qiu

Produksi: iQiyi, GHY Culture Media

Chanel TV: CCTV, East Movie Channel, iQiyi.

Episode: 45

Waktu tayang: 28 Juni 2020 - 20 Juli 2020 (setiap hari)

Durasi: 45 min.

Genre: sejarah, romansa, drama, karna, perjuangan perempuan, kasta rendah, kasta bangsawan, peranakan melayu, era kolonialisme, penjajahan Jepang, dsb.


Pemeran utama:

Shane Xiao sebagai Ju Xiang/Yamamoto Yue Niang

Ryan Kou sebagai Chen Xi atau Xi Er


Pemain pendukung:

Dai Xiang Yu sebagai Yosuke Yamamoto

Darren Chiu sebagai Chen Sheng

Tu Ling sebagai Tian Lan

He Yu Hong sebagai Huang Yu Zhu

Li Yuan Bing sebagai Huang Zhen Zhu

Niu Bei Ren sebagai Liu Yi Dao

Cicilia Fang sebagai Ah Tao (pembantu setia)

Sun Zi Jun sebagai Huang Mei Yu

Ma Liang sebagai Robert Zhang

Niu Bao Jun sebagai Charlie Zhang

Jeffrey Xu sebagai Huang Tian Bao

Ji Ning sebagai Huang Jin Cheng

dll


Ternyata sangat panjang, seperti review dan sinopsis The Story of Yanxi atau The Legend of Xiao Chau. Seperti biasa, kalau drama Cina bergenre sejarah, saya sulit untuk tidak menambah khasanah budaya masa lampau yana saya suka membaca dan menulisnya. Semoga betah membaca sampai akhir.


Trailernya




Coba tonton The Little Nyonya episode 1 dan 2 untuk jatuh cinta seperti saya.


Oh ya, kalau sobat semua suka nonton drama Cina, saya ada beberapa sinopsisnya:
Blossom in Heart (Begonia Rouge)
Wanita Antara Tahta (Legend of Two Sisters in Chaos)

Kalau review dan sinopsis lengkap The Sword and The Brocade 2021 ini menarik, banyak lagi ulasan menarik di kategori Film. Selamat membaca dan berkelana di dunia sinema....

11 Komentar

  1. Ciaaaaaamiikkkk.... Tulisan nya, love it !!!

    BalasHapus
  2. Mbaaa, ternyata draChin tuh banyak yg baguuuss ya

    Belakangan ini aku pantengin DraKor doang sihh. Kayake udah mulai bosen nDraKor dan aku mau coba nonton DraChin


    Langganan Iqiyi seru juga yaaa... Banyak tayangan menarik

    BalasHapus
  3. Lagi, Mbak Susi ulasannya jempolan banget. Temanya ga jauh2 dari sejarah. Salut bgt dah drama yg mebhibur juga jd banyak bgt pelajarannya ya kalau kita bisa melihat sisi pengetahuannya.

    BalasHapus
  4. saya termasuk yang suka dengan cerita, drama atau film china klasik. suka dengan busana nya sih... high class hehehe salah perspektif ya... tapi emang suka aja dengan gaya para bangsawannya

    BalasHapus
  5. Duh mbak, fokusku teralihkan sama pemain2 yang cantik dan ganteng, kaya boneka lilin. Tapi gak tau ya aku gak terlalu telaten nonton drama china

    BalasHapus
  6. Duh, kueku-nya bikin inget masa kecil. Kok bentuknya ya sama persis ya. Sekarang aku jarang beli, sih. Soalnya jarang liat juga di pasar, hehe.
    Trus kebayanya yang muda-muda itu, juga mirip sama kebaya Jawa, ya. Ahh tampaknya aku juga akan suka kalau nonton film ini.
    Makasih reviewnya, Mbak :)

    BalasHapus
  7. Baca ini jadi kangen banget nih nonton drama mandarin. Btw kok pemainnya cakep-cakep banget ya duhhh jadi pengen nonton deh.

    BalasHapus
  8. Wah kue-kuenya mirip dengan kue khas Indonesia ya Mbak, seru sekali menonton drama yang memiliki muatan sejarah. Hiburannya dapat, ilmunya juga dapat.

    BalasHapus
  9. Tambahan yg bikin kesel, ini tokoh jahat kaya punya cctv aja, mata am kupingnya di mana2. Agak gereget aja jadinya, kok sgala rencana ud bisik2 masih aja ketauan

    BalasHapus
  10. Baru aja selesai nonton drama ini, akhirnya bisa nyelesain 45 episodenya, panjang, belibet, bikin emosi, gregetan tapi seru. Semoga suatu hari bisa ke malaka ngunjungin museumnya, aamiin.

    BalasHapus
  11. Ini review terniat dan sangat membantu! Really appreciate the Author! Thankssss

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkenan meninggalkan jejak di sini. Mohon tidak memasang iklan atau link hidup di sini. :)